Share

Part 7:

Author: X ChaLvin
last update Last Updated: 2025-05-31 22:53:34

"Kayaknya di sini gak susah nyari pelanggan." Mirza berdiri tepat di belakang Fazia, bersedekap dada sambil memperhatikan pergerakan gadis itu. "Harganya masih sama?" tanyanya yang sungguh tak enak didengar. "Kamu tuli?" geram, dia mencekal lengan Fazia yang hendak pergi dengan membawa satu gelas air minum.

"Maaf?" Fazia pura-pura tak mengerti, padahal hatinya berdenyut nyeri.

"Jangan sandiwara di depan saya." Mirza menatap tajam seakan ingin membunuhnya saat ini juga.

"Saya bukan Gaby yang dulu. Jadi, tolong jangan bahas yang udah berlalu." Fazia tak ragu memohon.

"Sekarang jadi siapa? Zia?" Mirza tersenyum kecut. "Kamu sengaja ganti nama-"

"Itu nama asli saya, Fazia. Sedangkan Gaby ... itu cuma nama sial." Fazia menyela ucapan, tahu apa yang Mirza pikirkan.

"Jauhi adik saya. Jangan sampai dia terbawa arus kotor kayak kamu." Mirza mengecam, menelisik tubuh Fazia dengan tatapan hina.

"Apa bedanya saya sama Anda? Bukannya kita sama-sama kotor, Pak?" Fazia balik menyinggung, tak terima
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Sebatas Teman Ranjang   Part 9:

    Di antara banyaknya pengunjung restoran yang terus berdatangan, Imran selaku manager di sana berjalan terburu-buru menuju keluar bangunan. Dahinya sedikit mengkerut ketika mendapati seorang pria yang sedang memasuki tempat itu. Sudah lama tidak bertemu, wajar dia merasa pangling."Mas Mirza?" Imran menyapa dengan sopan."Pak Imran."Mirza mengangguk satu kali. "Di mana adik saya?" tanyanya seraya celingukan."Saya belum lihat Citra. Kayaknya belum ke sini, Mas." Imran ikut mengedarkan pandangannya ke beberapa meja."Tadi dia bilang di sini." Mirza memberitahu."Oh ...." Imran tidak kaget, mungkin dia yang belum melihat Citra hari ini. "Fazia," panggilnya.Gadis yang dipanggil Imran sontak menghentikan langkah dan menoleh dengan cepat. Rautnya yang semula tenang, seketika terlihat tegang. Alasan apa lagi jika bukan karena keberadaan Mirza? Tak ingin membuat Imran bingung, dia berusaha menyembunyikan emosi dan bersikap setenang mungkin. "Iya, Pak?" Fazia mendekati tanpa mempedulikan Mir

  • Sebatas Teman Ranjang   Part 8:

    "Saya harap kamu gak lupa sama permintaan saya semalam." Mirza berjalan melewati Fazia tanpa menolehnya."Kenapa gak nyuruh adik Anda sendiri yang jauhin saya?" Fazia tetap berdiri di tempatnya, tapi ucapannya itu berhasil membuat Mirza berbalik dan menatapnya tajam. "Saya gak punya alasan buat jauhin Citra, tapi Citra punya alasan buat jauhin saya.""Kamu nantang saya buat kasih tau yang sebenarnya ke Citra?" Mirza terkesan mengancam."Silakan." Fazia bersikap masa bodoh, padahal otaknya mendadak sibuk mencari kalimat balasan yang setimpal."Saya pastikan bukan cuma Citra yang tau soal pekerjaan kamu, tapi kampus kamu juga." Mirza lalu tersenyum sinis."Dan di saat harga diri saya sehancur itu, saya pastikan hubungan Anda dan tunangan Anda juga hancur." Fazia balik mengancam."Apa mau kamu?" Mirza tampak tak terima calon istrinya dilibatkan."Anggap kita gak saling kenal dan jangan ungkit masa lalu, apalagi sampai nyinggung harga diri saya." Fazia tidak sulit mencari jawaban."Sepulu

  • Sebatas Teman Ranjang   Part 7:

    "Kayaknya di sini gak susah nyari pelanggan." Mirza berdiri tepat di belakang Fazia, bersedekap dada sambil memperhatikan pergerakan gadis itu. "Harganya masih sama?" tanyanya yang sungguh tak enak didengar. "Kamu tuli?" geram, dia mencekal lengan Fazia yang hendak pergi dengan membawa satu gelas air minum."Maaf?" Fazia pura-pura tak mengerti, padahal hatinya berdenyut nyeri."Jangan sandiwara di depan saya." Mirza menatap tajam seakan ingin membunuhnya saat ini juga."Saya bukan Gaby yang dulu. Jadi, tolong jangan bahas yang udah berlalu." Fazia tak ragu memohon."Sekarang jadi siapa? Zia?" Mirza tersenyum kecut. "Kamu sengaja ganti nama-" "Itu nama asli saya, Fazia. Sedangkan Gaby ... itu cuma nama sial." Fazia menyela ucapan, tahu apa yang Mirza pikirkan."Jauhi adik saya. Jangan sampai dia terbawa arus kotor kayak kamu." Mirza mengecam, menelisik tubuh Fazia dengan tatapan hina."Apa bedanya saya sama Anda? Bukannya kita sama-sama kotor, Pak?" Fazia balik menyinggung, tak terima

  • Sebatas Teman Ranjang   Part 6:

    Langkah Fazia terhenti saat itu juga, sementara detak jantungnya langsung berirama di dalam sana. Akhirnya dia mendengar suara itu lagi, suara lembut Mirza ketika menyerukan nama samarannya, Gaby. Apa pria itu ingin menyapanya? Mungkin dia merasa canggung melakukan hal itu di hadapan Citra? Tubuh Fazia berbalik sehingga tatapan mereka kembali bertemu. Kerinduan tak terelakkan dari raut masing-masing, tapi lagi-lagi mereka hanya terdiam menatap satu sama lain. Banyak ungkapan yang tersirat dalam sorot mata Mirza, hanya saja dia tidak bisa menyerukannya karena beberapa alasan.Dering yang berasal dari ponsel Mirza berhasil mengganggu suasana, mengembalikan kesadaran mereka ke dunia nyata. Melihat nama si pemanggil di layar ponselnya, Mirza pergi tanpa mengatakan apa pun pada Fazia, meninggalkan gadis itu yang tetap berdiri di tempatnya dalam kebingungan. "Gimana? Udah lo cek ke lokasi belum?""Udah gue jemput. Thanks buat infonya.""Jadi beneran yang tadi itu adek lo? Gue mau tegur di

  • Sebatas Teman Ranjang   Part 5:

    Kedatangan pria itu tak hanya membuat Fazia terkejut, tapi senyuman Citra pun perlahan meredup hingga akhirnya menghilang. Seolah menginterupsi yang lain, aktivitas serta obrolan di meja tersebut turut terhenti secara tiba-tiba. Semua mata tertuju padanya, memperhatikan setiap gerakannya. Tanpa kata, pria yang tidak lain adalah Mirza itu menarik lengan kanan Citra dengan kasar. Khawatir meninggalkan temannya di sana, tangan kiri Citra reflek menarik Fazia hingga terjadilah tarik-tarikan. Fazia yang kebingungan tak sempat bertanya, hanya mengikuti ke mana Citra akan membawanya. Berhasil keluar dari tempat club, Mirza lantas melepaskan cengkramannya. Citra mengaduh sakit, tapi tatapan Mirza malah menghunus tajam kedua netra Fazia. Tak perlu memaki sekalipun, sorot mata pria itu sudah mengandung banyak tuduhan atas apa yang dilakukan adik tercintanya malam ini. “Masuk ke mobil,” titah Mirza pada Citra.“Ayok, Zi.” Citra mengajak Fazia untuk ikut.“Gue naik taksi aja.” Fazia jelas meno

  • Sebatas Teman Ranjang   Part 4:

    Tanpa adanya saudara, teman, atau sekadar kenalan, Fazia nekat pergi ke Jakarta dan memulai hidup barunya sebagai seorang mahasiswi. Kalina hanya memberi uang sebesar lima juta atas pekerjaannya selama tujuh hari tujuh malam, akan tetapi Mirza memberi tambahan sebesar dua puluh lima juta tanpa sepengetahuan Kalina. Uang sebesar itu Fazia gunakan untuk membeli barang-barang yang sudah lama dia mimpikan. Mulai dari ponsel, segala jenis pakaian, aksesoris, perawatan diri, peralatan kecantikan, dan masih banyak lagi. Ya, wanita itu tidak bisa mengontrol nafsu foya-foya hingga telat menyadari bahwa uangnya semakin menipis dari hari ke hari. Beruntung Fazia mendapatkan teman baru di kampusnya—Citra, gadis yang berasal dari keluarga kaya raya. Selain tidak memandang kasta, dia juga sangat baik dan selalu bersedia membantu. Gadis itulah yang memperkenalkan Fazia pada segala hal, terutama kehidupan modern yang tidak ia ketahui sama sekali. “Cie ... yang diajakin nge-date sama kating idam

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status