Keesokan pagi nya, Alex dan Hilda sudah terlihat rapi dengan baju ala kantoran yang mereka pakai. Mereka berdua sedang sarapan. Terlihat Elica turun dari kamarnya dengan menuruni tangga. Dia berjalan ke arah meja makan yang memperlihatkan ibu nya dan Alex.
Elica pun duduk dihadapan ibu nya. Sedangkan Alex berada di tengah.
"Pagi semua" sapa Elica dengan nada malasnya lalu duduk.
"Pagi sayang, kau mau sarapan apa? Roti atau sereal?" Tanya sang ibu dengan lembut.
Dengan mengacuhkan ibunya, Elica tidak menjawab. Malah mengambil roti tawar yang dihadapan nya lalu memakannya langsung. Melihat sikap Elica, baik ibunya dan Alex kini tengah memandang kearah Elica.
"Kau ada kelas hari ini, sayang? Apa mau berangkat bersama Mommy?"
"Aku tidak masuk hari ini" jawab Elica Acuh.
"Aku akan ingin bertemu Daddy, mungkin aku akan menginap disana malam ini" lanjut nya
Mendengar hal itu baik Hilda dan Alex langsung menghentikan makan mereka dan menatap ke arah Elica.
"Untuk apa kau kesana sayang?" Tanya sang ibu.
"Aku rindu Daddy, Mom. Apa itu salah? Mommy mau melarang ku?"
"Tidak apa-apa Elica, aku memperbolehkan mu menginap disana. Lagi pula dia juga orang tua mu kan" kini Alex pun buka suara
"Aku tidak meminta persetujuan dari mu atau pun dari Mommy. Aku hanya memberi tahu saja"
"Elica, bisakah kau berbicara sopan kepada Alex? Walaupun bagaimana pun dia akan menjadi Daddy mu juga" ucap Hilda, ibu Elica.
"Aku tidak akan pernah menganggap nya sebagai Daddy ku sampai kapanpun. Daddy ku hanya satu. Bagaimana bisa aku menganggap orang yang pantas nya menjadi kekasih ku tapi malah akan menikah dengan ibu ku sendiri. Memalukan bukan?" ucap Elica dengan nada sinis yang menyindir kedua orang yang ada di hadapannya.
Plakkk
Seketika ibu Elica langsung menampar pipi Elica. Mendapatkan perlakuan tersebut Elica langsung diam dengan posisi wajah yang menghadap ke samping karena tamparan ibu nya.
Sedangkan ibu Elica langsung menutup mulutnya. Dia sangat menyesal dengan apa yang dia lakukan kepada putrinya.
"Elica maafkan Mommy, tadi.."
"Aku benci kalian"
"Elica.."
Elica pun Langsung meninggalkan meja makan dan langsung naik keatas kamar nya. Dia menutup pintu kamar nya dengan sangat keras dan menangis sejadi jadinya sambil memegang pipi nya yang sangat perih.
Dia tidak percaya, sosok ibu yang dulu sangat ia kagumi, sekarang berubah drastis hanya karena sebuah harta. Dan rela menyakiti perasaan suami dan anak nya. Ditambah ibu nya akan menikah dengan lelaki yang pantas nya menjadi anak nya sendiri. Sebenarnya Elica sangat malu.
Setelah puas menangis, akhirnya Elica bergegas untuk bersiap pergi dari rumah Alex. Dia pergi dengan langkah yang tergesa-gesa namun saat dia menuruni tangga ibunya melihat jika Elica akan pergi.
"Elica kau mau kemana, dengar Mommy. Mommy minta maaf soal tadi. Jadi Mommy mohon___"
"Cukup. Aku ingin sendiri Mom. Jadi biarkan aku pergi" ucap Elica sambil menepis tangan ibu nya yang menahan nya. Dia pun pergi.
"Elica___"
"Sayang, sudah biarkan. Dia butuh waktu"
Tiba-tiba Alex sudah di belakang hilda, dan menahan Wanita itu mengejar anaknya.
*********
Nyatanya ditempat lain Elica tidak pergi ke rumah ayah nya, karena dia tahu sepagi ini ayah nya pasti sedang bekerja. Akhirnya Elica hanya duduk di taman. Di sana banyak anak kecil yang sedang bermain dengan orang tua nya.
Elica pun memperhatikan seorang anak perempuan yang sedang bermain dengan ibu nya. Hal itu pun mengingatkan dia kepada masa kecilnya dulu. Keluarga mereka sangat harmonis dan lengkap.
Saat Elica masih berusia 12 tahun, ibu nya selalu mengajak nya piknik setiap hari libur walaupun hanya di halaman belakang rumah nya. Dan ayah nya akan pulang kerja di sore hari. Dulu ayah Elica seorang pengusaha, namun karena salah satu teman ayah korupsi di perusahaan ayah nya, mereka pun bangkrut.
Disaat itu pula, ibu Elica yang selalu hidup mewah tidak terbiasa dengan kesederhanaan. Hingga tahun berikutnya keluarga mereka berantakan. Apalagi ibu nya selalu meminta cerai dengan Ayah nya. Namun ayah masih teguh dengan rumah tangga nya ini, dan sang ayah juga masih memikirkan masa depan Elica. Buktinya saja, walaupun hidup mereka serba kekurangan, sang ayah masih kekeh ingin Elica melanjutkan kuliah sampai akhir.
Dan semua kebutuhan ibu nya pun berusaha ayah cukupi. Ayah nya memang orang yang sangat tanggung jawab, namun ibu nya tidak bisa melihatnya itu semua. Ditambah datang nya Alex, yang membuat ibu nya semakin lupa dengan suaminya sendiri. Membuat Elica sangat geram. Karena ibu nya menjadi orang yang sangat matre dan silau dengan harta orang lain.
Akhirnya ayah nya pun pasrah, dan menyetujui perceraian tersebut.
Saat Elica sedang melamun tiba-tiba ada seseorang yang menyodorkan es krim di depan wajah nya. Elica pun menoleh ke belakang ternyata itu adalah Alex. Elica pun langsung memasang wajah datarnya.
"Sangat disayangkan, pagi yang cerah seperti ini wajah mu terlihat muram. Makan eskrim ini, supaya mood mu kembali" ucap Alex
"Untuk apa kau kesini, kau mengikuti ku?" Alex pun tertawa mendengar ucapan Elica
"Anggap saja iya"
"Dasar tidak punya kerjaan" ketus Elica
"Untuk calon anak tiri, apapun akan aku lakukan. Bukankah kedengarannya bagus?"
"Menjijikan"
"Kenapa kau selalu berbicara kasar pada ku, nona?"
"Karena kau pantas mendapatkan nya"
"Baiklah aku anggap itu sebagai pujian, aku punya sesuatu untuk mu" ucap Alex, dia pun meletakkan es krim yang dia bawa di bangku taman. Dia merogoh sesuatu di dalam jas yang dia kenakan.
"Ini untuk mu" ucap Alex sambil memberikan sebuah kunci mobil untuk Elica. Elica pun tidak bergeming, dia hanya diam saja bahkan tidak mengambil kunci mobil itu.
"Ambil lah, bukan kah kemarin kau yang meminta nya, aku sudah menepati janji ku bukan. Kau sudah mencium ku dan aku memberi mobil. Menyenangkan bukan menjadi anak tiri ku"
Mendengar hal itu elica pun langsung tersenyum kecut, rasa nya dia ingin sekali memukul wajah pria yang ada dihadapannya ini.
"Jadi kau mau melakukan apapun asal aku menuruti kemauan mu?" Tanya Elica
"Jika kau setuju"
"Baiklah, bagaimana jika kau batal kan pernikahan mu dengan ibu ku, kau menyanggupi nya?" Tantang Elica kepada Alex.
Sedangkan Alex membalas nya dengan seringai.
"Apa yang aku dapatkan jika aku membatalkan nya, kau harus memiliki sesuatu yang sangat berharga untuk menukar nya Elica"
"Aku bisa memberikan mu, wanita-wanita yang lebih menarik dan pasti nya lebih cantik daripada ibu ku"
Sontak Alex pun langsung tertawa mengejek.
"Kau sangat lucu Elica, untuk apa aku mendapat kan wanita-wanita itu, sedangkan aku saja masih bisa mendapatkan nya dengan cara ku sendiri. Aku menolak nya"
Elica pun terlihat kesal dengan ucapan Alex, dia masih berfikir hal apapun yang bisa dia lakukan asal ibunya tidak menikah dengan pria bajingan seperti Alex.
"Lalu apa mau mu?" Tanya Elica lagi.
"Mudah, jadilah wanita ku Elica. Jika kau mau aku membatalkan pernikahan aku dengan ibu mu, maka kau harus bersiap sebagai gantinya. Bagaimana?"
"Kau gila, aku tidak mau"
"Semuanya terserah pada mu sayang, kau pilih atau tidak aku tidak keberatan. Lagi pula aku juga tidak akan menikahi mu jika kau setuju dengan tawaranku. Kau cukup menjadi wanita ku dan menjadi penghangat di ranjang ku. Terlepas dari itu kau bebas melakukan apapun semau mu. Tapi tidak terkecuali berhubungan dengan pria lain."
"Kau janji akan membatalkan pernikahan dengan ibu ku?" Tanya elica memastikan.
"Aku bukan orang yang suka ingkar janji Elica"
Elica terlihat masih berfikir, sebenarnya dia ragu. Apakah dia harus melakukan semua ini atau tidak. Tapi dalam hati sudah yakin untuk menerima. Demi keutuhan keluarga nya seperti dulu.
"Baiklah aku terima"
"Good Girl, Ingat janji mu Elica"
"Ingat juga janji mu untuk membatalkan pernikahan ibu ku"
"Sure honey"
Detik berikutnya Alex pun langsung menarik wajah Elica dan mencium nya.
TBC.
Elica POV.Entah sampai berapa lama aku akan bertahan. Disakiti oleh orang yang sama dalam waktu yang berulang-ulang. Sakit, adalah hal paling akrab dengan ku akhir-akhir ini, seperti luka yang basah dan selalu di beri garam saat aku bersuara.Kau, bukankah dulu pernah mengatakan mencintai ku. Ucapan mu bagaikan angin yang berhembus ke telinga ku, terdengar meyakinkan tetapi cepat berlaluJika memang takdir tidak mengizinkan ku bahagia, lalu mengapa aku selalu berikan rasa sakit oleh dia. Aku lelah, bagaikan pasir putih yang diterpa ombak laut, aku ingin menghilang. Terkadang aku berpikir, Kenapa Tuhan memberikan ku seorang malaikat kecil, yang kini berada di perutku. Aku bahkan tidak bisa menjaga diri ku, tetapi kenapa Tuhan menitipkan nya pada ku. Aku sungguh tidak mampu, maafkan aku."Kepala ku pusing sekali" aku membuka mata ku seraya memegangi kepala ku, dan tersadar jika semalam aku tertidur di samping ranjang dengan posisi terduduk.Aku ingat jika aku menangis sangat lama dan
Alex menghentikan laju mobil di depan sebuah gedung yang cukup tinggi. Pria itu membawa koper yang biasa dibawa untuk bekerja, dan kemungkinan didalam nya terdapat dokumen yang sangat penting.Berjalan menghampiri meja resepsionis yang menyambutnya dengan sapaan sopan. Setelah Alex mengatakan jika dirinya telah memiliki janji dengan sang pimpinan, si resepsionis tersebut pun mengantar Alex menuju ke ruangan yang bertuliskan "Direktur".Mengetuk pintu ruangan tersebut satu kali dan tidak lama terdengar suara dari dalam yang mengizinkan nya untuk masuk."Tuan Andrew" sapa Alex sesaat setelah membuka pintu dan masuk keruangan itu."Oh Alex, kau datang. Silahkan duduk" ujar Tuan Andrew yang tidak lain adalah ayah dari Bianca.Kedua orang tersebut memang sudah memiliki janji untuk melakukan kerja sama antar perusahaan. Tuan Andrew seorang pemilik Hotel berkelas di kota New York, yang meminta agar Alex bisa bekerja sama dengan perusahaan miliknya. Karena pria paruh baya itu sangat mengingi
Curang itu adalah salah satu cara dari permainan, yang terpenting adalah menang.Permainan ini sangat lah melelahkan. Bukan hanya diri ku tapi hati ku juga merasakan hal yang sama. Perasaan ku bagi mu seolah hanyalah sebuah tali, yang kadang kau tarik dan kadang kau ulur kembali.Jika kehadiran ku hanya untuk melihat sandiwara, harus nya kau juga bisa bersandiwara untuk tidak mengetahui keberadaan ku.********"apa?"Elica menggelengkan kepalanya tegas, tentu saja dia sangat menolak hal tersebut."Tidak. Dia anak ku Alex, kau tidak bisa mengambil nya."Alex terlihat berdiri dari duduknya. Pria itu menghampiri Elica yang kini terlihat berantakan dan lagi bekas air mata di pipi nya yang masih belum menghilangkan sempurna. Menggambarkan jika perempuan itu sedang panik."Aku akan memberi mu pilihan. Tinggalkan
"Elica..." Ucap Alex"Hm""Bisakah kedepan nya kita hidup bersama menjadi satu keluarga?"Keduanya saling bertatapan cukup lama, karena Elica juga tertegun dengan ucapan Alex baru saja.Elica lah yang memutuskan kontak mata dengan Alex, dia tersenyum seraya melihat kearah perut nya yang sudah besar itu.Dia mengelus perut nya sendiri dengan lembut, layaknya dia tengah menyentuh calon buah hati nya secara langsung."Kau sering mengatakan hal itu Alex, dan kau pasti tau jawabannya." Ujar Elica dengan tenang."Tapi kau tidak memberi ku kesempatan apapun Elica." Sahut AlexElica menatap lagi Alex dengan tatapan hangat. "Bukankah kita bisa mengasuh anak ini bersama-sama, tanpa harus ada pernikahan. Apakah itu bukan suatu kesempatan bagi mu?" Tanya Elica yang mulai serius."Tidak cukup
Jika kau menyakiti ku satu kali, maka aku akan mencari alasan seribu kali untuk memaafkan mu lagi. Namun jika kau nyaman dengan masa lalu kelam mu, maka aku akan memilih pergi dengan harapan kecil pada masa depan. Tapi satu hal yang harus kau ingat, saat aku pergi mungkin aku tidak akan pernah kembali untuk jatuh lagi pada kesalahan yang pernah ku perbuat.Kesalahan karena aku di pertemuan dengan mu, kesalahan karena aku memberikan semua dunia ku padamu, dan kesalahan karena aku mencintaimu.*****Terlihat mobil BMW berwarna hitam milik Alex memasuki pelataran rumah besar. Tidak lama pria itu keluar dari mobil tersebut dan membanting pintu mobil saat menutup nya kembali.Alex dengan ekspresi wajah dingin nya langsung masuk begitu saja ke dalam rumah.Dia terlihat berantakan karena masih menggunakan pakaian yang kemarin dia kenakan. Hanya saja yang kurang jaket yang di pakai nya tadi malam tida
Konten 18+Dibawah umur harap sadar diri. Dosa ditanggung sendiri.Bianca sangat kesal pada Alex yang terang-terangan mengusir nya dari rumah besar. Padahal tadinya Bianca merasa senang karena Alex tidak pulang bersama Elica, namun apa yang dia dengar dari mulut Alex membuat nya sangat Emosi."Aku tidak mau pergi. Aku akan membicarakan hal ini pada ayah ku, jadi kau tidak bisa mengusirku begitu saja Alex" pekik Bianca yang merasa tidak terima."Itu terserah pada mu. Yang jelas aku lah pemilik rumah ini jadi kau tidak bisa menentang apa yang aku ucapkan"Setelah mengatakan itu, Alex pun memilih pergi meninggalkan Bianca dan berjalan menuju kamarnya yang ada di atas. Bianca melihat punggung Alex yang mulai menghilang dengan tatapan tajam nya.Sejak awal tujuan nya kemari adalah ingin memiliki Alex. Ternyata benar kabar yang beredar jika Alex merupakan orang yang sulit di tak