Share

Bab 61. Wanita Penuh Ambisi.

Author: Zhang A Yu
last update Last Updated: 2025-07-29 08:00:33

Cahaya matahari menembus celah dedaunan bambu, menari-nari di atas lantai batu yang dingin.

Di tengah halaman, tubuh tinggi tegap Kaisar Lin Yi bergerak seperti angin yang mengalir cepat, tenang, dan nyaris tanpa suara. Jubah latihannya berwarna putih gading, sederhana tanpa bordiran mewah, berkibar mengikuti gerakan tubuhnya.

Pedang panjang di tangannya berkilau terkena cahaya mentari. Pria itu melangkah satu kaki ke depan, bahu merendah, lalu mengayun pedang ke samping. Gerakannya lembut namun menyimpan kekuatan tersembunyi. Suara gesekan angin yang ditoreh bilah pedang menciptakan bunyi mendesis, halus tapi tajam, seperti bisikan maut.

Dia memutar tubuh, melompat ringan ke belakang, lalu mendarat dengan tumit yang nyaris tak bersuara. Napasnya teratur. Mata hitamnya jernih dan fokus, seperti danau dalam yang tak tergoyah riak kecil. Gerakannya bukan sekadar latihan. Tapi juga pelampiasan. Keheningan halaman, desau daun bambu, dan suara napasnya sendiri
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 84. Hati Kaisar Bagai Istana Beku

    Drap! Drap!Kereta milik Kaisar, yang diseret empat kuda sekaligus masih bertengger di halaman makam keluarga bersama kusirnya.Sementara kereta sederhana itu melaju pelan di jalanan berbatu menuju ibu kota. Di dalamnya, dua insan duduk berdampingan, tapi rasanya seperti memunggungi dunia masing-masing.Kaisar Lin Yi menatap lurus ke depan. Wajahnya tetap tenang, bahkan dingin, seperti tak menyadari bahwa perempuan yang duduk di sampingnya hampir mengepalkan tangan karena emosi.Angin sore yang menyusup masuk dari sela tirai kereta sempat membuat rambut panjang Permaisuri Yuwen terangkat perlahan, menyentuh bahu sang Kaisar, tapi tak satu pun dari mereka bergerak atau bicara.Jarak di antara mereka tak lebih dari dua jengkal, tetapi terasa seperti gunung yang membelah dua benua.Permaisuri Yuwen melirik sekilas ke arah Lin Yi. Tatapannya menyapu wajah itu perlahan. Jelas sekali, pria ini memang rupawan. Sangat. Dengan garis rahang tegas, hidung tinggi, dan sorot mata gelap yang membua

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 83. Demi Jenderal

    Paviliun Bunga Prem.Hunian yang sebagian besar tanaman di halamannya adalah bunga prem itu milik Permaisuri Yuwen. Wanita ini merupakan satu-satunya perempuan yang dinikahi Kaisar Lin Yi, dengan perayaan besar disaksikan banyak tamu, bahkan setelah pernikahan, mendiang Kaisar lama langsung memberinya gelar Permaisuri meski dia belum memiliki anak sekalipun.Hal ini dikarenakan Permaisuri Yuwen merupakan putri kesayangan dari keluarga bangsawan Yuwen, keluarga yang menemani perjuangan hidup dan mati mendiang Kaisar lama.Di hari pernikahan itu, usia Kaisar Lin Yi baru saja 20 tahun, sementara Permaisuri Yuwen sudah 22 tahun.Mereka dinikahkan bukan atas dasar cinta tapi ambisi kedua keluarga masing-masing!Keluarga Lin menginginkan istri dari kelas atas, yang posisinya bersih, tidak pernah tercoreng dari masalah. Dan yang memegang predikat demikian hanyalah keluarga bangsawan Yuwen. Sedangkan keluarga Yuwen menikahkan putri kesayangan keluarga mereka pada Kaisar Lin Yi, karena mereka

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 82. Biarkan Li Jiancheng Berpikir Semua di Bawah Kendalinya

    Suara batu asah yang bergesekan dengan bilah logam memecah hening ruangan.Murong Jinghe; mantan jenderal di perbatasan selatan, duduk bersila di kursi rendah kayu yang usang, tubuh besarnya sedikit condong ke depan, mata tajamnya menatap permukaan pedang panjang yang tengah dia sendiri asah. Gerakannya teratur, sabar, seperti seorang pematung yang sedang merapikan detail terakhir dari karya agungnya.Cahaya obor di sudut kedai bergetar tertiup angin yang menyelinap dari celah dinding, menciptakan bayangan bergerigi di wajahnya.Bekas luka lama membelah pipi kirinya hingga ke dagu, seperti jejak sejarah yang tak bisa dihapus. Di sekelilingnya, bau logam, arang mati, dan jamu busuk bercampur menjadi satu.Di atas meja kayu yang retak, benda-benda penting tertinggal. Kantong koin emas dan plakat nama tembaga. Pandangannya sempat melirik ke sana. Satu senyum miring muncul di bibirnya. Bukan karena jumlah uangnya, tapi karena nama di balik alasan satu kantong koin itu.Shang Que.Dialah J

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 81. Ambisi Li Jiancheng.

    Angin malam menyapu lembut permukaan danau, menciptakan riak-riak kecil yang memantulkan sinar bulan seperti serpihan perak yang tercerai.Di balik keheningan itu, suara alam seolah tak sanggup menenggelamkan bara yang sedang menyala di dada Li Jiancheng.Tubuhnya tegak, jubah panjangnya berkibar pelan. Di hadapannya, danau terlihat tenang, tetapi pikirannya jauh dari kata damai. Tatapannya tajam, seperti bisa menembus air dan melihat apa yang tersembunyi di dasarnya.Seekor buaya yang hanya menampakkan moncong melintas perlahan, diam-diam tapi mengancam. Li Jiancheng memperhatikannya sekilas, dia mengepalkan tangan. Bukan karena takut, melainkan karena marah.Shen Kuo! Nama itu terngiang di telinganya seperti gema dentang lonceng peringatan. Pria itu adalah satu-satunya orang yang tak pernah mengkhianatinya, bahkan saat dunia menjatuhinya tanpa peringatan. Namun kini, orang yang paling dia percayai itu dilempar ke tempat ini. Dibuang, seperti sampah tak berguna. Dan semua karena sat

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 80. Kaisar Harus Mengalah.

    Di Paviliun Qingxin, hawa dingin malam yang tersisa masih mengendap di sela-sela kayu dan tirai bambu. Lentera di sudut ruangan bergoyang pelan ditiup angin, bayangannya menari-nari di dinding, seolah mengintip percakapan yang tak terdengar.Kaisar Lin Yi duduk bersandar santai di atas ranjang besar berlapis kasur tebal. Jubah dalam putih bersih membalut tubuhnya, sementara mantel bulu beruang menggantung longgar di bahunya. Cahaya lentera menyentuh wajahnya dari samping, menegaskan garis rahang tegas dan mata yang masih menyimpan bara tak padam.Tatapannya tidak beranjak dari Chun Mei! Wanita itu duduk di kursi baca, agak jauh darinya. Bahunya tertarik tegak, menunjukkan ketegangan yang masih dia sembunyikan di balik ketenangan palsu. Sebuah buku tua tanpa judul terbuka di pangkuannya, tapi sudah beberapa halaman, jemarinya tak lagi membalik lembaran.Dia sadar diperhatikan. Namun, Chun Mei enggan menanggapi. Matanya tetap tertuju pada halaman yang sudah berulang kali dibaca, tetapi

  • Selir Chun! Kaisar Hanya Menginginkanmu!   Bab 79. Menggoda Chun Mei.

    Di Paviliun Qingxin.Begitu merasakan sentuhan lembut dari bibir Kaisar yang menggigit pundaknya, Chun Mei tersentak.Refleks, dia melangkah mundur satu langkah penuh, suaranya teredam oleh embusan napas yang tertahan. Wajahnya menegang, dan matanya menatap Kaisar Lin Yi dengan campuran keterkejutan sekaligus amarah.Butuh beberapa detik baginya untuk menemukan kata-kata. “Kenapa Yang Mulia menggigit pundakku?” suaranya akhirnya keluar, terputus, tapi tegas.Tangannya masih menggenggam belati yang sudah mulai dingin. Ujungnya bergetar sedikit, entah karena marah, gugup, atau karena hal lain yang tak ingin dia akui.Kaisar tidak menjawab seketika. Dia hanya mengangkat sebelah tangan, mengusap pelan bibir bawahnya, lanjut menatap Chun Mei dengan pandangan yang tenang, tapi menyala.Tatapan itu seperti bara yang tersembunyi di bawah salju. Tak membakar, tetapi menghanguskan perlahan.Seakan baru saja menikmati sesuatu yang tak semestinya dia cicipi.“Panas dari belati itu,” katanya, sua

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status