Share

Gercep

last update Last Updated: 2025-05-18 20:15:12

Lebih kurang dua puluh menit lamanya waktu yang dihabiskan Alana bersama Romy mengitari rumah yang rencananya akan dibeli Romy. Lelaki itu tampak puas dan tidak lagi sebawel tadi. Selama Alana menerangkan Romy diam mendengarkan bagai seorang siswa sedang mendengarkan gurunya. Sedangkan mata laki-laki itu begitu lekat di wajah Alana.

”Fix, saya ambil rumah yang ini.” Pria itu menegaskan setelah Alana selesai dengan uraiannya.

“Okay, setelah ini saya akan atur untuk proses pembeliannya.”

“Tapi masih dengan kamu kan?” kejar lelaki itu cepat.

“Bukan, itu bukan bagian saya.”

“Tapi nanti dampingi saya ya?” Romy memelas penuh harap. Memasang tatapan ala puppy eyes yang mungkin akan membuat siapa saja jadi luluh.

”Kalau tanpa saya gimana?”

”Saya nggak enak kalau sendiri. Lagian dari awal kamu yang handle saya. Mestinya sampai akhir juga sama kamu.”

Ada-ada saja alasan laki-laki itu. Agaknya dia sudah terlatih menggunakan seribu satu cara agar orang-orang mau mengikuti keinginannya.

“Ya sudah
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Kejutan Mengejutkan

    Lelaki itu melangkah dengan tegap. Sesekali ia menebar senyum saat berpapasan dengan orang-orang yang menyapanya. Entah itu mengenalnya atau pun hanya sekadar berbasa-basi.Langkahnya lalu terhenti tepat di depan sebuah ruangan. Perlahan tangannya memutar gagang pintu, lalu menarik langkah pelan ke dalam. Ruangan itu serba putih. Atmosfir di sekitarnya menguarkan bau yang khas.Laki-laki bersnelli putih itu adalah Agha Ardiya Arnawarma, dokter kandungan yang tadi menangani perempuan yang sedang berbaring tak sadarkan diri di tempat tidur rumah sakit. Orang-orang memanggilnya Agha atau Aga.Sedangkan perempuan yang tengah berbaring itu adalah Celine. Agha tidak tahu bagaimana ceritanya. Semua serba kebetulan. Ada pasien yang pendarahan dan Agha yang menangani. Kejutannya adalah pasien tersebut ternyata Celine, apoteker di tempatnya praktik selain di rumah sakit ini.Agha baru saja akan keluar dari ruangan tersebut ketika tangan Celine terlihat bergerak pelan. Agha menahan langkah, menu

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Yang Penting Kamu Bahagia

    Celine menatap Giandra yang mengunyah nasi gorengnya tanpa selera. Gerakan bibir laki-laki itu teramat lambat dan terlihat berat yang membuat Celine harus bertanya padanya.“Nggak enak ya, Gi?”“Enak kok, tapi mungkin sarapannya yang kepagian, jadinya nggak terlalu selera.”“Tapi tadi katanya laper.”“Iya sih, tapi enak kok.” Lalu Giandra membuat gerakan mulut yang terkesan sangat menikmati makanannya.Celine tersenyum mengamati, lalu tertawa lucu di dalam hati. Menertawai takdir hidup yang dijalaninya. Ia tidak pernah mengira jika pria seumuran adiknyalah yang akan menjadi suaminya. Sama sekali tidak menyangka jika tindakan tanpa pikir panjangnya dulu juga akan berbuntut panjang. Menempatkannya pada posisi yang teramat sulit.“Skripsi kamu udah sampai mana, Gi?” tanya Celine membangun obrolan baru.“Udah bab tiga, kalau lancar aku bisa wisuda tahun ini. Itu makanya aku kejar habis-habisan. Aku harap kamu bisa ngerti.”“Aku ngerti, aku selalu support kamu. Yang terbaik buat kamu ya…”

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Ketiduran

    Giandra dan Raia masih berdiri di sisi pintu ketika beberapa saat kemudian Qey kembali muncul dengan membawa ponsel dan memberikan pada Giandra.“Hpnya aku bawa dulu ya, Qey?””Bawa aja.” Qey mengizinkan.“Thanks, Qey.”Giandra lalu pergi diiringi tatapan Raia yang keheranan lantaran Giandra tidak menuju kamarnya melainkan kembali ke arah lift.”Gian nelfon siapa sih?” tanyanya pada Qey.Qey mengangkat bahu. “Aku juga nggak tahu.”*Giandra mencari tempat yang tenang untuk menelepon. Ia tidak mungkin menelepon Celine di kamar karena ada Max.Satu-satunya yang ia yakini sebagai tempat yang aman untuk menelepon adalah di area lobi.Meskipun sudah larut namun tempat tersebut tidak sepenuhnya sepi. Beberapa orang masih lalu lalang dan ada yang duduk di sana. Namun setidaknya tidak ada dari mereka yang mengenal Giandra.Tanpa membuang waktu Giandra langsung men-dial nomor seluler Celine yang sudah dihafalnya di luar kepala. Panggilan tersebut tersambung tapi tidak dijawab. Ketika waktu kon

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Feeling Guilty

    Konser malam itu ditutup dengan apik bersama lagu Yellow sebagai tembang penutup. Malam itu band asal London tersebut berhasil memukau penonton dan membuat mereka tidak menyesal merogoh kocek dalam-dalam demi menyaksikan penampilan band favorit mereka yang spektakuler.Giandra dan Raia ikut keluar bersama ribuan penonton lainnya dari stadion. Sialnya Max dan Qey benar-benar menghilang, lenyap bersama lautan manusia.Raia bergelayut manja di lengan Giandra sehingga terpaksa Giandra menggandeng tangannya. Bagi orang-orang yang tidak mengenal mereka mungkin akan menganggap Giandra dan Raia adalah pasangan muda yang sedang berpacaran.“Aduh!” Raia hampir saja terjatuh ketika seseorang menyenggolnya. Untung saja Giandra dengan sigap menyanggah tubuhnya.“Hati-hati, Rai, nggak usah buru-buru.” Giandra mengingatkan.“Aku udah hati-hati tapi dia-nya aja yang nggak ngeliat,” rutuk Raia jengkel.“Sini, pegangan yang kuat.” Giandra merangkul Raia. Rangkulan yang begitu protektif. Jadilah keduany

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Sama Tapi Berbeda

    Alana masih tertegun di tempat dengan tangan menggenggam handphone. Berbagai pertanyaan menggayuti kepalanya. Untuk apa Celine menelepon? Memangnya sedekat apa hubungannya dengan Giandra?Alana membiarkan dering ponsel tetap terdengar hingga akhirnya mati sendiri. Alana pikir panggilan akan berakhir sampai di sana. Ternyata ia salah. Celine belum berhenti menelepon sebelum panggilannya terjawab.“Halo…” Alana menyapa membuka obrolan.Di seberang sana Celine terkejut ketika mendengar suara perempuanlah yang menjawab panggilan darinya, bukan suara Giandra yang sangat ia rindukan.“Halo, maaf bisa bicara dengan Giandra?” tanyanya hati-hati seraya menerka-nerka siapa sosok wanita yang saat ini sedang bicara dengannya.“Ini siapa?” Alana pura-pura bertanya untuk menguji Celine.“Ini Celine, temennya Giandra. Maaf, saya sedang bicara dengan siapa ya?””Ini Tante Alana, apa kabar, Lin?”“Eh Tante ya, maaf, Tante, saya nggak tahu kalau ini Tante soalnya suara Tante masih kayak seumuran saya.

  • Semakin Red Flag Semakin Cinta   Fix You

    “Sudah masuk delapan belas minggu ya, Bu. Panjangnya empat belas senti, beratnya sekitar seratus sembilan puluh gram. Perkembangannya bagus dan normal menurut semestinya.”Segaris senyum terulas di bibir Celine ketika mendengar keterangan dokter. Saat itu Celine sedang berada di atas ranjang periksa di dalam ruang dokter kandungan. “Gimana, Bu, apa Ibu sudah merasakan gerakannya?” tanya dokter lagi.“Sudah, Dok, sedikit,” jawab Celine sembari mengusap perut. Belakangan Celine memang sudah merasakan gerakan halus dari janin yang sedang tumbuh di rahimnya terutama saat malam hari dan ia tidak ada kegiatan.“Nanti kalau usianya sudah semakin besar gerakannya juga akan semakin kencang.” Dokter menambahkan keterangannya. “Ibu nggak mau tahu apa jenis kelaminnya?”“Sudah kelihatan memangnya, Dok?“Sudah, Bu. Oh iya, suaminya mana? Ibu sendiri?”Pertanyaan itu membuat senyum Celine memudar.Tanpa terasa sudah satu minggu ini Celine tidak bertemu dengan Giandra meskipun mereka masih berkomu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status