Home / Romansa / Semanis Coklat Di Dalam Kotak / Mempertimbangkan Permintaan Sang Ayah

Share

Mempertimbangkan Permintaan Sang Ayah

Author: Erna Azura
last update Huling Na-update: 2025-07-08 20:45:57

“Alenka … duduk dulu, ada yang mau Ayah bicarakan,” kata Irawan saat Alenka beranjak berdiri dari kursi meja makan usai menghabiskan makan malamnya.

Walau malas-malasan, Alenka duduk kembali.

Raut wajahnya tidak bisa dikondisikan, sengaja menunjukkan kalau dia sama sekali tidak tertarik dengan apapun yang akan sang ayah tiri tidak berguna itu akan bicarakan.

“Ma… panggil Zea,” kata Irawan kepada istrinya.

“Zeaaaa!” Linda berteriak dari tempatnya berdiri.

“Iya Bu?” Alzea berlari dari dapur.

Tangannya penuh sabun dan masih menggunakan apron untuk mencuci piring.

Dia harus segera datang bila sang ibu tiri memanggil karena kalau tidak, Alzea akan disiram air atau lebih parah dilempar gelas oleh Linda.

“Cuci tangan dulu dan lepas apronnya, ada yang mau Ayah bicarakan sama kamu.”

Berbanding terbalik dengan Linda, Irawan berujar lembut pada Alzea.

“Sebentar Yah… Zea selesaikan dulu cuci piringnya.”

“Cepetan!” bentak Linda membuat Alzea terhenyak lantas mengangguk cepat dan berlari kembali ke dapur.

Buru-buru mencuci piring, membuka apron lalu kembali ke ruang makan.

“Tapi Zea belum selesai cuci piring, Yah.” Alzea berujar takut-takut.

“Lelet sih, kamu!” hardik Linda yang kini sudah duduk di samping Irawan.

“Sini duduk, Nak!” Irawan menunjuk kursi kosong yang paling dekat dengannya.

Ayah meraup udara dalam kemudian mengembuskan perlahan sebelum akhirnya bicara.

“Kalian tahu ‘kan kalau perusahaan Ayah hampir bangkrut … Ayah juga punya banyak hutang untuk pengobatan Ayah … dan kebutuhan rumah tangga harus dipenuhi, beruntung Zea sudah lulus tinggal wisuda tapi harus membayar uang untuk acara wisuda … intinya keluarga kita sangat membutuhkan uang saat ini ….“ Ayah menjeda kemudian menoleh menatap Alenka-anak tirinya.

“Alenka, Ayah mengucapkan Terimakasih karena kamu telah membantu perekonomian kita selama Ayah sakit.”

Alenka hanya tersenyum tipis merespon ucapan Terimakasih Irawan.

Sedangkan Alzea menundukan kepala karena merasa tidak bisa membantu perekonomian keluarga.

“Jadi begini, kedatangan pak Prabu ke sini adalah untuk menagih hutang … tapi beliau masih baik tidak berbuat kasar saat menagih hutangnya … malah beliau memberikan penawaran kepada Ayah ….” Ayah menjeda kalimatnya, menatap Alzea lama

“Jadi pak Prabu itu sudah lama hidup sendiri setelah kematian istrinya … anaknya juga lebih sering di Luar Negri mengurus bisnis jadi dia butuh teman hidup dan tadi mengetahui—“

“Ayah mau menjual aku sama kakek-kakek tua bangka untuk menyelamatkan bisnis Ayah yang enggak pernah untung itu?” sambar Alenka dengan nada tinggi dan mata menatap nyalang.

Alenka bangkit dari kursi ruang makan. “Aku enggak mau ya Yah, Ayah suruh aja anak Ayah yang nikah sama kakek tua itu karena Ayah yang enggak becus jadi kepala rumah tangga … perusahaan Ayah belum pernah untung, bangkrut terus!”

“Alenka!” Linda berseru.

“Kamu boleh protes tapi enggak boleh menghina dan membentak.” Linda mengatakannya dengan tenang tapi sorot matanya begitu tajam.

Tentu saja Irawan merasa dibela oleh istrinya dan dia jadi sangat mencintai Linda.

Alzea tersenyum miris, dia yang hanya melakukan kesalahan kecil seringkali disiram dengan air, dilempar dengan barang bahkan pernah di tampar tapi Alenka yang telah berkata kasar hanya mendapat peringatan.

Sungguh tidak adil, tapi mau bagaimana lagi?

Alzea hanyalah anak tiri sedangkan Alenka anak kandung Linda.

Padahal Irawan sendiri sangat menyayangi Alenka, tidak pernah memarahi apalagi membentak apapun kesalahan yang Alenka lakukan.

Contohnya saat ini, setelah Alenka menghina dan merendahkan Irawan—pria itu diam saja tidak membalas.

Alenka balas menatap nyalang pada mamanya, dia lantas pergi karena sudah tidak ada yang perlu dibahas lagi.

Dia tidak akan pernah mau dinikahkan dengan pria tua meski kaya raya.

Irawan mengembuskan napas berat, beliau menoleh pada Alzea.

Setelah penolakan Alenka tadi, otomatis hanya Alzea harapan Irawan sekarang.

“Ayah bukan mau menjual salah satu di antara kalian … selain Ayah mendapat suntikan dana untuk perusahaan, hutang ayah juga akan dilunasi, kehidupan kita juga akan terjamin … pak Prabu bukan orang baru bagi Ayah … dia adalah suami dari sahabat bunda kamu, Zea.”

Irawan sedang membujuk Alzea untuk menikah dengan Prabu, berharap putrinya bersedia.

Alzea masih menundukan kepala, matanya mengerjap cepat.

Takut menatap ayah karena tidak berani menolak.

Hening selama beberapa lama menjadi hening paling mencekam dalam hidup Alzea karena meski dengan kepala menunduk, dia bisa merasakan tatapan Linda yang seolah ingin melobangi kepalanya.

“Ya sudah … enggak apa-apa, Ayah enggak akan memaksa.” Akhirnya Irawan berujar demikian setelah lama Alzea hanya diam.

Tapi raut wajah Irawan tampak sendu dan napasnya kembali terembus lebih berat.

“Selesaikan cuci piringnya, sana!” Linda mengibaskan tangan, memerintah Alzea ketus.

Alzea bangkit dari kursi untuk kembali ke dapur.

Dan meskipun dia telah menolak secara halus namun permintaan Irawan tetap saja terngiang di benaknya.

Alzea masih dua puluh tiga tahun sedangkan pak Prabu seusia ayahnya, bagaimana dia bisa mencintai pak Prabu terlebih pernikahan tersebut dia lakukan untuk membantu perekonomian keluarga dan menyelematkan perusahaan sang ayah.

Yang ada Alzea akan menganggap pak Prabu sebagai ayahnya dan jadinya pernikahan tersebut berdasarkan materi bukan cinta.

Alzea bukan cewek matre.

Malam itu, hanya Irawan yang tidak bisa tidur dengan nyenyak padahal dokter menyarankan agar dia banyak istirahat.

Dadanya sempat sesak sampai Linda membangunkan kedua anak-anaknya tapi hanya Alzea yang langsung turun dari lantai dua untuk memeriksa keadaan Irawan.

“Tuh lihat ayah kamu jadi kaya gini karena banyak pikiran … kamu anaknya enggak bisa diandalkan!”

Linda berujar demikian agar Alzea berubah pikiran dan mau menikah dengan Prabu.

Alzea yang duduk di sisi ranjang sembari memijat kaki Irawan hanya bisa menundukan kepala.

Beruntung sesak di dada ayah perlahan berkurang tanpa perlu dibawa ke rumah sakit.

Saat Irawan telah terlelap, Alzea kembali ke kamar.

Dia menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, matanya menerawang menatap langit-langit kamar.

Irawan jarang membela Alzea bila Linda sedang memarahinya atau melakukan kekerasan fisik kepada Alzea tapi setidaknya tadi ayah tidak memaksakan kehendak agar Alzea menikah dengan pria tua.

Raut sendu membayangi wajah Alzea, haruskah dia bersedia dinikahi oleh Prabu agar semua masalah ekonomi keluarganya selesai?

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Semanis Coklat Di Dalam Kotak   Tamat

    “Zea … kamu sarapan dulu ya, kamu ‘kan harus menyusui.” Irni datang membawa piring berisi sarapan pagi dan gelas berisi air mineral.Beliau menarik kursi lalu duduk di depan Alzea yang sedang di-makeup oleh penata rias terbaik Singapura.Irni memiliki kesempatan menyuapi Alzea karena Azzam dan Azura sedang diawasi sementara oleh Elzio serta Hengky dan Nugie yang baru datang tadi malam. Elzio dan Alzea belum menyewa jasa Nanny lantaran mereka merasa tidak terlalu repot mengurus si kembar. Papanya si kembar itu masih trauma dan sampai sekarang pun orang-orang bertubuh kekar berpakaian casual masih berkeliaran di sekitar gedung Penthouse ditugaskan untuk menjaga Alzea dan si kembar.“Azzam dan Azura sama siapa, Bun?” Alzea bertanya dengan mulut penuh makanan.“Sama papanya, om Hengky dan Nugie.” Irni menjawab santai.Nugie dan om Hengky baru saja tiba tadi malam dan menginap di Penthouse.Mereka senang sekali bertemu Azzam dan Azura terutama Nugie yang baru pertama kali ini bertemu.Ba

  • Semanis Coklat Di Dalam Kotak   Rindu Ayah

    Alzea langsung berdiri dari lantai berkarpet saat menyadari sosok sang ayah baru saja memasuki ruang televisi di mana dia berada saat ini bersama si kembar yang berbaring di bouncer bayi elektrik.“Ayah.” Alzea menyapa, mata indah ibu muda itu berbinar bahagia mengabarkan sejuta rindu.Alzea meninggalkan kedua anaknya tapi masih dalam pengawasan Irni karena beliau juga ada di sana.Alzea berhenti melangkah tepat di depan Irawan, tersenyum dengan mata berkaca-kaca lantas memeluk Irawan.“Ayah … Zea kangen.” Dan pecah lah tangis Irawan, beliau sampai meraung membuat Alzea bingung.“Ayah … udah Ayah.” Alzea masih memeluk sang ayah, mengusap-ngusap punggungnya lembut.“Maafin Ayah, Zea … maafin Ayah.” Irawan berujar di antara tangisnya.Beliau sangat menyesali perbuatannya yang selama ini tidak adil memperlakukan Alzea.Irni merotasi bola matanya, jijik rasanya dia mendengar kalimat permintaan maaf mantan suaminya itu yang telah dengan sengaja dan sadar menyiksa putri mereka, menjadikann

  • Semanis Coklat Di Dalam Kotak   Ingin Bertemu Sang Ayah

    “Sayang … Bunda dari tadi belum keluar kamar, Bunda marah karena aku bilang mau ngundang ayah ke baby shower si kembar … kamu yang bujuk Bunda donk biar mau makan.” Alzea menceritakan kegundahannya kepada sang suami yang baru saja pulang bekerja disertai sebuah permintaan yang luar biasa sangat sulit dan tidak mungkin Elzio lakukan.“Sayaaaaa … kamu ‘kan tahu bunda juga lagi kecewa sama aku.” Elzio mengesah sembari mengerutkan wajahnya.Alzea tergelak. “Coba dulu sayang … ayo.” Alzea memaksa, mendorong tubuh suaminya ke depan pintu lamar Irni.Dia tidak bisa meminta bantuan Hengky karena beliau sudah kembali ke Jakarta dan Nugie yang tiba-tiba membatalkan kedatangannya karena ada suatu urusan.Elzio mengesah, pundaknya melorot tapi tak ayal tangannya terangkat mengetuk pintu kamar Irni.Otak Elzio langsung memerintahkan anggota tubuhnya untuk melakukan keinginan Alzea atas dasar cinta yang besar.Tok … Tok …Tok …“Tante Irni.” Elzio menambahkan suara agar Irni tahu yang mengetuk pin

  • Semanis Coklat Di Dalam Kotak   Permintaan Alzea

    “Apa?” Suara bunda melengking saat melontarkan pertanyaan menggunakan satu suku kata tersebut.Matanya juga membulat menatap nyalang.Alzea baru saja menceritakan tentang apa yang dialaminya beberapa minggu lalu dan nyaris membuatnya meregang nyawa.“Mungkin Zea memang harus melalui ini dan dengan begitu El juga jadi sangat membenci Angela sampai berusaha keras untuk membuat Angela dihukum berat, jadi ke depannya enggak mungkin El berpaling lagi dari Zea apalagi kembali sama Angela … Bunda enggak perlu marah sama El ya, ini udah jalan terbaik yang ditetapkan Tuhan … yang penting Zea sama Azzam selamat.” Alzea buru-buru menggiring Irni pada suatu pemikiran positif agar tidak semakin membenci Elzio.“Ya Tuhan, Zea … Bunda sampai enggak habis pikir kamu bisa mengalami itu semua … Prabu enggak pernah cerita apa-apa sama Bunda.” Sepertinya Irni kecewa kepada Prabu.“Papa Prabu khawatir Bunda kepikiran … memang Zea yang meminta agar papa Prabu enggak cerita masalahnya ini dulu sama Bunda …

  • Semanis Coklat Di Dalam Kotak   Bertemu Angela

    Sebenarnya Elzio sangat keberatan sewaktu Alzea menagih janji untuk bertemu dengan Angela.Angela itu makhluk yang tidak bisa diprediksi, Elzio khawatir Angela akan menyakiti Alzea.Tapi janji harus ditepati dan akhirnya Elzio sendiri mengantar Alzea bertemu Angela di Lembaga Pemasyarakatan.“Aku enggak mau masuk bertemu dia jadi kamu harus dijaga sama petugas … aku akan tunggu di luar ….” Alzea sudah membuka mulut untuk memprotes namun kembali mengatupkannya karena Elzio menyela.“Eit … enggak ada protes, aku mempertaruhkan banyak hal mengijinkan kamu bertemu Angela,” Elzio memperingatkan.Mereka sedang berjalan beriringan di sebuah lorong mengikuti petugas yang mengantar ke sebuah ruangan di mana nanti menjadi tempat paling aman pertemuan antara Angela dengan Alzea.Alzea tersenyum kemudian menempelkan sisi wajahnya di lengan berotot Elzio.“Iyaaaaa.” Alzea memanjangkan kata, tidak rela menyetujuinya tapi harus agar bisa bicara dengan Angela.Sekali saja, dia ingin bicara banyak de

  • Semanis Coklat Di Dalam Kotak   Akan Menepati Janji

    Elzio meninggalkan Alzea dan kedua anaknya sebentar untuk menandatangani kontrak bisnis dengan Thomas.Rencananya setelah ini dia akan mengambil cuti agar bisa membantu Alzea merawat putra dan putri mereka.Namun kedatangan Hengky dan Irni sepertinya membuat Elzio berubah pikiran.Dia belum memandatkan apa-apa pun perihal pekerjaannya selama cuti nanti kepada Arman.Elzio dan Thomas berjabat tangan setelah menandatangani kontrak bisnis yang diprediksi akan menguntungkan bagi kedua belah pihak.“Sayangnya saya tidak memiliki anak, andaikan ada … akan saya jodohkan dengan anak Anda agar kita bisa melanjutkan kontrak bisnis ini menjadi jangka panjang.” Thomas berkelakar.“Sepertinya Anda sudah harus mencari seorang istri dan memiliki anak.” Tak disangka, Elzio menyambut baik ide Thomas tersebut.Keduanya lantas tertawa.Acara penting perusahaan telah selesai dilaksanakan, kini mereka melanjutkannya dengan makan siang.Sebuah restoran dengan menu Italia menjadi pilihan pihak Elzio untuk m

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status