“Alenka … duduk dulu, ada yang mau Ayah bicarakan,” kata Irawan saat Alenka beranjak berdiri dari kursi meja makan usai menghabiskan makan malamnya.
Walau malas-malasan, Alenka duduk kembali. Raut wajahnya tidak bisa dikondisikan, sengaja menunjukkan kalau dia sama sekali tidak tertarik dengan apapun yang akan sang ayah tiri tidak berguna itu akan bicarakan. “Ma… panggil Zea,” kata Irawan kepada istrinya. “Zeaaaa!” Linda berteriak dari tempatnya berdiri. “Iya Bu?” Alzea berlari dari dapur. Tangannya penuh sabun dan masih menggunakan apron untuk mencuci piring. Dia harus segera datang bila sang ibu tiri memanggil karena kalau tidak, Alzea akan disiram air atau lebih parah dilempar gelas oleh Linda. “Cuci tangan dulu dan lepas apronnya, ada yang mau Ayah bicarakan sama kamu.” Berbanding terbalik dengan Linda, Irawan berujar lembut pada Alzea. “Sebentar Yah… Zea selesaikan dulu cuci piringnya.” “Cepetan!” bentak Linda membuat Alzea terhenyak lantas mengangguk cepat dan berlari kembali ke dapur. Buru-buru mencuci piring, membuka apron lalu kembali ke ruang makan. “Tapi Zea belum selesai cuci piring, Yah.” Alzea berujar takut-takut. “Lelet sih, kamu!” hardik Linda yang kini sudah duduk di samping Irawan. “Sini duduk, Nak!” Irawan menunjuk kursi kosong yang paling dekat dengannya. Ayah meraup udara dalam kemudian mengembuskan perlahan sebelum akhirnya bicara. “Kalian tahu ‘kan kalau perusahaan Ayah hampir bangkrut … Ayah juga punya banyak hutang untuk pengobatan Ayah … dan kebutuhan rumah tangga harus dipenuhi, beruntung Zea sudah lulus tinggal wisuda tapi harus membayar uang untuk acara wisuda … intinya keluarga kita sangat membutuhkan uang saat ini ….“ Ayah menjeda kemudian menoleh menatap Alenka-anak tirinya. “Alenka, Ayah mengucapkan Terimakasih karena kamu telah membantu perekonomian kita selama Ayah sakit.” Alenka hanya tersenyum tipis merespon ucapan Terimakasih Irawan. Sedangkan Alzea menundukan kepala karena merasa tidak bisa membantu perekonomian keluarga. “Jadi begini, kedatangan pak Prabu ke sini adalah untuk menagih hutang … tapi beliau masih baik tidak berbuat kasar saat menagih hutangnya … malah beliau memberikan penawaran kepada Ayah ….” Ayah menjeda kalimatnya, menatap Alzea lama “Jadi pak Prabu itu sudah lama hidup sendiri setelah kematian istrinya … anaknya juga lebih sering di Luar Negri mengurus bisnis jadi dia butuh teman hidup dan tadi mengetahui—“ “Ayah mau menjual aku sama kakek-kakek tua bangka untuk menyelamatkan bisnis Ayah yang enggak pernah untung itu?” sambar Alenka dengan nada tinggi dan mata menatap nyalang. Alenka bangkit dari kursi ruang makan. “Aku enggak mau ya Yah, Ayah suruh aja anak Ayah yang nikah sama kakek tua itu karena Ayah yang enggak becus jadi kepala rumah tangga … perusahaan Ayah belum pernah untung, bangkrut terus!” “Alenka!” Linda berseru. “Kamu boleh protes tapi enggak boleh menghina dan membentak.” Linda mengatakannya dengan tenang tapi sorot matanya begitu tajam. Tentu saja Irawan merasa dibela oleh istrinya dan dia jadi sangat mencintai Linda. Alzea tersenyum miris, dia yang hanya melakukan kesalahan kecil seringkali disiram dengan air, dilempar dengan barang bahkan pernah di tampar tapi Alenka yang telah berkata kasar hanya mendapat peringatan. Sungguh tidak adil, tapi mau bagaimana lagi? Alzea hanyalah anak tiri sedangkan Alenka anak kandung Linda. Padahal Irawan sendiri sangat menyayangi Alenka, tidak pernah memarahi apalagi membentak apapun kesalahan yang Alenka lakukan. Contohnya saat ini, setelah Alenka menghina dan merendahkan Irawan—pria itu diam saja tidak membalas. Alenka balas menatap nyalang pada mamanya, dia lantas pergi karena sudah tidak ada yang perlu dibahas lagi. Dia tidak akan pernah mau dinikahkan dengan pria tua meski kaya raya. Irawan mengembuskan napas berat, beliau menoleh pada Alzea. Setelah penolakan Alenka tadi, otomatis hanya Alzea harapan Irawan sekarang. “Ayah bukan mau menjual salah satu di antara kalian … selain Ayah mendapat suntikan dana untuk perusahaan, hutang ayah juga akan dilunasi, kehidupan kita juga akan terjamin … pak Prabu bukan orang baru bagi Ayah … dia adalah suami dari sahabat bunda kamu, Zea.” Irawan sedang membujuk Alzea untuk menikah dengan Prabu, berharap putrinya bersedia. Alzea masih menundukan kepala, matanya mengerjap cepat. Takut menatap ayah karena tidak berani menolak. Hening selama beberapa lama menjadi hening paling mencekam dalam hidup Alzea karena meski dengan kepala menunduk, dia bisa merasakan tatapan Linda yang seolah ingin melobangi kepalanya. “Ya sudah … enggak apa-apa, Ayah enggak akan memaksa.” Akhirnya Irawan berujar demikian setelah lama Alzea hanya diam. Tapi raut wajah Irawan tampak sendu dan napasnya kembali terembus lebih berat. “Selesaikan cuci piringnya, sana!” Linda mengibaskan tangan, memerintah Alzea ketus. Alzea bangkit dari kursi untuk kembali ke dapur. Dan meskipun dia telah menolak secara halus namun permintaan Irawan tetap saja terngiang di benaknya. Alzea masih dua puluh tiga tahun sedangkan pak Prabu seusia ayahnya, bagaimana dia bisa mencintai pak Prabu terlebih pernikahan tersebut dia lakukan untuk membantu perekonomian keluarga dan menyelematkan perusahaan sang ayah. Yang ada Alzea akan menganggap pak Prabu sebagai ayahnya dan jadinya pernikahan tersebut berdasarkan materi bukan cinta. Alzea bukan cewek matre. Malam itu, hanya Irawan yang tidak bisa tidur dengan nyenyak padahal dokter menyarankan agar dia banyak istirahat. Dadanya sempat sesak sampai Linda membangunkan kedua anak-anaknya tapi hanya Alzea yang langsung turun dari lantai dua untuk memeriksa keadaan Irawan. “Tuh lihat ayah kamu jadi kaya gini karena banyak pikiran … kamu anaknya enggak bisa diandalkan!” Linda berujar demikian agar Alzea berubah pikiran dan mau menikah dengan Prabu. Alzea yang duduk di sisi ranjang sembari memijat kaki Irawan hanya bisa menundukan kepala. Beruntung sesak di dada ayah perlahan berkurang tanpa perlu dibawa ke rumah sakit. Saat Irawan telah terlelap, Alzea kembali ke kamar. Dia menghempaskan tubuhnya di atas ranjang, matanya menerawang menatap langit-langit kamar. Irawan jarang membela Alzea bila Linda sedang memarahinya atau melakukan kekerasan fisik kepada Alzea tapi setidaknya tadi ayah tidak memaksakan kehendak agar Alzea menikah dengan pria tua. Raut sendu membayangi wajah Alzea, haruskah dia bersedia dinikahi oleh Prabu agar semua masalah ekonomi keluarganya selesai?Elzio meninggalkan Alzea dan kedua anaknya sebentar untuk menandatangani kontrak bisnis dengan Thomas.Rencananya setelah ini dia akan mengambil cuti agar bisa membantu Alzea merawat putra dan putri mereka.Namun kedatangan Hengky dan Irni sepertinya membuat Elzio berubah pikiran.Dia belum memandatkan apa-apa pun perihal pekerjaannya selama cuti nanti kepada Arman.Elzio dan Thomas berjabat tangan setelah menandatangani kontrak bisnis yang diprediksi akan menguntungkan bagi kedua belah pihak.“Sayangnya saya tidak memiliki anak, andaikan ada … akan saya jodohkan dengan anak Anda agar kita bisa melanjutkan kontrak bisnis ini menjadi jangka panjang.” Thomas berkelakar.“Sepertinya Anda sudah harus mencari seorang istri dan memiliki anak.” Tak disangka, Elzio menyambut baik ide Thomas tersebut.Keduanya lantas tertawa.Acara penting perusahaan telah selesai dilaksanakan, kini mereka melanjutkannya dengan makan siang.Sebuah restoran dengan menu Italia menjadi pilihan pihak Elzio untuk m
“Kasus ini akan segera naik ke Pengadilan mengingat pihak rumah sakit juga mengajukan tuntutan hukum kepada nona Angela … nama baik rumah sakit jadi tercemar gara-gara dia berhasil menculik tuan muda Azzam dari ruang bayi … mereka menggunakan banyak Pengacara terbaik untuk menghukum nona Angela.” Arman memberitahu perkembangan kasus Angela melalui sambungan telepon.Elzio belum bisa pergi ke kantor karena harus menemani Alzea yang masih harus mendapat perawatan di rumah sakit. “Bagus lah, pokoknya Angela harus mendekam lama di Penjara.” Elzio berkomentar dengan suara rendah tapi dingin.“Akan saya up date terus perkembangannya … lalu untuk kontrak bisnis dengan tuan Thomas sudah saya kirim draftnya ke iPad Tuan.”“Oke … nanti saya baca, sekarang saya lagi jemur si kembar di balkon … Alzea belum boleh banyak gerak.” Sudut bibir Arman bergetar bersama hatinya yang menghangat mendengar Elzio sedang menjemur si kembar.Tidak bisa Arman bayangkan seorang pria yang pernah mengaku tidak pe
“Zio … apa enggak sebaiknya Zea dan kedua anak kalian tinggal di Jakarta saja? Di Jakarta sepertinya lebih aman … ada Papa dan Irni yang bisa menjaga Zea dan anak-anak,” cetus Prabu setelah Thomas meninggalkan ruangan.Elzio dan Thomas akan bertemu lagi besok di kantor guna menandatangani sebuah kontrak bisnis yang telah mereka sepakati bersama.Selain para Direktur di bawah kepemimpinannya menekan agar Elzio segera menandatangani kontrak bisnis dengan perushaaan Thomas, Elzio juga ingin segera menyelesaikan segala urusan kantor karena dia akan mengambil cuti menyambut kelahiran kedua anaknya.“Enggak Pa, apartemen cukup aman sebenarnya … kemarin itu puding bisa masuk karena dikirim atas nama Zio … nanti Zio akan konfirmasi dulu kalau akan mengirim makanan atau barang begitu juga pihak sekuriti gedung akan konfirmasi ke Zio kalau ada paket datang tanpa pemberitahuan dari Zio.” Elzio berusaha meyakinkan Prabu karena demi apapun di dunia ini dia tidak akan bisa berpisah dengan Alzea dan
Kabar mengenai ditemukannya Azzam di tangan Angela sudah sampai ke telinga Prabu, Alzea dan Elzio melalui Arman yang terus berkomunikasi dengan pihak Kepolisian.Baru saja Arman mengabarkan kalau Azzam sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit.Alzea menangis bahagia dalam pelukan Elzio, dia merasa sangat bersyukur karena akhirnya sang putra ditemukan dalam keadaan sehat dan selamat.Prabu duduk di sofa set membelakangi Alzea dan Elzio yang duduk di ranjang pasien.Tidak henti-hentinya ucapan syukur dia lantunkan di dalam hati untuk sang Pencipta.Hanya karena kehendakNya lah sang cucu bisa berkumpul ke tengah-tengah mereka. Elzio mengusap wajah Alzea yang banjir air mata, mata pria itu juga telah basah dan merah karena menampung buliran kristal.Tidak ada kata yang terucap dari bibir mereka karena kata bahagia dan lega saja tidak cukup untuk mengungkapkan apa yang mereka rasakan saat ini.Semenjak menghilangnya Azzam dari ruang bayi, untuk sementara ruang bayi dikosongkan dan para
Dari balik pintu ruang rawat yang tidak tertutup rapat, Elzio mengawasi Alzea yang tengah menyusui.Elzio baru saja kembali dari memberikan keterangan pada yang berwajib dan menyampaikan kalau dia mencurigai Angela yang menjadi dalang penculikan anaknya.Meski tidak yakin seratus persen kalau Angela yang menculik putranya tapi setidaknya bila sudah diselidiki pihak kepolisian dan tidak terbukti maka pencarian bisa diperluas ke sindikat human traficking.Namun menurut detektif yang tadi meminta keterangan Elzio, ada kemungkinan besar Angela yang melakukan penculikan bila dirunut dari cerita Elzio yang rinci tentang hubungannya dengan Angela dan dua musibah yang dialami Alzea semenjak Elzio memutuskan hubungan dengan Angela.Kembali pada tatapan Elzio yang terpaku pada istrinya, dia mendapati Alzea tengah menangis pilu.Ibu mana yang bisa tegar kehilangan bayi yang pernah dikandungnya selama sembilan bulan?Dan Alzea sama sekali tidak menyalahkan Elzio meski sesungguhnya semua musibah y
“Tadi pagi ada pergantian shift … dijadwalkan akan ada perawat baru di ruang bayi untuk menggantikan perawat yang cuti melahirkan … perawat senior yang seharusnya berjaga di ruang bayi bersama dengan perawat baru kebetulan datang terlambat dan pada saat dia tiba di ruang bayi, tidak ada yang menjaga di sana … begitu perawat itu mengecek ranjang bayi, salah satu bayi Anda tidak ada … dia langsung mengkonfirmasi kepada yang lain dan begitu melihat rekaman CCTV … ternyata bayi Anda dibawa oleh perawat baru tersebut ….” Pria bernama Gilbert menjeda kalimatnya agar Prabu dan Elzio dapat mencerna informasi yang dia berikan.“Apa?!” Prabu dan Elzio kompak berseru panik.Elzio sudah curiga sewaktu dia dipanggil ke ruangan petinggi rumah sakit ini, pasti ada sesuatu yang buruk terjadi.Dan seakan Alzea yang tengah terbaring di ICU belum cukup menyiksa Elzio, Tuhan masih menghukum Elzio dengan hilangnya salah satu anak mereka.“Anak Tuan yang berjenis kelamin laki-laki yang diculik oleh wanita