LOGIN"DAISY!"Lily berlari menghampiri putrinya yang malam ini tengah makan taiyaki sambil dipangku ayah kandungnya. Benji yang menyadari kehadiran perempuan di seberang jalan sana, sontak tersenyum puas.Perempuan itu benar-benar datang sendiri padanya.Setelah menyeberang jalan dengan terburu-buru, Lily segera merebut putrinya dan menarik Daisy ke dalam gendongan. Hal yang sontak membuat gadis kecil itu terkejut hingga taiyaki dalam genggaman rapuh nan mungilnya jatuh ke paving trotoar.Daisy pun menangis kencang karena makanan kesukaannya tidak bisa diselamatkan. Namun, Lily tampak tidak cukup iba untuk peduli. Justru, netranya menyorot sang putri kelewat murka seolah gadis kecil itu sudah melakukan kesalahan besar. "Kenapa nakal? Hah?! Kenapa melanggar perintah Bunda?! Bukankah Bunda sudah bilang tidak boleh mau diajak pergi oleh orang asing?!" Lily mengomel pedas yang tentu saja membuat Daisy menangis semakin keras.Bundanya memang jarang marah dan membentaknya sekeras hari ini. Jadi
"Siapa sangka dia akan jadi penyiar berita?"Sore ini, Benji keluar untuk berjalan-jalan saat menemukan beberapa kru media asal Indonesia yang meliput di dekat hotel. Begitu melihat siapa sang pembawa acara dengan kemeja hitam serta rambut sebahu rapi yang kini fokus menghadap kamera, Benji pun memilih berdiri memperhatikan sejak setengah jam lalu.Meski penampilan perempuan itu tampak berbeda dan tingginya sepertinya bertambah beberapa senti, Benji masih mengingat jelas siapa dia. Perempuan yang beberapa tahun lalu selalu membuat Benjamin Kaisar gila oleh lekuk tubuh serta panasnya sesi senggama.Lily Lazuardi."Sejak kapan dia jadi jurnalis? Aku tidak pernah melihatnya di TV. Apa karena aku jarang menonton TV?" gumam Benji lagi sambil tetap memandangi perempuan yang kini tampak menjelaskan persiapan vestifal pembukaan musim dingin malam nanti.Gadis pendek dan cengeng yang dulu Benji kenal sudah bisa bepergian ke luar negeri untuk bekerja seorang diri. Dia bahkan sudah mampu merawat
"Daisy sudah tidur?"Kiello bertanya pada perempuan yang kini duduk di dekat kaki ranjang hotel sambil mengelusi kepala putrinya. Begitu menyadari kehadiran dan panggilan Kiello, perempuan itu pun tersentak kaget."Kau melamun ...." Kiello berkomentar sambil menghela panjang dan segera duduk di sisi ranjang, tepat di dekat Lily yang kini duduk di lantai."Maaf ...." Ibu beranak satu itu pun berkata lirih sambil menunduk dalam, seolah tidak mau wajah cantiknya dilihat oleh Kiello."Kau memikirkan apa, Lily?" tanya Kiello lembut yang sebenarnya sudah tahu jelas apa yang berputar di kepala perempuan itu saat ini."Tidak. Aku hanya lelah." Dan arsitek tampan itu jelas tahu si jurnalis cantik di hadapannya tengah berbohong.Karena Lily tidak pernah mau mengeluh lelah tentang pekerjaannya. Perempuan itu bahkan pernah bolak-balik ke negara lain dalam satu hari yang sama. Namun, Kiello tidak pernah mendengar Lily mengeluh bahkan hanya sekali.Tapi kini ... dia mengatakan lelah untuk membuat a
"LILY!"Perempuan dengan jaket hitam tebal serta syal rajut cokelat yang melilit leher itu membeku sesaat panggilan dari arah seberang jalan ia dapatkan. Begitu suara yang begitu familiar meski sudah begitu lama tidak ia dengar tertangkap telinga, tubuh Lily bahkan melemas hingga ia menurunkan sang putri kesayangan dari gendongan.Lily yang sedari tadi menatap Kiello tidak berani lagi menoleh ke depan. Apalagi begitu melihat delikan panik pria itu yang refleks memegangi pergelangan tangan Lily."Lily! Lily! Akhirnya aku menemukanmu!" Bagai dikejar setan, si penyiar berita bahkan termundur begitu si pemanggil kini berdiri nyata di hadapannya setelah berlari mendekat."Kau benar Lily, kan? Kau masih hidup? Kau benar-benar masih hidup?" Benji--pria yang kini berdiri di hadapannya bahkan mulai memegangi kedua sisi bahu Lily dengan pandangan tidak percaya juga netra yang tampak berkaca-kaca.Namun Lily kini menggeliat minta dilepaskan dengan tubuh gemetar entah takut atau mungkin terkejut.
"Kak Lily ... suami dan anakmu menunggu di depan.".Perempuan dengan wajah kusut selepas meliput sebuah festival musim gugur di tengah kerumunan orang itu segera menoleh begitu mendengar ucapan rekan kerjanya. Ia pun bangkit berdiri dan membereskan barang dengan terburu-buru begitu mendapat informasi tersebut."Kalau begitu aku pamit dulu, ya, Chiko? Bilang pada Mas Genta aku pulang ke hotel lebih dulu!" pamit Lily sambil menepuk bahu anak magang yang hari ini ikut meliput di bawah pengawasannya selaku jurnalis senior."Siap, Kakak Cantik!" "Aku pulang dulu, Mas! Bang!" Si penyiar berita tak lupa pula melambai pada kru yang lain sebelum berlalu keluar dari kantor cabang inernasional yang perusahaan media mereka punya. Saat ini, Lily memang tengah berada di Jepang setelah mendapat surat tugas untuk meliput sebuah festival tahunan di penghujung musim gugur. Karena kegiatan mereka akan berlangsung sampai musim dingin, Kiello pun berniat menyusul Lily ke sini bersama Daisy.Mereka juga
ENAM TAHUN KEMUDIAN ....______________"Bundaaa ... aku hari ini mau diantar Bunda!""Maaf, Sayang. Tapi Bunda sekarang harus berangkat cepat. Hari ini Isy diantar Papa iello dulu, yaa?" Kiello memperhatikan dua perempuan yang kini masih berdebat karena berbeda keinginan. Sedangkan pria yang sedari tadi menyiapkan sarapan hanya terkekeh geli begitu si bocah lima tahun mulai menggelayuti kaki bundanya yang tengah sibuk menelepon."ilooo ... tolong aku~" Perempuan dengan setelan kemeja hitam berlogo sebuah perusahaan media ternama itu pun merengek sambil menatap Kiello penuh permohonan.Dan apalagi yang bisa arsitek tampan itu lakukan selain menghampiri kemudian menggendong gadis kecil cantik yang cemberut sambil memeluk kaki bundanya. Ia benar-benar sedang tidak mau ditinggal untuk bekerja."Daisy ... memangnya kenapa kalau Papa yang antar? Kau tidak suka diantar Papa lagi?" tanya si arsitek muda sambil mengangkat gadis kecil itu ke dalam gendongan."Tidak! Tapi aku juga mau diantar







