Accueil / Romansa / Sentuhan Candu Tuan Benji / 3. Merah Tidak Cocok Untukmu

Share

3. Merah Tidak Cocok Untukmu

Auteur: LilyLembah03_
last update Dernière mise à jour: 2025-10-12 21:48:38

"Kau cantik sekali, Lily ...."

Pujian Abia hanya ditanggapi Lily dengan garukan tengkuk kikuk. Pandangannya masih berpusat pada cermin besar kamar. Di sana, ia seperti tengah melihat pantulan bayangan orang lain.

Sebenarnya masih Lily. Tapi, dress merah menyala dengan tali tipis serta belahan dada cukup rendah itu membuat tubuhnya tampak berbeda. Sebelumnya, Lily tidak menyukai warna mencolok seperti merah. Apalagi jika pakaiannya seterbuka ini.

Tapi, menyadari alasan Abia mengenakannya pakaian ini membuat gadis itu pasrah saja didandani. Istri Benjamin Kaisar itu bahkan memoles wajahnya dengan make up tipis yang membuat wajah mungil Lily terlihat lebih segar.

"Kai suka warna merah ...," jelas Abia tanpa Lily perlu bertanya kenapa ia dipakaikan baju dengan warna seterang ini.

"Setelah ini, aku akan menyuruh suamiku ke kamarmu. Kau siap, kan, melakukannya?" tanya Abia memastikan sambil memegangi bahu Lily dari belakang.

Lily yang sedari tadi duduk anteng di depan meja rias, sontak mengangguk pelan sambil memandangi Abia yang juga menatapnya dari pantulan cermin. "Apakah berhubungan badan itu sakit, Bibi?" tanya gadis perawan itu polos.

Abia yang dilempari pertanyaan begitu, sontak terdiam kaku. Bingung harus jujur atau berbohong. Jika ia jujur, Abia takut Lily akan mundur. Tapi jika ia berbohong, Lily mungkin tidak akan mempercayainya lagi.

"Sejujurnya ... sedikit sakit di awal, sih. Tapi hanya sebentar. Ini juga kan yang pertama bagimu, jadi Kai pasti tidak mungkin melakukannya dengan kasar." Penjelasan hati-hati Abia sontak diangguk-angguki Lily mengerti.

"Kalau dia tidak mau melakukannya denganku, bagaimana?" tanya Lily lagi sambil mendongak menatap Abia.

"Paksa dia sampai mau. Kau tahu aku membutuhkan anak kan, Lily?" sahut Abia yang tentu saja dipatuhi gadis di depannya.

Setelah pamit dan berpesan pada Lily untuk bersiap-siap, Abia keluar kamar. Kali ini, hanya tersisa gadis perawan itu yang malam ini sepertinya akan kehilangan kehormatannya. Oleh pria yang jelas saja berstatus suami orang lain.

Lily bahkan tidak tahu nama pria itu. Ia hanya beberapa kali mendengar Abia memanggilnya dengan sebutan Kai. Setelah menghembuskan napas panjang berkali-kali karena gugup, Lily pun beralih duduk di sisi ranjang sambil memandangi ujung dress yang tidak sampai menutupi lutut.

Setengah pahanya bahkan terekspos. Punggung terbukanya bahkan terasa mendingin karena terkena terpaan AC. Lily benar-benar tidak pernah mengenakan pakaian seperti ini meski tinggal di tempat terkutuk selama beberapa tahun.

Tante Binta---pemilik tempat pelacuran sekaligus pelelangan itu, syukurnya tidak melarang asal Lily patuh dan tidak kabur sebelum dijual.

CKLEK!

Suara knop pintu yang terbuka membuat tubuh Lily seketika berjengit kaget. Begitu melihat kehadiran pria sipit nan jangkung di ambang pintu, tubuh Lily seketika menegang kaku.

Pria itu benar-benar datang ke kamar. Ia bahkan langsung masuk tanpa kata dan segera mengunci pintu. Menyadari posisinya yang terkurung, Lily lagi-lagi merasakan tenggorokannya yang kering hingga ia berakhir meneguk ludah susah payah.

"Kenapa kau berpakaian begitu? Kau pikir aku akan tergoda?" Ucapan sarkas itu menjadi salam pembuka Benji yang kini berdiri menjulang di hadapan Lily.

"Tidak, Paman." Lily menjawab polos sambil mendongak menatap pria dengan kaus oblong hitam yang tampak segar itu.

Sepertinya dia baru selesai mandi. Terbukti dari aroma citrus juga lemon yang menguar begitu ia perlahan duduk di kursi meja rias dekat ranjang. Tepat menghadap Lily.

"Aku bukan pamanmu. Aku majikanmu. Panggil aku Tuan!" tegur Benji menyadari panggilan aneh gadis itu.

Lily mengangguk patuh. Berikutnya, hening. Lily hanya menunduk takut begitu Benjamin Kaisar kini menatap tubuhnya dari atas sampai bawah penuh selidik.

"Kapan masa suburmu?" tanya pria itu tiba-tiba.

"Masa subur itu apa?" tanya Lily balik sambil mengernyit bingung.

"Ck ... dasar bodoh!" maki Benji sambil berdecak kesal.

"Sudah berapa hari sejak kau terakhir menstruasi?" tanya pria itu lagi.

"Oooh ... belum. Sepertinya dua atau tiga hari lagi aku baru datang bulan, Paman."

"Berhenti memanggilku paman!" koreksi Benji sebal.

Lily menunduk takut. "Maaf ...."

"Yasudah. Berarti aku akan memakaimu setelah kau selesai menstruasi." Lily mengernyit semakin bingung dengan penjelasan pria itu.

"Kenapa tidak sekarang?" tanya gadis itu polos.

"Itu masa paling suburmu. Kau akan cepat hamil jika berhubungan di waktu yang tepat. Itu saja tidak tahu!" jelas Benji sensi.

Lily lagi-lagi hanya bisa mengangguk-angguk paham. Dia benar-benar baru tahu tentang hal tersebut.

"Tapi Bibi Abia meminta kita melakukannya malam ini. Dia bisa marah kalau aku gagal membujukmu untuk melakukan itu," sanggah Lily begitu teringat pesan Abia sebelumnya.

"Istriku berpesan begitu?" tanya Benji lagi.

"Iya, Tuan Kai." Lily menjawab cepat.

Tiba-tiba, tangan pria itu sudah mendarat di bahu Lily. Benji bahkan langsung memutuskan tali pakaian tipis itu kemudian merobek di bagian belahan dada dalam sekali tarikan. Lily tentu saja memekik terkejut dengan gerakan tiba-tiba sang majikan.

Kini, kedua dadanya terekspos sempurna di hadapan pria itu. Melihat tubuh polos Lily yang tampak ranum, Benjamin Kaisar mendecih sambil memberikan satu remasan kuat di dada sebelah kanan gadis itu.

"Anggap saja kita sudah melakukannya. Jangan berani mengadu pada istriku!" peringat Benji.

Lily mengangguk sambil meringis.

"Jangan juga berani memanggilku Kai. Hanya istriku yang boleh memanggil begitu. Paham?!" tegas pria itu lagi kali ini sambil memberikan remasan lebih kuat.

"Akhhh ...." Lily merintih sakit sambil menarik lengan besar majikannya agar menghentikan siksaan.

"Paham tidak?!" tanya Benji lagi tanpa melepaskan gadis itu dari cengkeramannya.

"Ak-ku tidak tahu namamu, Tuan ...." Lily menyahut jujur sambil meringis menahan sakit.

"Panggil aku Benji." Pria itu menitah yang diangguki Lily cepat.

Setelahnya, Benji melepaskan cengkeramannya. Pria itu bahkan mendorong tubuh Lily hingga berbaring terlentang di ranjang. Kemudian, ia menarik sisa pakaian gadis itu yang telah robek hingga terlepas sempurna dari tubuh.

Kini, Lily terbaring polos di ranjangnya. Sedangkan Benji hanya mendecih sinis melihat pemandangan itu.

"Kau lebih pantas telanjang. Merah tidak cocok untukmu," maki Benji sambil menendang dress yang telah dirobeknya itu hingga masuk ke kolong ranjang.

"Hanya istriku yang paling cantik dengan warna merah."

Berikutnya, Benjamin Kaisar keluar dari kamar Lily. Meninggalkan gadis itu yang kini segera melilit tubuh polosnya dengan bed cover sebelum orang lain kembali masuk.

Lily merasa kotor. Gadis itu merasa direndahkan. Padahal, ia juga tidak mau melakukan ini. Tapi kenapa majikannya bertingkah seolah ia begitu mendambakan sentuhannya?

"Dia tidak sebaik yang Bibi Abia ceritakan ...," gumam Lily sambil bangkit berdiri dengan tubuh terlilit selimut.

Ia ingin mandi. Siapa peduli meski waktu mulai merangkak menuju tengah malam.

Lily hanya ingin membersihkan tubuhnya yang telah disentuh oleh suami orang.

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   134. Makan Tengah Malam

    "Lily ... kau sedang apa?"Gadis dengan piyama merah cerah itu terlonjak sesaat kehadiran berikut pertanyaan dari sang tuan terlontar. Begitu menoleh ke ambang pintu dapur, Lily mendapati Benjamin Kaisar yang berdiri di sana dengan setelan kaos hitam oblong juga celana training abu."Aku mau minum susu, Tuan. Tapi tidak enak ...." Lily mengadu jujur sambil menunjuk susu khusus ibu hamil rasa strawberry yang sejak kemarin sudah dibeli Akane untuk Abia.Entah kenapa, Lily ingin sekali meminumnya. Namun, begitu malam ini merasakan minuman sehat itu malah membuatnya mual dan kehilangan nafsu makan, Lily jadi kesal sendiri."Lalu kenapa diminum?" tanya Benji tidak habis pikir sambil berjalan mendekat dan memandangi segelas cairan berwarna merah muda yang masih tampak banyak."Aku lihat Tante Akane menyeduhkannya untuk Bibi Abia. Kelihatannya enak jadi aku juga mau ...," jawab gadis itu sambil mencebik cemberut."Lalu ... tidak enak?" tebak Benji yang dibalas Lily dengan anggukan."Sangat t

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   133. Siapa yang Hamil?

    "Kaisar! Dasar anak nakal! Bisa-bisanya kau tidak beritahu Ibu!"Pagi ini, rumah Benji kembali dihebohkan oleh Akane yang menemukan testpack yang pernah digunakan Lily di laci kamar dekat ranjang. Benjamin Kaisar bahkan tidak ingat pernah menyimpan benda itu di sana."Istrimu hamil lagi, kan? Atau kau juga tidak tahu?!" Dan kesalahpahaman itu, pada akhirnya melahirkan kesalahpahaman lain. Berbeda dengan Benji dan Lily yang kini duduk kaku di meja makan, Abia segera menghampiri sang mertua sambil tersenyum lebar."Maaf, Bunda. Aku berencana memberitahu Kaisar dan Bunda hari ini, tapi ternyata sudah ketahuan duluan ...." Perempuan itu bahkan mulai berbohong.Benjamin Kaisar menatap istrinya terkejut. Tidak menyangka Abia akan meladeni dan membuat kebohongan lain yang bisa saja memperumit keadaan."Ya ampun, Nak .... Syukurlah kau hamil lagi. Secepat ini? Bunda senang sekali mendengarnya ...," ucap Akane sambil memeluk menantunya kelewat bahagia.Kini, wanita itu bahkan mulai sibuk mene

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   132. Aku Mau di Bibir

    Sampai pukul dua malam, Benjamin Kaisar tidak bisa tidur.Pria itu bahkan tidak lagi kembali ke kamar setelah pertengkaran cukup hebatnya dengan Abia. Istrinya benar-benar membuat Benji kecewa. Sang istri rupanya mengharapkan Lily keguguran, makanya membiarkan gadis itu diperlakukan buruk oleh Akane sesuka hati.Benji benar-benar ingin menegur ibunya, tapi bingung harus menjelaskan pada wanita itu bagaimana. Tidak mungkin ia mengaku bahwa Lily sedang hamil muda, makanya tidak boleh mengerjakan hal sesederhana membereskan rumah.Tapi, jika ia tidak mengaku pada Akane ... Benji takut ibunya akan semakin membahayakan kandungan Lily.Ketidakberdayaan pria itu membuatnya hanya bisa marah-marah pada Lily. Karena jika gadis itu tidak menolak Akane, maka Lily hanya akan terus membahayakan kandungannya sendiri. Meski seharusnya, Benji lah yang harus menjaga ibu hamil itu.Benjamin Kaisar bahkan sudah berjanji pada Geovano untuk merawat Lily dengan baik sampai gadis itu melahirkan.Tapi apa yan

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   131. Tidak Butuh Anak

    "LILY!"Lily terlonjak kaget begitu mendengar bentakan dari belakang tubuhnya. Begitu menoleh ke arah belakang, wajah Benji lah yang ia temui tengah mengeras marah. Meski tidak merasa pernah berbuat salah, gadis itu tetap saja takut melihatnya."Ada apa, Tuan?" tanya Lily begitu pria itu kini berdiri di hadapannya yang masih duduk di bangku besi taman belakang sambil memangku kucing oren milik Bu Anin."Apa kau gila?! Kenapa kau mengangkat-angkat barang berat? Apa kau lupa pesan dokter?!" bentak Benji sambil berkacak pinggang di hadapan Lily yang mendongak menatapnya."Tuan tahu dari mana?" tanya Lily sedikit terkejut."Kau benar-benar tidak menghargaiku, Lily! Kau tidak sedikit pun berpikir dan khawatir pada anak dalam kandunganmu!" maki pria sipit itu lagi yang bingung harus Lily tanggapi bagaimana.Karena ucapan pedas itu terasa menamparnya. Ucapan Benjamin Kaisar sepertinya benar. Gadis itu bersikap seolah tidak menyayangi satu nyawa baru yang kembali tumbuh di rahimnya."Jawab! A

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   130. Harus Bicara

    "Selain nakal, kau juga cukup tidak tahu malu, ya?" Lily yang pagi ini tengah sibuk mencuci piring bekas sarapan, hanya melanjutkan kegiatannya tanpa terlihat terganggu. Bukan karena gadis itu mengabaikan ucapan ibu dari majikannya, tapi Lily terlalu lelah untuk menyanggah.Akane tidak akan mengerti posisinya."Maaf, tapi aku ingin tinggal di sini, Tante ...." Gadis itu bahkan berucap lirih tanpa berani menatap Akane."Untuk apa? Menghancurkan rumah tangga bibimu?" tanya Akane to the point.Lily tidak lagi menyahut dan kembali melanjutkan kegiatan mencuci piringnya. Akane yang merasa diabaikan, pada akhirnya mendecih sinis."Karena kau tadi tidak membantu kami memasak, bereskanlah kamar untukku. Aku mau kamar di lantai atas. Jadi keluarkan semua barangmu dari sana sebelum sore!" perintah wanita itu tegas."Baik, Bibi." Lily mengiyakan tanpa protes. Padahal, gadis itu masih belum pulih dari sakitnya untuk siap memforsir tenaga.Sedangkan Abia yang sedari tadi mendengarkan percakapan

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   129. Jaga Dirimu

    "Kukira Ibu sudah kembali ke Jepang."Benji berkomentar begitu pagi ini Akane datang lagi ke rumah. Rupanya, wanita itu masih ada di Indonesia bersama suami dan anak bungsunya. Sejujurnya, Benjamin Kaisar senang karena ibunya kini berdiam lama di sini. Tapi masalahnya, dia tidak menyukai Lily.Pria itu tidak mau Akane menyakiti Lily lagi seperti beberapa waktu lalu. Apalagi jika sang ibu tahu gadis itu kembali tinggal di sini. Benji harus melindunginya. Apalagi, Lily masih sakit."Aku akan tinggal di sini sampai seminggu ke depan. Malu rasanya tinggal terlalu lama di rumah mertua," jawab Akane sambil membantu Abia menyiapkan sarapan pagi ini di dapur.Benji yang sedari tadi duduk di meja dapur sambil membantu istrinya memotong sayur, kini terdiam. Berarti, dia harus menjelaskan pada Akane tentang keberadaan Lily sebelum wanita itu mengamuk langsung padanya."Oka-san ...." (Ibu ....) Kali ini, Benji memanggil serius."Nani?" (Apa?) sahut Akane setelah mencuci tangan dan ikut duduk di h

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status