Home / Romansa / Sentuhan Candu Tuan Benji / 4. Harus Segera Hamil

Share

4. Harus Segera Hamil

Author: LilyLembah03_
last update Last Updated: 2025-10-12 21:49:41

"Lily ... kau sudah bangun?"

Abia mengernyit heran melihat gadis dengan rambut terkepang satu itu tengah memasak di dapur. Begitu aroma gurih daging sapi menyeruak hingga ambang pintu, perempuan itu masuk menuju dapur.

"Selamat pagi, Bibi Abia!" Lily menyapa semangat masih sambil memotong wortel dan kentang untuk pelengkap sup dagingnya.

Cuaca sedang dingin sejak semalam. Sejak subuh tadi bahkan sudah turun hujan. Abia pasti akan merasa hangat jika memakan ini untuk sarapan. Jadi, Lily berinisiatif memasaknya dengan bahan yang ada di kulkas.

"Masakanmu wangi sekali. Aku jadi lapar ...," puji Abia sambil mengaduk sup sepanci besar yang sudah mendidih.

Di rumah ini memang banyak pelayan dengan tugasnya masing-masing. Namun, untuk urusan memasak, Abia lah yang selalu melakukannya. Apalagi sejak perempuan itu tidak lagi bekerja dan fokus mengurus rumah. Para pegawai dan pelayan juga sudah kembali ke rumah khusus yang ada di belakang sejak pukul lima sore.

Mereka hanya akan bertahan sampai malam saat ada tamu yang datang untuk dilayani. Benji memang tidak suka diganggu di rumah saat berduaan dengan sang istri. Oleh karena itu sejak Lily datang dan tinggal bersama mereka, pria itu jadi sensi dan kurang nyaman.

Apalagi, Benjamin Kaisar adalah tipe suami yang tidak tahu tempat saat ingin bermesraan dengan istrinya di rumah mereka. Pria itu senang berbuat nakal di mana saja. Abia tidak jarang dihabisi di ruang tengah bahkan dapur.

Seliar itu lah Benjamin Kaisar saat hanya berdua dengan istrinya.

"Kai belum mau menyentuhmu, ya?" Pertanyaan tiba-tiba Abia sontak membuat Lily menegang.

Apakah dia harus berbohong sesuai yang diminta sang tuan? Tapi, apakah Abia akan percaya jika Lily berbohong?

"S-sudah, Bi." Lily menjawab gugup. Kentara sekali jika gadis belia itu tengah membohonginya.

Apalagi melihat tubuh Lily yang masih tampak mulus tanpa noda, mana mungkin Abia bisa percaya? Cara berjalannya bahkan tampak normal tanpa ada tanda-tanda seperti gadis yang baru semalam diperawani.

Abia mendengkus geli. "Jangan membohongiku, Lily. Aku tahu ...," tegur perempuan yang pagi ini masih mengenakan piyama merah muda dengan rambut tercepol asal.

"Maaf, Bibi. Aku takut Paman Benji marah kalau mengadu ...," sesal Lily sambil menunduk merasa bersalah.

"Tenang saja. Dia biar jadi urusanku." Abia menenangkan sambil menepuk bahu gadis yang kini sudah terasa seperti keponakannya.

"Aku melihat mobilnya yang keluar rumah semalam dari balkon kamar," jelas Abia sambil mematikan kompor begitu merasa masakan Lily sudah matang. "Apa semalam dia menyakitimu? Atau berkata kasar padamu?" tanya perempuan cantik itu lagi.

Lily menggeleng pelan. "Paman Benji hanya bilang mau menundanya dulu, Bibi. Dia bilang, dia akan melakukannya di masa suburku saja supaya nanti lebih cepat hamil." Gadis itu menjelaskan setengah jujur.

Abia mengangguk-angguk pelan. "Baiklah. Tidak apa-apa, setidaknya dia tidak menolak," sahut Abia lega. "Jangan ragu bilang padaku kalau dia berani menyakitimu. Okey?" pesan perempuan itu lagi yang diangguki Lily cepat.

Tentu saja dia tidak akan menceritakan perlakuan kasar pria itu semalam. Abia sudah baik sekali padanya. Lily sudah cukup dengan itu. Terserah jika suaminya tidak menyukai Lily. Lagipula, Lily hanya harus segera hamil supaya ia berguna untuk Abia. Ia tidak perlu berhubungan baik dengan suami Abia yang galak dan kasar itu.

"Oh iyaa, mungkin malam nanti keluarga Kai akan datang ke sini. Supaya mereka tidak curiga, bolehkah aku mengakuimu sebagai keponakanku?" tanya Abia ragu.

Mendengar itu, Lily pun mengangguk antusias. "Tentu saja boleh, Bibi!" sahut gadis pendek itu senang.

"Baiklah, kalau begitu ayo kita sarapan!" ajak Abia tak kalah antusias.

"Tidak menunggu Paman Benji dulu? Apa dia belum pulang?" tanya Lily tidak enak.

"Tidak perlu. Sepertinya dia akan pulang siang." Abia menyahut sambil mengambil dua piring di laci.

Lily pun dengan sigap menuangkan lauk ke mangkuk besar bening untuk dihidangkan. Pagi itu, keduanya sarapan bersama diselingi obrolan ringan juga candaan.

Pagi itu, Abia merasa senang karena rumahnya jadi lebih ramai. Suasana hatinya jadi membaik, perempuan itu tidak lagi merasa kesepian meski sang suami belum pulang.

*****

"Selamat datang, Pa ... Ma ...." Abia menyambut sambil menyalami punggung tangan kedua orangtua suaminya.

"Selamat datang juga, Kiello ...." Perempuan itu juga menepuk pelan bahu adik iparnya yang berdiri di samping sang suami.

"Apa kabar, Kakak Ipar? Kau makin cantik saja!" puji adik tiri Benji itu sambil mengerling jahil pada istri kakaknya.

Benji sontak menjambak rambutnya dari belakang, membuat kepala pria 23 tahun itu sontak terdongak. Abia terkikik geli melihat sepasang adik kakak yang tidak pernah akur itu.

"Dia siapa, Abia? Cantik sekali ...." Pertanyaan berikut pujian dari Ibu mertuanya sontak membuat Abia menoleh pada Lily yang sedari tadi berdiri kikuk di belakang tubuhnya.

"Oh, iya! Kenalkan, dia keponakanku dari kampung. Aku mengajaknya tinggal di sini karena dia akan kuliah dan tidak ada keluarga di kota," jelas Abia yang sejenak membuat Lily mendelik terkejut.

Kenapa Abia harus berbohong sejauh itu? Jika nanti mereka tahu Lily tidak kuliah, apa yang akan terjadi? Meski begitu, Lily tetap berusaha sesantai mungkin dan menyalami mertua Abia. Saking gugupnya, gadis itu bahkan ikut menyalami punggung tangan Kiello.

"Hai, cantik! Apa kau punya pacar?" goda pria sipit itu sambil mengelus tangan halus Lily.

Lily menggeleng dan segera bersembunyi di belakang Abia lagi. Berikutnya, mereka masuk dan mulai makan malam keluarga. Beberapa pelayan mulai menyajikan hidangan di atas meja panjang ruang keluarga.

"Maaf membahas ini sekarang. Tapi, Kai ... Papa sudah menyiapkan beberapa kandidat calon istri untukmu." Ucapan santai Geovano Galendra---Ayah dari Benji, sontak membuat suasana meja makan yang tadi ramai mendadak hening.

"Pa! Serius kau ingin membahas ini sekarang?" tanya Benji tidak habis pikir sambil membanting sendok dan garpu di genggamannya.

Abia pun mengelus paha suaminya dari balik meja guna menenangkan.

"Wajar Papamu bertindak, Benji. Pernikahan kalian sudah hampir enam tahun. Tapi Abia tidak ada tanda-tanda hamil sama sekali. Papamu hanya takut istrimu mandul," timpal Aluna Prasaja---mama tirinya sekaligus ibu dari Kiello.

BRAK!

"Istriku tidak mandul!" bentak Benji tidak terima sambil menyorot Aluna tajam.

"BENJAMIN KAISAR! Berani kau meninggikan suara pada Mamamu?!" Bentakan Geovano seketika menambah panas suasana.

Sedangkan Kiello hanya tersenyum geli ke arah Lily yang memandang perdebatan itu dengan raut terkejut. Ekspresi gadis itu terlihat menggemaskan dan lucu. Sepertinya ini baru pertama kali ia melihat pertemuan keluarga yang diwarnai dengan pertengkaran sengit.

"Hei, makanlah! Jangan hiraukan urusan orang dewasa," bisik Kiello pada Lily yang duduk di sampingnya.

"Tapi Paman Benji terlihat marah sekali ...," sahut Lily ikut berbisik pada mahasiswa semester akhir yang tidak kunjung wisuda itu.

"Dia memang pemarah. Keluarga ini semuanya memang pemarah. Hanya aku yang normal di sini," jelas Kiello sambil tersenyum meyakinkan.

"Benarkah?!"

Melihat netra cokelat madu gadis dengan dress hitam itu yang membulat lucu, Kiello justru terkekeh geli. Sepertinya, setelah ini dia akan sering berkunjung ke rumah kakaknya.

"Aku tidak butuh istri lain! Aku akan memberimu cucu yang kau inginkan, segera! Jadi tolong ... jangan usik kehidupanku dan istriku." Ucapan tegas Benji lagi-lagi membuat percakapan lirih Kiello dan Lily terhenti.

"Apa ucapanmu bisa dibuktikan?" tanya Aluna meremehkan.

"Aku akan bercerai dengan Kai jika dalam setahun belum bisa memberikan keturunan." Sahutan Abia sontak membuat Benji menyorot istrinya tajam.

"ABIA!" bentak pria itu tidak habis pikir.

Namun Abia, hanya menggenggam erat tangan suaminya dari balik meja sambil menyorot kedua mertuanya tanpa gentar.

"Aku akan memberikan cucu untuk kalian. Tunggulah kabar baik dari kami." Perempuan itu kembali berucap penuh keyakinan.

"Baiklah. Kupegang ucapanmu," sahut Geovano Galendra pada menantunya.

Kali ini, bukan hanya Benjamin Kaisar, namun Lily yang berada di ujung meja juga meneguk ludah ketakutan. Ucapan Abia justru menambah beban di pundaknya.

Itu artinya, Lily harus segera hamil demi menyelamatkan pernikahan Abia.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   134. Makan Tengah Malam

    "Lily ... kau sedang apa?"Gadis dengan piyama merah cerah itu terlonjak sesaat kehadiran berikut pertanyaan dari sang tuan terlontar. Begitu menoleh ke ambang pintu dapur, Lily mendapati Benjamin Kaisar yang berdiri di sana dengan setelan kaos hitam oblong juga celana training abu."Aku mau minum susu, Tuan. Tapi tidak enak ...." Lily mengadu jujur sambil menunjuk susu khusus ibu hamil rasa strawberry yang sejak kemarin sudah dibeli Akane untuk Abia.Entah kenapa, Lily ingin sekali meminumnya. Namun, begitu malam ini merasakan minuman sehat itu malah membuatnya mual dan kehilangan nafsu makan, Lily jadi kesal sendiri."Lalu kenapa diminum?" tanya Benji tidak habis pikir sambil berjalan mendekat dan memandangi segelas cairan berwarna merah muda yang masih tampak banyak."Aku lihat Tante Akane menyeduhkannya untuk Bibi Abia. Kelihatannya enak jadi aku juga mau ...," jawab gadis itu sambil mencebik cemberut."Lalu ... tidak enak?" tebak Benji yang dibalas Lily dengan anggukan."Sangat t

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   133. Siapa yang Hamil?

    "Kaisar! Dasar anak nakal! Bisa-bisanya kau tidak beritahu Ibu!"Pagi ini, rumah Benji kembali dihebohkan oleh Akane yang menemukan testpack yang pernah digunakan Lily di laci kamar dekat ranjang. Benjamin Kaisar bahkan tidak ingat pernah menyimpan benda itu di sana."Istrimu hamil lagi, kan? Atau kau juga tidak tahu?!" Dan kesalahpahaman itu, pada akhirnya melahirkan kesalahpahaman lain. Berbeda dengan Benji dan Lily yang kini duduk kaku di meja makan, Abia segera menghampiri sang mertua sambil tersenyum lebar."Maaf, Bunda. Aku berencana memberitahu Kaisar dan Bunda hari ini, tapi ternyata sudah ketahuan duluan ...." Perempuan itu bahkan mulai berbohong.Benjamin Kaisar menatap istrinya terkejut. Tidak menyangka Abia akan meladeni dan membuat kebohongan lain yang bisa saja memperumit keadaan."Ya ampun, Nak .... Syukurlah kau hamil lagi. Secepat ini? Bunda senang sekali mendengarnya ...," ucap Akane sambil memeluk menantunya kelewat bahagia.Kini, wanita itu bahkan mulai sibuk mene

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   132. Aku Mau di Bibir

    Sampai pukul dua malam, Benjamin Kaisar tidak bisa tidur.Pria itu bahkan tidak lagi kembali ke kamar setelah pertengkaran cukup hebatnya dengan Abia. Istrinya benar-benar membuat Benji kecewa. Sang istri rupanya mengharapkan Lily keguguran, makanya membiarkan gadis itu diperlakukan buruk oleh Akane sesuka hati.Benji benar-benar ingin menegur ibunya, tapi bingung harus menjelaskan pada wanita itu bagaimana. Tidak mungkin ia mengaku bahwa Lily sedang hamil muda, makanya tidak boleh mengerjakan hal sesederhana membereskan rumah.Tapi, jika ia tidak mengaku pada Akane ... Benji takut ibunya akan semakin membahayakan kandungan Lily.Ketidakberdayaan pria itu membuatnya hanya bisa marah-marah pada Lily. Karena jika gadis itu tidak menolak Akane, maka Lily hanya akan terus membahayakan kandungannya sendiri. Meski seharusnya, Benji lah yang harus menjaga ibu hamil itu.Benjamin Kaisar bahkan sudah berjanji pada Geovano untuk merawat Lily dengan baik sampai gadis itu melahirkan.Tapi apa yan

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   131. Tidak Butuh Anak

    "LILY!"Lily terlonjak kaget begitu mendengar bentakan dari belakang tubuhnya. Begitu menoleh ke arah belakang, wajah Benji lah yang ia temui tengah mengeras marah. Meski tidak merasa pernah berbuat salah, gadis itu tetap saja takut melihatnya."Ada apa, Tuan?" tanya Lily begitu pria itu kini berdiri di hadapannya yang masih duduk di bangku besi taman belakang sambil memangku kucing oren milik Bu Anin."Apa kau gila?! Kenapa kau mengangkat-angkat barang berat? Apa kau lupa pesan dokter?!" bentak Benji sambil berkacak pinggang di hadapan Lily yang mendongak menatapnya."Tuan tahu dari mana?" tanya Lily sedikit terkejut."Kau benar-benar tidak menghargaiku, Lily! Kau tidak sedikit pun berpikir dan khawatir pada anak dalam kandunganmu!" maki pria sipit itu lagi yang bingung harus Lily tanggapi bagaimana.Karena ucapan pedas itu terasa menamparnya. Ucapan Benjamin Kaisar sepertinya benar. Gadis itu bersikap seolah tidak menyayangi satu nyawa baru yang kembali tumbuh di rahimnya."Jawab! A

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   130. Harus Bicara

    "Selain nakal, kau juga cukup tidak tahu malu, ya?" Lily yang pagi ini tengah sibuk mencuci piring bekas sarapan, hanya melanjutkan kegiatannya tanpa terlihat terganggu. Bukan karena gadis itu mengabaikan ucapan ibu dari majikannya, tapi Lily terlalu lelah untuk menyanggah.Akane tidak akan mengerti posisinya."Maaf, tapi aku ingin tinggal di sini, Tante ...." Gadis itu bahkan berucap lirih tanpa berani menatap Akane."Untuk apa? Menghancurkan rumah tangga bibimu?" tanya Akane to the point.Lily tidak lagi menyahut dan kembali melanjutkan kegiatan mencuci piringnya. Akane yang merasa diabaikan, pada akhirnya mendecih sinis."Karena kau tadi tidak membantu kami memasak, bereskanlah kamar untukku. Aku mau kamar di lantai atas. Jadi keluarkan semua barangmu dari sana sebelum sore!" perintah wanita itu tegas."Baik, Bibi." Lily mengiyakan tanpa protes. Padahal, gadis itu masih belum pulih dari sakitnya untuk siap memforsir tenaga.Sedangkan Abia yang sedari tadi mendengarkan percakapan

  • Sentuhan Candu Tuan Benji   129. Jaga Dirimu

    "Kukira Ibu sudah kembali ke Jepang."Benji berkomentar begitu pagi ini Akane datang lagi ke rumah. Rupanya, wanita itu masih ada di Indonesia bersama suami dan anak bungsunya. Sejujurnya, Benjamin Kaisar senang karena ibunya kini berdiam lama di sini. Tapi masalahnya, dia tidak menyukai Lily.Pria itu tidak mau Akane menyakiti Lily lagi seperti beberapa waktu lalu. Apalagi jika sang ibu tahu gadis itu kembali tinggal di sini. Benji harus melindunginya. Apalagi, Lily masih sakit."Aku akan tinggal di sini sampai seminggu ke depan. Malu rasanya tinggal terlalu lama di rumah mertua," jawab Akane sambil membantu Abia menyiapkan sarapan pagi ini di dapur.Benji yang sedari tadi duduk di meja dapur sambil membantu istrinya memotong sayur, kini terdiam. Berarti, dia harus menjelaskan pada Akane tentang keberadaan Lily sebelum wanita itu mengamuk langsung padanya."Oka-san ...." (Ibu ....) Kali ini, Benji memanggil serius."Nani?" (Apa?) sahut Akane setelah mencuci tangan dan ikut duduk di h

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status