Share

Sentuhan Diam di Kereta Kota
Sentuhan Diam di Kereta Kota
Author: Ardy

Bab 1

Author: Ardy
Pengakuan seorang wanita muda yang cantik: Suamiku sedang ada urusan dan memintaku untuk menjaga adiknya dengan baik. Tapi aku tidak menyangka adik iparku ternyata seorang mahasiswa olahraga yang energetik.

Dia memaksaku ke kamar mandi restoran dan menyuruhku berlutut di lantai untuk mengurus kebutuhan fisiknya...

Namaku Mona. Aku baru berusia 27 tahun, tetapi aku telah dicap sebagai wanita muda yang kesepian.

Sejak suamiku dinas di pedesaan, kehidupanku dipenuhi kekosongan dan kesepian.

Setiap malam, aku tidak punya cara lain untuk meredakan kekosongan ini selain bersembunyi di balik selimut dan bermain dengan mainan.

Konon, wanita berusia dua puluhan itu memiliki libido tinggi, dan tanpa pria, benteng hasrat seksual mereka semakin rapuh.

Bahkan sampai pada titik di mana aku merasa terangsang karena tanganku tak sengaja disentuh seorang pria di lift dan mendengar kata-kata cabul.

Saking seriusnya, aku harus membawa beberapa celana dalam sekali pakai di dalam tas untuk antisipasi ketika hasrat itu muncul.

Pada hari ini, ada sepasang tangan besar yang sengaja menyerang bokongku di sudut Damri yang ramai.

Tidak heran bila seorang wanita cantik mengalami hal demikian. Aku wanita yang cantik dan menawan, jadi aku sudah lama terbiasa.

Apalagi, aku baru saja pulang kerja dan mengenakan baju balet.

Atasan ketat berwarna merah muda itu memperlihatkan pinggang dan dadaku dengan sangat jelas, dan aku mengenakan rok tutu super pendek yang mengembang tepat di atas pangkal paha, memperlihatkan pahaku yang panjang dan putih.

Terlalu mudah bagiku untuk menarik perhatian pria.

Aku menggoyangkan pinggulku menandakan kerisihanku, sebagai peringatan terhadap pria yang baru saja memegang bokongku.

Hanya saja aku tak menyangka tangan ini akan menjadi semakin kurang ajar. Tadinya hanya mengusap bagian luar rokku, tetapi sekarang malah menjalar ke bagian dalam pahaku dan naik perlahan-lahan.

Apa yang harus kulakukan?

Agar bisa berlatih menari dengan bebas, aku biasanya tidak memakai celana pengaman. Apalagi, aku terlambat bangun pagi ini, jadi aku hanya memakai celana dalam seksi untuk memudahkan beraktivitas di malam hari.

Aku langsung merapatkan kedua kakiku, takut tangan itu akan mengetahui rahasiaku. Aku tidak menyangka hanya dalam dua detik, rahasia yang sengaja kusembunyikan itu akan terungkap sepenuhnya.

Dia mengangkat kain celana dalamku dan menariknya ke bawah, lalu memantul kembali dengan bunyi ‘prat’.

Tanpa sadar kakiku meringkuk, aku menggertakkan gigi dan menundukkan kepala serendah-rendahnya, takut orang di sampingku akan curiga.

Tangan itu menarik celana dalamku ke samping, meremas bokongku, lalu memasukkan jarinya ke dalam.

Aku terkejut dan membelalakkan mataku. Bagaimana mungkin orang ini begitu berani? Ini di Damri yang ramai!

Aku mendongak untuk mencari pelakunya, dan dari pantulan jendela aku melihat ternyata orang itu adalah adik iparku, Felix!

Haruskah aku langsung memberitahunya siapa aku?

Aku tidak pulang ke rumah selepas kerja hari ini karena suamiku memintaku untuk menunggu adiknya di restoran dan mengajaknya makan malam.

Aku tidak menyangka akan bertemu dengannya di Damri, dan dia akan bersikap demikian padaku.

Dia baru berusia 20 tahun, muda dan energik, apalagi seorang mahasiswa olahraga. Wajar jika hasrat seksualnya lebih kuat daripada orang biasa.

Tapi aku adalah kakak iparnya. Jika suamiku tahu dia melakukan ini padaku dan aku tidak menolak, dia pasti akan menceraikanku.

Aku menggertakkan gigi, ragu-ragu, dan saat ini tangan Felix sudah bergerak.

Jemarinya terampil dan gerakannya cepat. Dalam sekejap saja aku terpikat oleh permainan tangan ini.

Kenikmatan di tubuhku menghantamku, dan aku bahkan tak mampu berkata-kata. Aku hanya bisa merapatkan kakiku, menjepit tangan besar itu dengan erat, dan mengatupkan gigiku agar tak bersuara.

Hingga tetesan air meluncur di bagian dalam pahaku, aku mencondongkan dadaku, mengangkat bokongku tinggi-tinggi, dan kakiku terasa begitu lemas hingga aku tak mampu berdiri tegak, lalu tangan itu pun ditarik kembali.

Tidak cukup, sama sekali tidak cukup!

Pikiran ini berkecamuk liar di benakku.

Pasti karena sudah terlalu lama aku tidak disentuh oleh seorang pria, aku bahkan berpikir untuk mengulangi kejadian ini.

Lagipula, tidak terjadi apa-apa, dan Felix tidak tahu akulah yang di hadapannya.

Aku memberanikan diri dan menggesek tubuh Felix dengan bokongku yang terangkat, tetapi dia tidak bereaksi untuk beberapa saat.

Mungkinkah dia merasa sudah cukup? Saat aku putus asa, tubuh kekar itu menekanku, dan aku merasakan sesuatu yang keras dan panas menggesek bokongku.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sentuhan Diam di Kereta Kota   Bab 8

    Seandainya aku tidak menyadari kelainan di tubuhku sebelumnya, mungkin rencana mereka sudah berhasil.Setelah keluar dari rumah sakit, aku menelepon Yosef dan memintanya untuk bertemu.Kami pun bertemu di sebuah restoran yang sering kami kunjungi saat pacaran.Yosef masih tersenyum seperti sebelumnya ketika melihatku, dan berkata dengan prihatin, "Sayang, aku sangat merindukanmu akhir-akhir ini. Sudah sembuh? Aku ingin menjengukmu, tapi nggak sempat."Mendengar kata-katanya yang pura-pura perhatian, aku merasa jijik dan berkata dengan santai, "Sudah sembuh."Dia menaruh makanan di piringku dan berkata dengan penuh nostalgia, "Kita sering datang ke restoran ini saat pacaran.""Ya, kita sering ke sini."Aku mengangguk dengan ekspresi kaku dan mati rasa, dan sebelum dia sempat lanjut berkata, aku melemparkan surat perjanjian cerai itu ke hadapannya."Tapi nggak ada kesempatan datang bersama lagi, Yosef, kita bercerai." Yosef menatap surat perjanjian cerai di atas meja dengan tidak percay

  • Sentuhan Diam di Kereta Kota   Bab 7

    Terdengar jelas Yosef menghela napas lega, lalu dia bertanya dengan ragu, "Kau nggak enak badan kenapa nggak bilang padaku malah telepon Linda? Aku kan di sampingmu!" Aku menjawab dengan sabar, "Felix ada di rumah saat itu, aku nggak enak memberitahumu, jadi aku SMS Linda tanya penyebabnya. Dia bilang dia akan datang melihat keadaanku. Sudahlah, jangan terlalu dipikirkan." Yosef terus meminta maaf karena merasa dia kurang peduli padaku, lalu menutup telepon setelah beberapa saat. Aku merasa mual mendengar kepura-puraannya yang familier. Di permukaan, dia tampak sangat mencintaiku, tetapi sebenarnya diam-diam memberiku obat bius! Selama opname di rumah sakit, aku juga mulai menyelidiki Yosef.Pada hari ketiga rawat inap, aku bertemu Felix di rumah sakit. Yang mengejutkanku adalah dia datang ke rumah sakit bersama seorang pria.Mereka bergandengan tangan dan tampak sangat mesra. Jelas bukan hubungan biasa.Aku membuntuti mereka sampai di poliklinik proktologi. Seketika aku menyadari

  • Sentuhan Diam di Kereta Kota   Bab 6

    Aku menunggu dengan cemas di kamar mandi selama lebih dari sepuluh menit. Suamiku pun datang dan mengetuk pintu, suaranya terdengar mendesak, "Sayang, baik-baik saja? Kau sudah terlalu lama di dalam, mau kubantu?" Tubuhku sudah panas membara, kalau aku keluar sekarang, aku pasti menerkam lelaki. Tidak! Aku tidak boleh keluar! Aku membalas dengan keras, "Nggak apa-apa, aku hanya diare, nggak perlu khawatir." Namun suamiku tidak menyerah dan bersikeras mendobrak pintu, "Sayang, kau benar baik-baik saja? Kalau nggak, buka pintunya dan keluar, kubawa ke rumah sakit sekarang!"Dia mendobrak dua kali tetapi tidak berhasil. Ketika dia ingin terus mendobrak pintu, bel rumah berbunyi.Linda datang!Dia datang bersama suaminya dan langsung ke kamar mandi. Dia pun membawaku keluar dan berkata kepada Yosef, "Mona bilang dia sedang nggak enak badan. Aku akan membawanya ke rumah sakit untuk periksa."Wajah Yosef tampak kesal. Dia mengulurkan tangannya untuk menarikku ke sampingnya sambil berkata d

  • Sentuhan Diam di Kereta Kota   Bab 5

    Aku mengerutkan kening ketika mendengar nama Felix. Mengingat kejadian hari itu, aku benar-benar tidak menyukai adik ipar ini.Walaupun aku juga salah karena tidak menolaknya sejak awal, tapi saat dia tahu aku adalah kakak iparnya, dia masih melakukan hal-hal seperti itu. Moralnya patut dipertanyakan.Aku takut suamiku akan berpikir macam-macam, jadi aku tidak cerita apa pun padanya.Aku menemukan obat yang dibelinya, dan merasa agak aneh karena tidak ada label pada botol obat itu.Aku membawa botol itu ke dapur dan bertanya pada suamiku, "Kok nggak ada labelnya? Berapa banyak pil yang harus kuminum?"Suamiku melirik dan berkata, "Ketika dokter kasih obat ini, dia pakai botol obat lain. Nggak masalah. Makanlah tiga pil."Aku mengambil segelas air dan meneguknya sekaligus. Tak lama kemudian, pintu diketuk. Felix masuk dan melirikku. "Hei, kakak ipar nggak kerja hari ini?" Nada ringannya membuatku sangat tidak nyaman. Aku menjauh darinya dan berkata dengan acuh, "Iya, akhir pekan libur

  • Sentuhan Diam di Kereta Kota   Bab 4

    Di saat-saat genting itu, seseorang mengetuk pintu toilet. "Ada orang? Ponselku tertinggal di dalam, bisa tolong ambilkan?"Aku melihat sekeliling dan menemukan memang ada ponsel di atas toilet, dan pria itu terus mengetuk pintu dengan cemas.Felix menyerahkan ponsel itu kepadanya dengan kesal. Setelah berterima kasih, pria itu pun pergi.Gangguan mendadak ini menyadarkanku, dan aku sangat terkejut atas perilakuku sendiri.Ya ampun! Aku pasti gila!Aku hampir berhubungan intim dengan adik iparku!Aku segera merapikan pakaianku dan bergegas membuka pintu toilet untuk keluar.Felix meraih lenganku dan berkata dengan kesal, "Kakak ipar, kenapa buru-buru pergi?""Felix! Aku kakak iparmu!! Kalau kakakmu tahu apa yang kau lakukan padaku, dia nggak akan pernah memaafkanmu!"Aku sengaja mengancamnya dengan menyebut suamiku, tapi aku tidak menyangka Felix hanya manyun dan berkata, "Emangnya kenapa kalau kakakku tahu? Dia nggak akan marahi aku."Kusentakkan tangannya dengan susah payah, melotot

  • Sentuhan Diam di Kereta Kota   Bab 3

    Saat menyeka tangan, aku tidak sengaja melepas cincin di jariku. Cincin tersebut menggelinding ke bawah wastafel.Aku membungkukkan badan dengan bokong di udara mencari cincin di bawah wastafel, tetapi aku tidak menemukannya setelah mencari sekian lama.Aku menggoyangkan bokongku dan masuk lebih dalam lagi ke kolong. Tiba-tiba, sebuah tubuh kekar menempel di bokongku.Suara Felix yang familiar terdengar, "Kakak ipar, kau lagi ngapain?"Aku tertegun selama beberapa detik, dan merasakan benda di antara paha Felix menempel di bokongku. Tiba-tiba, aku menyadari posisi kami saat ini persis sedang melakukan “itu”! "Oh, aku sedang mencari cincinku," jawabku gugup dan ingin segera bangkit.Aku meronta beberapa kali tetapi tidak bisa mundur sama sekali. Felix menghalangi jalanku sepenuhnya.Alih-alih menjauh, dia malah berdiri di sana dan menikmati gesekan bokongku yang bergoyang tak beraturan karena aku terus meronta."Kakak ipar, tubuhmu sungguh menggoda." Felix tertawa dan menepuk bokongku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status