LOGINRara buru-buru bangkit dari posisinya. Ia sedikit terhuyung ketika berdiri karena rasa kebas dan nyeri di punggungnya. Rara mengambil gagang sapu secara sembarang dan memasang kuda-kuda, bersiaga untuk melindunginya sendiri.
“Kamu kenapa bisa di sini?” desis Rara, “SIAPA YANG BANTU KAMU?! JAWAB!”
“Aduh, Rara sayang, kamu lupa kalau terakhir kali aku bilang lagi nyari bukti perselingkuhan kamu?”
Satrio berjalan mendekat, membuat Rara memundurkan langkahnya.
“Aku di sini kerja bukan pacaran!”
“Oh ya? Terus ini apa?”
Mata Rara membesar ketika Satrio menyetel sebuah video di ponselnya. Itu
“Pokoknya jangan salahkan aku kalau kakimu keinjek, ya!”“Aku tinggal injek kakimu balik,” balas Septa sambil tertawa. Rara mendengus dengan senyum geli di wajahnya. Ia memerhatikan tangannya yang berpegangan dengan tangan Septa. Ia tiba-tiba teringat dengan latihan dansanya bersama Jefri beberapa waktu lalu. Rara menggelengkan kepala, membuat Septa menatapnya bingung. “Mentalnya kena, ya?” ejek Septa yang segera mendapat pelototan dari Rara. “Nggak!”Tiba-tiba, alunan musik memenuhi seluruh aula. Septa segera menggerakkan kakinya yang buru-buru diikuti Rara. Ia bisa merasakan tubuhnya begitu kaku ketika Septa menuntunnya. Tapi, dipikir-pikir, kenapa gerakan Septa begitu luwes, ya? Bukannya rekannya itu bilang kalau dia tidak jago?“Kamu bohong kan pas bilang gak jago?” bisik Rara. Septa tersenyum misterius, membuat Rara mengerutkan alisnya. “Anggap aja aku latihan terus, makanya jadi ja
Rara dan Septa ikut menolehkan kepala ketika mendengar suara riuh para tamu ke pintu aula hotel. Napas Rara tercekat ketika melihat Jefri melangkah masuk bersama Rachel dan Hani. Ketiganya berpegangan tangan dengan posisi Hani berada di tengah.Warna busana mereka adalah merah maroon. Jefri menggunakan kemeja merah maroon yang dibalut dengan vest dan jas hitam. Ia memadukannya juga dengan celana berwarna hitam yang senada dengan jasnya. Berbeda dengan pesta sebelumnya di hotel Rubi, kali ini pria itu meng-style rambutnya. Rara tidak tahu namanya apa, tapi ia bisa melihat bagian atas rambut Jefri disisir ke belakang dengan belahan di samping. Penampilan itu menambah karismatik Jefri, membuat jantung Rara tak berhenti berdebar-debar. Saking kencangnya, ia bahkan merasa dadanya sesak. Di sebelah Jefri, Rachel dan Hani juga tak kalah menawan. Hani kembali mengeritingkan rambutnya, gaya rambut itu memang sangat cocok untuknya. Ia menggunakan gaun ba
“Kenapa?” tanya Jefri dengan nada rendah. Tatapan mata pria itu berubah tajam, tapi ia masih menatap ke depan. Rara menelan ludah. Kalau boleh jujur, ia selalu ketakutan setiap Jefri bereaksi seperti ini. Ia merasa setiap omongannya akan salah jika berbicara dengan Jefri di mode ini. “Kita kan udah masuk bagian utama, jadi aku merasa udah cukup,” jelas Rara hati-hati. Ia tak berani melihat reaksi Jefri, jadi ikut menatap ke depan. “Bukannya kamu mau ‘kelas’ sampe sebulan?” buru Jefri lagi, nadanya berubah datar sekarang membuat Rara menegang. “Kita masih ada dua pertemuan lagi, Ra,”“Iya, tapi … setelah kupikir-pikir … kayaknya beneran udah cukup, om,”Rara tertawa kaku, berusaha mencairkan suasana tegang di antara mereka. Tapi, Jefri tak bereaksi. Takut-takut, Rara melirik ke pria itu. Wajah Jefri terlihat datar. Bibirnya terkatup rapat dan matanya semakin menatap tajam ke depan. Jari telunjuknya yang berada di setir kini me
“Kamu dibeliin gaun sama Septa?!” seru Hani dengan mata membelalak, “Buat pesta nanti?!”Rara meringis melihat reaksi Hani. Ia sudah menduga Hani akan bereaksi seheboh ini makanya memutuskan untuk menceritakannya ketika mereka sedang berdua saja di rumah Hani.Hari ini, Hani meminta bantuan Rara untuk memilihkan gaun buat dirinya di pesta nanti. Lebih tepatnya, outfit untuk kembaran bersama Rachel dan Jefri nanti karena mereka berencana untuk memakai baju senada. Seperti selayaknya keluarga.Sudah banyak baju mereka keluarkan hingga memenuhi ruang keluarga, tapi mereka masih belum menemukan yang cocok. Mereka memutuskan untuk beristirahat sejenak dan Rara akhirnya menceritakan perihal agendanya dengan Septa kemarin ke sahabatnya.
Rara mungkin sudah tahu dari awal kalau kalimat itu memiliki makna tersirat di baliknya. Dari pertama kali Jefri mengatakannya, Rara tahu itu bukan cuma ucapan kosong. Meski begitu, Rara selama ini menyangkal prasangkanya itu. Lebih tepatnya, ia berharap kalau hal itu tidak benar dan ia hanya terlalu dalam memikirkannya saja. Tapi, ketika mendengar kalimat Jefri sekarang, Rara akhirnya tak bisa menyangkal prasangkanya. Prasangka bahwa Jefri tengah menjodohkannya dengan Septa sekarang. Dan alasan di balik perbuatannya ini merujuk pada satu hal; Jefri sudah mengetahui Rara menyukainya dan berusaha menolak perasaan gadis itu, entah apa pun alasannya. Hati Rara seketika hancur. Air mata segera memenuhi matanya dan berusaha Rara tahan agar tidak jatuh. Tubuhnya lemas, tapi ia tahu harus menguatkan diri dulu agar bisa pergi dari sini. “Ra?” panggil Jefri khawatir. Ia melepaskan pisau di tangannya kemudian mendekati Rara. Tanganny
“Iya. Pasangan dansa maksudnya, yah!” celetuk Hani, membuat Rara seketika bersyukur karena sahabatnya itu langsung mengklarifikasi. “Septa mau ikutan dansa di acara keluarga kita tahun ini, jadi ajakin Rara buat jadi partner dansanya!”“Oh,” jawab Jefri singkat yang kembali membuat jantung Rara berdebar. Ia tersentak pelan saat Jefri mengalihkan pandangan padanya. Tatapan mata pria itu sekarang tak dapat terbaca olehnya membuat perasaan tak enak memenuhi hatinya. Rara menelan ludah. Mengingat pria itu suka mencocokkannya dengan Septa, semoga dia tidak berpikir hal yang ditakutkan Rara—“Lucu banget! Kalian emang cocok!” seru Rachel tiba-tiba. Septa tertawa, “Tuh kan, Ra! Emang kita paling cocok! Jadi, jawaban kamu apa?”“A-aku bakal jawab nanti!” balas Rara cepat. Ia kembali melirik Jefri yang masih bergeming. Tapi, tak lama, sudut bibir pria itu tertarik sedikit, membuat hati Rara mencelos. Apa maksud dari senyum tipis itu?“Iya, biarin Rara istirahat dulu!” dengus Hani. Ia lalu







