Beranda / Romansa / Sentuhan Panas Adik Iparku / Bab 5. Kota Valkenberg

Share

Bab 5. Kota Valkenberg

Penulis: Selindina
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-07 12:40:47

''Bima?''

Nessa tercengang saat tahu pria yang sejak tadi menutupi wajahnya dengan masker hitam itu ternyata Bima. Ia tak menyangka akan bertemu Bima, ia juga bingung dengan penampilan Bima yang terkesan sangat misterius

Bima  terus menatap Nessa tanpa berkedip sedikitpun. Bima merasa ada yang berbeda dari Nessa.

"Kau sedikit lebih lumayan tanpa kacamata,'' Celetuk Bima.

Nessa memundurkan tubuhnya yang dirasa terlalu dekat, ''K...kamu sedang apa di tempat ini? Kenapa juga pakai masker?"

Bima menghela nafas kasarnya, lalu tak sengaja manik matanya melihat luka yang cukup parah di salah satu lutut Nessa.

''Lututmu berdarah, sebaiknya segera diobati,'' ujar Bima.

Nessa menundukan kepalanya melihat kearah lututnya yang memang benar ada luka disana. Karena terlalu panik dan takut hingga ia tak merasakan rasa sakit dari luka itu.

Nessa lantas keluar dari gang sempit itu hendak kembali mencari taksi, tapi Bima menarik lengan Nessa, agar berjalan melewati jalan pintas.

''Kalau kau kembali ke sana, ketiga pria itu akan menemukanmu dan membawamu pergi,'' uJar Bima memberi peringatan.

''Siapa sebenarnya mereka? Kenapa mereka ingin membawaku?'' tanya Nessa yang tampak bingung.

Bima menggedikan bahunya, ''Aku sendiri pun tak tahu pasti, hanya saja... ketiga pria itu sempat memukuliku dan mendorongku di sebuah jembatan sungai.''

Nessa tercengang mendengar certa Bima, ia semakin bingung juga khawatir takut sewaktu-waktu ketiga pria itu berhasil menangkapnya dan membuangnya ke jembatan sungai seperti Bima.

Bima menyuruh Nessa untuk mengikutinya, mereka berjalan memasuki gang sempit itu hingga terus masuk kedalam. Setelah melewati gang sempit, tampaklah sebuah bangunan gedung menjulang tinggi yang tampak mewah.

Berdiri di sebuah kota terpencil jauh dari keramaian, Nessa tampak takjub dengan kemegahan gedung itu juga pemandangan kota yang begiu indah.

''Ini kota apa? aku baru tahu di dekat mall ada kota terpencil,'' ujar Nessa, manik matanya tak lepas menyoroti sekitaran kota tersebut,

''Valkenberg, selain jelek ternyata kau bodoh juga sampai kota seindah ini nggak tahu, apa kau nggak pernah melihat peta dunia?'' celetuk Bima yang tampak meremehkan Nessa.

Nessa melirik sinis kearah Bima, ''Baru tahu kota ini saja sudah pandai menghina orang.''

Bima tak menggubris ucapan Nessa, ia tampak sibuk dengan ponselnya terlihat sedang menelpon seseorang. Setelah panggilan telfon itu terputus, Bima kembali menarik pergelangan tangan Nessa menuju gedung mewah itu.

''Kau mau bawa aku kemana lagi?'' tanya Nessa.

''Ke apartemenku,'' jawab Bima singkat.

''Jadi gedung itu apartemenmu? Tapi mau apa kamu bawa aku ke apartemenmu? Kenapa kita nggak pulang saja?'' tanya kembali Nessa yang masih bingung.

''Terlalu berbahaya kalau kita pulang ke rumah Reino,'' jawab Bima yang kembali menarik tangan Nessa.

Tak ada pilihan lain, Nessa pun menuruti ucapan Bima, masuk ke dalam apartemen mewah itu. Tiap bangunannya begitu megah dan mewah, membuat Nessa tampak terkagum-kagum.

Mereka masuk ke lift menuju lantai 505. Di dalam lift, Nessa menjaga jarak sejauh mungkin, lantaran sikap Bima yang sangat sulit ditebak, takut tiba-tiba Bima akan mendadak mendekatinya.

Pintu lift pun terbuka, mereka kembali berjalan menuju kamar 505, sebuah kamar yang terletak dipaling kanan. Bima pun lantas membuka pintu apartemen menggunakan key card. 

''Bisa nggak pintunya jangan dikunci?'' tanya Nessa yang tampak was-was.

''Pintu ini sudah otomatis, memangnya kenapa? apa kau takut?'' tanya Bima melirik tajam kearah Nessa.

Nessa terdiam, ia berusaha untuk terlihat berani meski ia begitu takut.  Saat ia semakin masuk ke dalam, ia melihat ada banyak sekali minuman beralkohol, lantas ia pun mulai berpikiran buruk dan lansgung menghentikan langkah kakinya.

''Kayanya lebih baik kita pulang, atau kamu bisa antar aku ke rumah orang tuaku,'' ujar Nessa yang berusaha untuk tetap tenang.

Bima tak menjawab, ia menatap Nessa sekilas lalu bergegas mengambil kotak p3k. Bima menyuruh Nessa untuk duduk di sofa, tapi Nessa tetap berdiri menolak perintah Bima.

Lagi dan lagi, Bima memaksa dan menarik paksa lengan Nessa. Karena terlalu kuat hingga tak sengaja tubuh

Nessa tersentak, kehilangan keseimbangan. Dalam hitungan detik, tubuhnya ambruk dan langsung menindih Bima. Keduanya terdiam. Napas mereka beradu. Mata mereka bertemu dalam jarak yang mustahil dihindari.

Degup jantung Nessa seolah memekakkan telinga.

Sadar akan posisinya, Nessa buru-buru bangkit sambil merapikan rambutnya yang berantakan. Wajahnya memerah, seperti disiram bara. Pipinya panas, dan ia sama sekali tak berani menatap Bima.

''Wajahmu merah sekali,'' bisik Bima, alisnya terangkat geli sekaligus heran.

''W—wajahku memang begini kalau kelamaan kena matahari. Sudahlah…  aku mau pulang,'' elak Nessa terburu-buru, suaranya bergetar menahan gugup.

Bima sontak berdiri, menahan langkahnya. "Nggak bisa! Lukamu harus diobati dulu.'' Tatapannya tegas namun lembut. ''Aku antar kamu pulang.''

Nessa tak bisa menolak, Bima lantas langsung memngobati luka Nessa mengolesnya dengan antibiotik menggunakan kapas. Nessa meringis pelan saat obat itu mulai meresap ke dalam lukanya, lalu Bima pun menutup luka itu dengan kain kasa.

''Sudah, kan? Ayo cepat antar aku pulang,'' desak Nessa, mencoba mengalihkan rasa gugupnya dengan suara yang dibuat-buat tegas.

Bima memijit batang hidungnya, menghela napas panjang, napas kesal bercampur pasrah.

Namun sebelum salah satu dari mereka sempat bergerak, suara ketukan pintu meledak begitu keras, memecah ketegangan sekaligus membuat keduanya tersentak.

Nessa refleks meraih lengan Bima. Bima menoleh cepat, tatapannya berubah serius, penuh kewaspadaan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sentuhan Panas Adik Iparku   Bab 06. Shofa Merah

    ''Apa mereka tahu apartemenmu ini?'' tanya Nessa yang tampak panik.Bima menggeleng pelan, buru-buru, ia mengintip dari celah lubang pintu yang dibuat khusus. Nessa yang semakin panik lantas bersembunyi dibelakang Bima dari jarak yang cukup jauh. Ia masih trauma dengan ketiga pria bertubuh kekar itu,Saat pintu mulai terbuka, tampak berdiri seorang pria bersetelan jas hitam berdiri tegak di depan pintu. Bima menghela nafas kasarnya saat tahu pria yang ada dihadapannya ialah pengawal pribadinya.''Kau rupanya? Apa ada kabar penting hari ini?'' tanya Bima.Belum sempat pengawal pribadi bima menjawab, Nessa maju kedepan menggeser pelan tubuh Bima, menatap wajah pengawal serta Bima secara bergantian.''Siapa dia? Akrab sekali rupanya? Jangan-jangan dia bos dari ketiga pria itu,'' ujar Nessa yang langsung menyerang dengan tuduhan.''Dia Thomas, pengawalku, kau tunggu saja didalam,'' titah Bima.Nessa kembali masuk, rasa nyeri di lutut membuatnya tak bisa untuk terlalu lama berdiri. Ia lant

  • Sentuhan Panas Adik Iparku   Bab 5. Kota Valkenberg

    ''Bima?''Nessa tercengang saat tahu pria yang sejak tadi menutupi wajahnya dengan masker hitam itu ternyata Bima. Ia tak menyangka akan bertemu Bima, ia juga bingung dengan penampilan Bima yang terkesan sangat misteriusBima terus menatap Nessa tanpa berkedip sedikitpun. Bima merasa ada yang berbeda dari Nessa."Kau sedikit lebih lumayan tanpa kacamata,'' Celetuk Bima.Nessa memundurkan tubuhnya yang dirasa terlalu dekat, ''K...kamu sedang apa di tempat ini? Kenapa juga pakai masker?"Bima menghela nafas kasarnya, lalu tak sengaja manik matanya melihat luka yang cukup parah di salah satu lutut Nessa.''Lututmu berdarah, sebaiknya segera diobati,'' ujar Bima.Nessa menundukan kepalanya melihat kearah lututnya yang memang benar ada luka disana. Karena terlalu panik dan takut hingga ia tak merasakan rasa sakit dari luka itu.Nessa lantas keluar dari gang sempit itu hendak kembali mencari taksi, tapi Bima menarik lengan Nessa, agar berjalan melewati jalan pintas.''Kalau kau kembali ke

  • Sentuhan Panas Adik Iparku   Bab 4. Dikejar Orang Asing

    Manik mata Nessa melebar. Jantungnya serasa berhenti sesaat ketika pria yang ia yakini sebagai Reino menoleh.“Ma… maaf, Mas. Saya salah orang… permisi,” ucapnya gugup sebelum buru-buru kabur dari toko itu.Langkahnya terburu, tetapi pikirannya tetap tertinggal di sana. Ia yakin betul ia tidak salah lihat. Postur tubuh, potongan rambut, bahkan garis rahang yang sempat terlihat dari samping, sangat jelas baginya kalau itu Reino. Tapi kenapa secepat itu Reino menghilang? Pikirnya.Nessa mengembuskan napas panjang, rasa lelah mendadak menyergap. Keinginannya untuk jalan-jalan di mall lenyap begitu saja. Ia merogoh ponselnya dan mengetikan pesan pada temannya untuk pamit pulang.“Bisa gila aku mikirin Mas Reino. Pesan-pesanku nggak dibalas, padahal baru juga nikah. Kok rasanya mentalku yang goyah duluan,” gumamnya sambil cemberut, berusaha menepis rasa gelisah yang mengganggu sejak tadi.Ia pun merasa lelah bahkan sudah tidak selera lagi untuk berjalan-jalan di mall. Ia lantas merogoh pon

  • Sentuhan Panas Adik Iparku   Bab 3. Siapa Pria Itu?

    ''Nessa? Kamu sendirian, mana suamimu?''Nessa tersenyum tipis, pagi itu ia pulang ke rumah orang tuanya untuk mengambil barang-barang juga pakaian. Sekaligus ingin menghilangkan rasa jenuh karena sampai pagi ini Reino belum juga pulang.''Mas Reino lagi sibuk, Mah. Sejak semalam dia ngurus kerjaan bahkan sampai sepagi ini beum juga pulang,'' ujar Nessa dengan wajah cemberut.''Malam pertama Reino kerja? Keterlaluan, lebih mementingkan pekerjaan daripada istri,'' jawab ibunda Nessa yang ikut kesal.Nessa terduduk di sofa, ia menyandarkan kepalanya di pundak sang ibu, wanita yang sudah melahirkan dan merawatnya ssepenuh hati. Nessa mengadu mengeluarkan semua unek-unek yang sejak semalam mengganjal.''Nessa, Reino itu pekerja keras. Dia pemimpin yang sangat bertanggung jawab, kamu harus memakluminya dan juga sabar, itu resikonya menjadi istri CEO Evoque,'' sahut ayah Nessa.''Pekerja keras sih Pah, tapi nggak malam pertama juga dong Pah, masa nggak ada waktu sedikitpun,'' protes ibunda

  • Sentuhan Panas Adik Iparku   Bab 2. Jangan macam-macam!

    Pria itu kini berdiri menghadapnya sepenuhnya, sorot matanya tajam, tapi wajahnya datar tanpa ekspresi.Nafas Nessa tercekat. Matanya membesar, tubuhnya mendadak membeku seperti disiram air es."S-siapa kamu?''Tubuh Nessa bergetar, kedua tangannya mencengkeram gagang sapu yang siap ia ayunkan lagi. Rasa takut menghimpit dadanya ketika melihat tatapan dingin pria asing yang menerobos masuk tanpa permisi."Jadi… kau istri Reino?" pria itu bertanya tanpa sekedip pun.Ia menatap Nessa dari ujung kepala sampai kaki, lalu mengeluarkan cibiran kecil. "Selera Reino benar-benar aneh. Dari semua wanita di dunia, dia memilih wanita… jelek? Berkacamata tebal dan sama sekali tidak menarik."Nessa melemparkan tatapan sinis ke arah pria misterius itu. Kata-katanya memang bukan hal baru baginya, tapi tetap saja ada sembilu halus yang menancap di dadanya.Tanpa ragu, Nessa mengeratkan genggaman pada gagang sapu yang sejak tadi ia pegang. Ia mengangkatnya sedikit, cukup untuk menunjukkan bahwa ia tida

  • Sentuhan Panas Adik Iparku   Bab 1.Malam pertama Tanpa Sentuhan

    "Mas, mau kemana? Kenapa pakai setelan kantor?"Nessa menatap suaminya dengan begitu heran, padahal ia sudah melepas gaun pengantinnya dan menggantinya dengan lingerie putih berbahan satin yang menonjolkan lekuk tubuhnya."Ah… iya, malam ini Mas ada meeting penting,” jawab Reino, nadanya tergesa, kemejanya belum sempat ia rapikan sambil melirik jam di pergelangan tangan.“Tapi… ini kan malam pertama kita.”Suara Nessa merendah, matanya bergetar menahan kecewa. “Apa Mas nggak bisa minta izin, walau sebentar?”Reino terhenti sejenak. Helaan napasnya terdengar pelan, tapi langkahnya tetap seakan ingin pergi. Sementara Nessa berdiri mematung, merasakan dada yang perlahan menghangat oleh rasa tidak diprioritaskan.Reino menatap wajah Nessa, lalu mengusap pucuk rambut Nessa dengan lembut. Nessa menyandarkan kepalanya pada lengan Reino, sesekali mengusap dada bidang milik Reino berharap bisa sedikit membangkitkan gairah Reino, namun Reino malah menyingkirkan tangan Nessa.''Maaf sayang, tapi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status