Beranda / Romansa / Sentuhan Panas Adik Iparku / Bab 1.Malam pertama Tanpa Sentuhan

Share

Sentuhan Panas Adik Iparku
Sentuhan Panas Adik Iparku
Penulis: Selindina

Bab 1.Malam pertama Tanpa Sentuhan

Penulis: Selindina
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-07 12:25:34

"Mas, mau kemana? Kenapa pakai setelan kantor?"

Nessa menatap suaminya dengan begitu heran, padahal ia sudah melepas gaun pengantinnya dan menggantinya dengan lingerie putih berbahan satin yang menonjolkan lekuk tubuhnya.

"Ah… iya, malam ini Mas ada meeting penting,” jawab Reino, nadanya tergesa, kemejanya belum sempat ia rapikan sambil melirik jam di pergelangan tangan.

“Tapi… ini kan malam pertama kita.”

Suara Nessa merendah, matanya bergetar menahan kecewa. “Apa Mas nggak bisa minta izin, walau sebentar?”

Reino terhenti sejenak. Helaan napasnya terdengar pelan, tapi langkahnya tetap seakan ingin pergi. Sementara Nessa berdiri mematung, merasakan dada yang perlahan menghangat oleh rasa tidak diprioritaskan.

Reino menatap wajah Nessa, lalu mengusap pucuk rambut Nessa dengan lembut. Nessa menyandarkan kepalanya pada lengan Reino, sesekali mengusap dada bidang milik Reino berharap bisa sedikit membangkitkan gairah Reino, namun Reino malah menyingkirkan tangan Nessa.

''Maaf sayang, tapi metting ini nggak bisa aku lewatkan karena ini proyek yang sangat besar, lusa aku janji akan bawa kamu honeymoon ke Itali,'' sanggah Reino yang langsung meraih tas kantornya.

Nessa hanya terdiam, raut wajahnya tidak bisa disembunyikan kalau ia teramat kecewa. Malam pertama yang seharusnya hangat dan membahagiakan justru berubah menjadi malam yang sunyi untuk sebuah awal pernikahan.

Setelah Reino pergi, Nessa berjalan mengelilingi kamar Reino. Foto-foto yang terpajang didinding tak lepas dari pandangannya, namun tiba-tiba tatapannya berubah menjadi penuh tanya saat ia menemukan sebuah benda yang berhasil membuatnya terheran-heran.

''Ini kan rattel toy, mainan yang biasa buat bayi? Buat apa Mas Reino beli mainan ini?'' gumam Nessa yang tampak memperhatikan mainan tersebut.

Nessa mempotret mainan bayi itu lalu mengirimkannya pada Reino melalui pesan singkat. Ia duduk di tepi ranjang dengan tatapan kosong, hatinya terasa hampa dan sunyi,  ditambah rasa penasaran mengenai mainan bayi yang tergeletak di meja rias.

Wajahanya tampak kesal, terlihat ingin marah namun ia hanya seorang diri di rumah, tak ada yang bisa dijadikan pelampiasan amarahnya.

Dengan langkah kesal, Nessa meninggalkan kamar. Ia menuruni lorong menuju dapur, berharap menemukan sesuatu yang bisa sedikit meredakan pikirannya, sekadar mencari makanan untuk mengganjal perut.

''Sepertinya semangkuk ramen, bisa membuat moodku jadi lebih membaik,'' gumam Nessa yang kini sudah berada di dapur.

Nessa menyalakan kompor, merebus air ke dalam panci kecil. Aroma bumbu ramen menguar menusuk rongga hidung, hingga membuatnya tak bisa menahan rasa ingin bersin.

Nessa membuka laci lemari yang ada di dapur, untuk mencari sendok juga  garpu. Namun, sekali lagi ia dibuat tercengang ketika ia menemukan sendok kecil berbahan silikon yang biasa dipakai untuk bayi.

''Tadi rattel toy, sekarang sendok bayi sebenarnya punya siapa sih?'' gumam Nessa, wajahnya tampak kesal lantaran terlalu banyak teka-teka di dalam rumah Reino.

Ia teringat saat pertama kali bertemu Reino, di perusahaan milik ayahnya. Nessa jatuh cinta pada pandangan pertama, ia juga merasa semua kriteria pria idamannya ada pada Reino.

Tujuh bulan Nessa menjalin hubungan dengan Reino, ia ingat betul berapa kali ia dan Reino menghabiskan waktu bersama, semua bisa terhitung dengan jari. Reino selalu sibuk dengan pekerjannya bahkan hingga kini saat malam pertama, Reino lebih mengutamakan pekerjaan.

Lantas temuan benda-benda itu menimbulkan pikiran negatif. Nessa mulai berprasangka buruk, menerka-nerka dengan segala tuduhan yang terbesit dihatinya.

''Pesanku ternyata belum di balas juga, aku kira setelah menikah akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan Mas Reino. Ternyata sama saja,'' gumam Nessa, meletakan semangkuk ramen yang baru saja selesai dimasak.

Malam pertamanya hanya ditemani semangkuk ramen, tangannya aktif memainkan ponsel melihat-lihat foto pernikahnnya dengan Reino. ia juga melihat foto kedua orang tuanya, dimana rasa rindu itu hadir saat melihat dua wajah kedua orang tua yang selama ini selalu bersamanya.

Tapi malam ini ia berada jauh, tak lagi tinggal dengan kedua orang tuanya dan memutuskan untuk tinggal  berdua di rumah peninggalan orang tua Reino.

''Ayah, mamah... kangen banget rasanya jauh dari kalian, rumah ini sepi aku sendiri di rumah ini, Mah,'' gumam Nessa, dengan mata yang tampak berkaca-kaca.

Nessa lantas mencari kontak mamahnya dan berniat akan menelponnya, ''Jangan-jangan.... aduh Nessa kamu bodoh! Nanti yang ada mereka khawatir.''

Berkali-kali Nessa memukul keningnya, merutuki kebodohannya. Ia pun mengurungkan niatnya dan meletakan kembali ponselnya.

Ceklek....

Tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka,Nessa spontan bangkit dari kursinya dan bergegas hendak melihat siapa yang baru saja membuka pintu. Ia juga mengambil gagang sapu untuk bekal senjata darurat, takut jika ternyata orang jahat yang datang masuk.

Perlahan ia melangkah ke arah ruang tamu yang begitu gelap, langkah kakinya semakin pelan ketika melihat seorang pria memakai jaket jeans, tengah berdiri hendak menutup pintu.

Tanpa aba-aba, Nessa langsung menghujani pria misterius itu dengan gagang sapu yang kebetulan berada di dekatnya.

Bugh! Bugh!

“Rasakan ini! Berani-beraninya kamu asal masuk rumah orang, siapa kamu?!” bentaknya, napas tersengal penuh emosi.

Ia memukuli punggung pria itu berkali-kali, memanfaatkan seluruh tenaga yang masih tersisa. Pria itu sempat terhuyung, namun bukannya kabur, ia justru menoleh cepat.

Dalam satu gerakan, tangannya menangkap gagang sapu itu dan menepisnya hingga terlepas dari genggaman Nessa. Sapu itu terpelanting ke lantai, berputar beberapa kali sebelum berhenti.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sentuhan Panas Adik Iparku   Bab 06. Shofa Merah

    ''Apa mereka tahu apartemenmu ini?'' tanya Nessa yang tampak panik.Bima menggeleng pelan, buru-buru, ia mengintip dari celah lubang pintu yang dibuat khusus. Nessa yang semakin panik lantas bersembunyi dibelakang Bima dari jarak yang cukup jauh. Ia masih trauma dengan ketiga pria bertubuh kekar itu,Saat pintu mulai terbuka, tampak berdiri seorang pria bersetelan jas hitam berdiri tegak di depan pintu. Bima menghela nafas kasarnya saat tahu pria yang ada dihadapannya ialah pengawal pribadinya.''Kau rupanya? Apa ada kabar penting hari ini?'' tanya Bima.Belum sempat pengawal pribadi bima menjawab, Nessa maju kedepan menggeser pelan tubuh Bima, menatap wajah pengawal serta Bima secara bergantian.''Siapa dia? Akrab sekali rupanya? Jangan-jangan dia bos dari ketiga pria itu,'' ujar Nessa yang langsung menyerang dengan tuduhan.''Dia Thomas, pengawalku, kau tunggu saja didalam,'' titah Bima.Nessa kembali masuk, rasa nyeri di lutut membuatnya tak bisa untuk terlalu lama berdiri. Ia lant

  • Sentuhan Panas Adik Iparku   Bab 5. Kota Valkenberg

    ''Bima?''Nessa tercengang saat tahu pria yang sejak tadi menutupi wajahnya dengan masker hitam itu ternyata Bima. Ia tak menyangka akan bertemu Bima, ia juga bingung dengan penampilan Bima yang terkesan sangat misteriusBima terus menatap Nessa tanpa berkedip sedikitpun. Bima merasa ada yang berbeda dari Nessa."Kau sedikit lebih lumayan tanpa kacamata,'' Celetuk Bima.Nessa memundurkan tubuhnya yang dirasa terlalu dekat, ''K...kamu sedang apa di tempat ini? Kenapa juga pakai masker?"Bima menghela nafas kasarnya, lalu tak sengaja manik matanya melihat luka yang cukup parah di salah satu lutut Nessa.''Lututmu berdarah, sebaiknya segera diobati,'' ujar Bima.Nessa menundukan kepalanya melihat kearah lututnya yang memang benar ada luka disana. Karena terlalu panik dan takut hingga ia tak merasakan rasa sakit dari luka itu.Nessa lantas keluar dari gang sempit itu hendak kembali mencari taksi, tapi Bima menarik lengan Nessa, agar berjalan melewati jalan pintas.''Kalau kau kembali ke

  • Sentuhan Panas Adik Iparku   Bab 4. Dikejar Orang Asing

    Manik mata Nessa melebar. Jantungnya serasa berhenti sesaat ketika pria yang ia yakini sebagai Reino menoleh.“Ma… maaf, Mas. Saya salah orang… permisi,” ucapnya gugup sebelum buru-buru kabur dari toko itu.Langkahnya terburu, tetapi pikirannya tetap tertinggal di sana. Ia yakin betul ia tidak salah lihat. Postur tubuh, potongan rambut, bahkan garis rahang yang sempat terlihat dari samping, sangat jelas baginya kalau itu Reino. Tapi kenapa secepat itu Reino menghilang? Pikirnya.Nessa mengembuskan napas panjang, rasa lelah mendadak menyergap. Keinginannya untuk jalan-jalan di mall lenyap begitu saja. Ia merogoh ponselnya dan mengetikan pesan pada temannya untuk pamit pulang.“Bisa gila aku mikirin Mas Reino. Pesan-pesanku nggak dibalas, padahal baru juga nikah. Kok rasanya mentalku yang goyah duluan,” gumamnya sambil cemberut, berusaha menepis rasa gelisah yang mengganggu sejak tadi.Ia pun merasa lelah bahkan sudah tidak selera lagi untuk berjalan-jalan di mall. Ia lantas merogoh pon

  • Sentuhan Panas Adik Iparku   Bab 3. Siapa Pria Itu?

    ''Nessa? Kamu sendirian, mana suamimu?''Nessa tersenyum tipis, pagi itu ia pulang ke rumah orang tuanya untuk mengambil barang-barang juga pakaian. Sekaligus ingin menghilangkan rasa jenuh karena sampai pagi ini Reino belum juga pulang.''Mas Reino lagi sibuk, Mah. Sejak semalam dia ngurus kerjaan bahkan sampai sepagi ini beum juga pulang,'' ujar Nessa dengan wajah cemberut.''Malam pertama Reino kerja? Keterlaluan, lebih mementingkan pekerjaan daripada istri,'' jawab ibunda Nessa yang ikut kesal.Nessa terduduk di sofa, ia menyandarkan kepalanya di pundak sang ibu, wanita yang sudah melahirkan dan merawatnya ssepenuh hati. Nessa mengadu mengeluarkan semua unek-unek yang sejak semalam mengganjal.''Nessa, Reino itu pekerja keras. Dia pemimpin yang sangat bertanggung jawab, kamu harus memakluminya dan juga sabar, itu resikonya menjadi istri CEO Evoque,'' sahut ayah Nessa.''Pekerja keras sih Pah, tapi nggak malam pertama juga dong Pah, masa nggak ada waktu sedikitpun,'' protes ibunda

  • Sentuhan Panas Adik Iparku   Bab 2. Jangan macam-macam!

    Pria itu kini berdiri menghadapnya sepenuhnya, sorot matanya tajam, tapi wajahnya datar tanpa ekspresi.Nafas Nessa tercekat. Matanya membesar, tubuhnya mendadak membeku seperti disiram air es."S-siapa kamu?''Tubuh Nessa bergetar, kedua tangannya mencengkeram gagang sapu yang siap ia ayunkan lagi. Rasa takut menghimpit dadanya ketika melihat tatapan dingin pria asing yang menerobos masuk tanpa permisi."Jadi… kau istri Reino?" pria itu bertanya tanpa sekedip pun.Ia menatap Nessa dari ujung kepala sampai kaki, lalu mengeluarkan cibiran kecil. "Selera Reino benar-benar aneh. Dari semua wanita di dunia, dia memilih wanita… jelek? Berkacamata tebal dan sama sekali tidak menarik."Nessa melemparkan tatapan sinis ke arah pria misterius itu. Kata-katanya memang bukan hal baru baginya, tapi tetap saja ada sembilu halus yang menancap di dadanya.Tanpa ragu, Nessa mengeratkan genggaman pada gagang sapu yang sejak tadi ia pegang. Ia mengangkatnya sedikit, cukup untuk menunjukkan bahwa ia tida

  • Sentuhan Panas Adik Iparku   Bab 1.Malam pertama Tanpa Sentuhan

    "Mas, mau kemana? Kenapa pakai setelan kantor?"Nessa menatap suaminya dengan begitu heran, padahal ia sudah melepas gaun pengantinnya dan menggantinya dengan lingerie putih berbahan satin yang menonjolkan lekuk tubuhnya."Ah… iya, malam ini Mas ada meeting penting,” jawab Reino, nadanya tergesa, kemejanya belum sempat ia rapikan sambil melirik jam di pergelangan tangan.“Tapi… ini kan malam pertama kita.”Suara Nessa merendah, matanya bergetar menahan kecewa. “Apa Mas nggak bisa minta izin, walau sebentar?”Reino terhenti sejenak. Helaan napasnya terdengar pelan, tapi langkahnya tetap seakan ingin pergi. Sementara Nessa berdiri mematung, merasakan dada yang perlahan menghangat oleh rasa tidak diprioritaskan.Reino menatap wajah Nessa, lalu mengusap pucuk rambut Nessa dengan lembut. Nessa menyandarkan kepalanya pada lengan Reino, sesekali mengusap dada bidang milik Reino berharap bisa sedikit membangkitkan gairah Reino, namun Reino malah menyingkirkan tangan Nessa.''Maaf sayang, tapi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status