Share

36. Salju Pertama

last update Last Updated: 2025-04-21 13:41:54

Raven mendengus, separuh geli, separuh kesal.

"Kalau butuh satu tahun, aku bisa saja membekukanmu di ruang bawah tanah sampai selesai," gumamnya dengan nada setengah bercanda.

Selenia mendelik tajam.

"Silakan coba," tantangnya, meski tubuhnya sudah sedikit bergidik membayangkan kemungkinan itu.

Raven hanya tersenyum miring.

"Aku lebih suka melihatmu meringkuk di sofa seperti anak kucing kedinginan."

Selenia menghela napas panjang, memilih untuk mengabaikan ucapannya. Ia kembali merajut, sementara Raven tetap bersandar, memperhatikannya dengan mata yang berkilat-kilat dalam gelapnya malam.

Keheningan menyergap. Selenia merasa tak nyaman menyadari vampir itu masih memperhatikan kegiatannya.

"Kau mau aku menambahkan detail kecil di syalmu?" Tanyanya, memecah keheningan.

Raven mengangkat sebelah alisnya, sedikit terkejut karena Selenia yang lebih dulu membuka percakapan.

"Detail kecil?" ulangnya, suaranya terdengar malas namun tetap penuh perhatian.

Selenia mengangguk, jari-ja
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    38. Remuk Redam

    Sementara itu, di lain sisi.... "Jadi dia SERING MENGGIGITMU?!" Tanya Lucas dengan amarah yang meluap. Selenia mengusap pelan dada suaminya, keduanya kini berada di dalam mobil yang melaju menuju kediaman Vanderbilt. "Yah, begitulah. Lagipula-" "AKU AKAN MEMBUNUHNYA! BERANINYA DIA MENYENTUH ISTRIKU!" "Sudahlah, Luke. Dia sudah tersegel. Oh iya!" Selenia merogoh saku mantel hitamnya, mengeluarkan sebuah syal berwarna biru tua dengan paduan putih. Syal yang rampung dengan sempurna, dirajut dengan cinta dan sepenuh hati. Bukan seperti milik Raven, yang bahkan tak rampung. "Untuk suamiku tercinta" Selenia tersenyum tulus. Lucas menerima pemberian istrinya dengan mata berkaca-kaca. Pria itu segera memeluk istri yang selama ini diculik, jauh darinya. "Terimakasih sayang" Pria itu memeluk hangat istrinya, mendekap wajah putih itu di dadanya. Sementara tatapannya tajam, memandang ponsel di tangan kanan. Sebuah perintah pada bawahannya terkirim dan baru saja akan dilaksanakan.

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    37. Pengkhianatan

    Raven memperhatikannya tanpa suara. Nafasnya nyaris tak terdengar, tubuhnya tetap membatu di tempatnya berdiri. Ia tidak percaya pada permohonan, pada harapan, atau pada keajaiban. Tapi melihat Selenia berdiri di tengah hamparan putih, dengan mata terpejam dan tangan yang tertangkup seperti seorang suci yang tengah berdoa—ia tak bisa mengalihkan pandangan. "Apa yang kau harapkan, Selenia?" suara beratnya akhirnya pecah dalam dinginnya udara. Selenia tidak langsung menjawab. Ia tetap dalam posisi itu, membiarkan angin menyentuh wajahnya, membiarkan dingin merayapi kulitnya. Lalu, perlahan, bibirnya yang merah ceri bergerak. "Sebuah keajaiban," katanya pelan. Mata birunya terbuka, bertemu dengan sepasang mata merah yang masih mengawasinya. "Sesuatu yang bisa mengembalikanku pada hidupku yang dulu." Raven menatapnya lama, lalu tersenyum miring. "Kau selalu memohon hal yang mustahil?" Selenia terkekeh pelan. "Boleh saja, kan?" Wanita itu segera menatap Raven dengan waj

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    36. Salju Pertama

    Raven mendengus, separuh geli, separuh kesal. "Kalau butuh satu tahun, aku bisa saja membekukanmu di ruang bawah tanah sampai selesai," gumamnya dengan nada setengah bercanda. Selenia mendelik tajam."Silakan coba," tantangnya, meski tubuhnya sudah sedikit bergidik membayangkan kemungkinan itu. Raven hanya tersenyum miring."Aku lebih suka melihatmu meringkuk di sofa seperti anak kucing kedinginan." Selenia menghela napas panjang, memilih untuk mengabaikan ucapannya. Ia kembali merajut, sementara Raven tetap bersandar, memperhatikannya dengan mata yang berkilat-kilat dalam gelapnya malam.Keheningan menyergap. Selenia merasa tak nyaman menyadari vampir itu masih memperhatikan kegiatannya."Kau mau aku menambahkan detail kecil di syalmu?" Tanyanya, memecah keheningan.Raven mengangkat sebelah alisnya, sedikit terkejut karena Selenia yang lebih dulu membuka percakapan. "Detail kecil?" ulangnya, suaranya terdengar malas namun tetap penuh perhatian. Selenia mengangguk, jari-ja

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    35. Hadiah untuk Vampir

    "Ingin... Melarikan diri?" Selenia membeo ucapan Raven. "Maunya sih begitu, tapi aku yakin itu sia-sia. Aku tahu kau akan menikmatinya, dan aku tak ingin memberimu kepuasan saat memburuku" Selenia menatap dedaunan yang gugur. Matanya menunjukkan kesenduan. "Aku akan bertanya satu hal yang serius padamu" Wanita itu menatap langsung ke mata merah delima pria di hadapannya, mata yang selalu membuatnya bergidik ngeri. "Apa sejauh ini... kau memiliki niat untuk membunuhku? Atau memanfaatkanku?" Raven terdiam, menatap Selenia dengan sorot mata yang sulit ditebak. Sejenak, hanya ada suara angin yang berhembus pelan, menggoyangkan dahan-dahan pohon yang mulai gundul. Lalu, pria itu menyeringai tipis. "Sebuah pertanyaan yang menarik," katanya, suaranya terdengar seperti seseorang yang sedang menikmati permainan catur yang menantang. "Tapi apakah jawaban yang jujur akan membuatmu lebih tenang atau justru lebih takut?" Selenia tetap menatapnya, tak bergeming. Raven menghela nap

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    34. Akhir musim gugur

    "Lapar." Raven sangat lapar malam ini. Aroma darah menguar di seluruh kastil. Selenia tengah menstruasi, dan sialnya itu adalah malapetaka bagi Raven. Penciumannya yang jauh lebih tajam dari manusia tentu membuatnya mampu mencium aroma darah Selenia. Ia melangkah keluar dari kamarnya, menuruni anak tangga. Langkahnya terhenti sejenak. Vampir itu mendapati Selenia tengah duduk santai di sofa ruang tengah, merajut syal yang tak kunjung rampung. Melihat wanita itu menggelung rambutnya, Raven menelan saliva dengan kasar. Lihatlah leher putih nan jenjang milik sang hawa, Raven sangat ingin menggigitnya dan merasakan darah mengalir ke mulutnya. "Sedang apa disana?" Ucap Selenia tanpa menoleh, menyadari derap langkah Raven yang terhenti. Raven tidak langsung menjawab. Matanya terpaku pada denyut halus di leher Selenia yang terekspos, bergerak seiring aliran darah di bawah kulitnya. Napasnya sedikit berat, jemarinya mengepal di sisi tubuhnya. Godaan ini hampir menyiksa. Sial. “S

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    33. Barang Rahasia

    Pagi yang sejuk, dengan cuaca berawan.Selenia duduk di taman belakang kastil seorang diri. Rambut putih panjangnya tergerai bebas, tak lagi tertata dengan rapi. Tangannya masih sibuk merajut syal."Aku tidak bisa menentukan panjang syal yang pas kalau Lucas tidak ada disini... Bagaimana caranya aku mengukurnya?" Gumam Selenia pada dirinya sendiri.Sebuah daun kering gugur, bergerak lembut dan tersangkut di rambut putih Selenia. Namun wanita itu tak menyadarinya.Selenia menghela napas, menatap rajutannya dengan ekspresi tak puas. Ia merasa sudah menghabiskan banyak waktu untuk ini, tapi tanpa Lucas, semuanya terasa setengah hati. Sambil terus menggerakkan hakpen di jemarinya, ia melirik ke langit yang mendung. Musim dingin sebentar lagi datang. Syal ini harus selesai sebelum saat itu tiba, agar Lucas bisa memakainya. Tiba-tiba, hembusan angin mengusik ketenangannya. Ia merasakan sesuatu yang lembut menyentuh kepala

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    32. Cuek

    "Pola ini salah"Akhir-akhir ini, Selenia sibuk dengan syal yang tengah dirajutnya. Mengabaikan keberadaan Raven, dan fakta bahwa dirinya adalah tawanan di kastil itu. Sementara Raven, sepertinya tidak terlalu memusingkan Selenia yang anteng dan jarang berinteraksi dengannya belakangan ini. Pria itu lebih sibuk dengan bisnisnya di dunia hitam, begitulah yang Selenia kira."Selamat jalan" Ucap Selenia melihat Raven hendak keluar kastil.Itulah kalimat yang selalu Selenia ucapkan pada Raven kala pria itu keluar di malam hari untuk menjalankan perannya sebagai bos organisasi Mafia besar. Dengan nada yang seolah dipermanis, padahal Selenia hanya meyakinkan Raven bahwa dirinya patuh dan takkan berusaha melarikan diri lagi.Raven hanya melirik sekilas ke arah Selenia yang duduk di dekat perapian, jemarinya sibuk dengan hakpen dan benang biru tua. Matanya yang tajam menangkap pola rajutan yang semakin terbentuk jelas, namun ia tidak berkomentar."Jangan melakukan hal bodoh saat aku pergi," u

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    31. Syal Rajut

    "Aku akan membuat masakan itu hari ini" Selenia tengah sibuk berkutat dengan bahan makanan dan alat-alat dapur. Ia pun baru membuka bungkusan belanjaannya kemarin malam. Belanja menyebalkan bersama si vampir, Raven Drachov. Tangannya sibuk memotong bahan-bahan, kemudian kembali mengambil sesuatu di dalam tas belanja. Tersenyum horor, Selenia menatap benda di tangannya dengan sedikit harapan. Bawang putih. Selenia memutar siung bawang putih di antara jemarinya, matanya menyipit penuh perhitungan. Apakah ini benar-benar bisa bekerja? Selama ini, ia hanya mengetahui dari cerita dan legenda bahwa vampir membenci bawang putih. Tapi, Raven bukan vampir biasa. Ia lebih kuat, lebih licik, dan jelas lebih sulit dikalahkan daripada makhluk-makhluk menyeramkan di dongeng. Namun, tetap saja, tidak ada salahnya mencoba. Wanita itu menyeringai kecil, mulai mengupas dan mengiris bawang putih dengan hati-hati. Potongan kecil-kecil ia sisipkan ke dalam masakannya. Jika ini berhasil, mungkin ia

  • Senõrita Sang Vampir Mafia    30. Labirin

    "Pagi di sini cukup dingin.." Selenia terbangun lebih awal hari ini. Bukan, bukan karena ia ingin, tapi memang ia tak pernah sudi tidur nyenyak sementara Raven berada di sekitarnya. Ingat, Selenia tak pernah terlelap nyenyak di kastil sang vampir melainkan karena dua hal, dihisap darahnya hingga lemas, atau kelelahan kabur darinya. Selenia sudah mandi, memakai sebuah gaun santai berwarna merah muda, dan menata rambutnya dengan rapi dan ringkas. Wanita itu kini tengah menyapu daun-daun kering di taman belakang kastil, entah motivasi dari mana. "Waah, cantiknya" Selenia meraih sebuah daun maple yang tergeletak di tanah, mengangkatnya dan menatap lekat. Daun itu oranye, dengan garis-garis merah di tulang daun, dan rona kekuningan di beberapa permukaannya. Wanita bersurai putih itu termenung sejenak, ia bahkan sampai lupa kalau saat ini masih musim gugur. Ia lupa, karena segala kekacauan dan masalah yang disebabkan satu orang yang sama. Raven. Musim semi terakhir yang ia ingat adalah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status