Share

Bab 14

"Iya saya sedang di mall, gimana pertemuan dengan klien?" Pak Pram mengalihkan pembicaraan. Kalau atasan memang bebas, mau jawab pertanyaan bawaannya atau tidak Itu terserah. Mas Dimas pun tak akan bisa protes.

"Sudah beres, Pak. Besok sudah bisa mulai kerjasamanya," jawab Mas Dimas.

"Oh ya sudah kalau gitu, tolong jangan telepon saya kalau tidak penting ya," timpal Pak Pram.

Rasanya aku ingin tertawa saat Mas Dimas diceletuki seperti itu, Sebab Dia tidak bisa berkutik atas apa yang dikatakan Pak Pram.

"Ma-maaf, Pak." Dia hanya membalas seperti itu, sangat singkat sekali jawabannya.

Aku menghela napas seraya menahan tawa. Kemudian Pak Pram menutup sambungan teleponnya.

"Kenapa kamu? Kok kelihatan sedang nahan tawa? Pipinya agak tembem," sindir Pak Pram.

"Hm, selain jadi bos, ternyata bapak seperti dukun, yang bisa baca pikiran dari raut wajah," ejekku juga.

"Sudahlah ayo kita pulang, kasihan Bu Anis di hotel sendirian," ajak Pak Pram.

Kemudian kami bergegas ke parkiran, berhubung Mas
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status