แชร์

Aku Tidak Bisa Hidup Tanpamu

ผู้เขียน: Si Nicegirl
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-04-13 08:22:24

"Apa kau sudah membawa Halwa pulang?" tanya Edzhar pada Omer, supir pribadi yang ia tugaskan untuk mengantar dan menjemput Halwa.

"Nyonya belum mau pulang, Tuan," jawab Omer.

"Di mana kalian?"

"Di Kafe favorit Nyonya, Tuan."

"Ya sudah, biarkan dia menenangkan diri di sana, saya akan mengirim beberapa pengawal ke sana!"

"Baik, Tuan."

Edzhar mematikan sambungan teleponnya, bersamaan dengan masuknya Tita ke dalam mobil.

"Aku akan menempatkanmu di salah satu Apartmentku!" seru Edzhar setelah Tita duduk di sebelahnya.

"Aku tidak mau, Ed. Aku takut sendirian. Kecuali kalau kamu juga tinggal di sana menemani aku."

"Jangan mimpi, Ta. Aku sudah memiliki istri sekarang!"

"Kalau begitu biarkan aku tinggal di rumahmu, Ed. Aku janji sebisa mungkin aku tidak bersitatap dengan Halwa."

"Aku tidak segila itu hingga menempatkan kalian da
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Sebelum Terlambat

    "Untuk sementara waktu Tita akan tinggal di rumah ini," ujar Edzhar saat makan malam bersama Halwa dan Anne Neya."Apa kamu sudah gila, Ed? Apa kamu tidak memikirkan perasaan Halwa?" tanya Anne Neya."Hanya sementara waktu, anne. Sampai Tita pulih dari traumanya," jawab Edzhar lalu beralih menatap Halwa,"Kamu tidak keberatan kan, Wa?" tanyanya."Hmmm.""Jawab, Wa. Aku butuh jawabanmu bukan cuma dehamanmu," desak Edzhar.Halwa meletakkan sendoknya, ia menatap intens suaminya, menatap lekat kedua matanya, ia ingin suaminya itu mengingat perkataannya ini di sepanjang hidupnya,"Aku tidak punya hak suara lagi semenjak kamu tidak mempercayaiku, Ed. Lakukan apa yang kamu mau, ini rumahmu juga hidupmu," jawabnya sengaja menekan tiap katanya.Sambil terus menguatkan dirinya di depan pria itu, Halwa meraih serbet dan membersihkan mulutnya sebelum beralih menatap Anne Neya,"Aku permisi dulu, Anne. Sampai jumpa

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-13
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Siapa Yang Akan Dia Pilih?

    Halwa memejamkan matanya ketika pintu kamar terbuka, langkah kaki Edzhar terdengar saat pria itu melangkah mondar-mandir mendekati Halwa, lalu menjauh lagi, begitu seterusnya hingga terdengar helaan nafas panjang sebelum pria itu duduk di sisi tempat tidur."Aku tahu kamu hanya berpura-pura tidur saja, Wa. Bangunlah, ada yang ingin aku bicarakan denganmu!" serunya."Katakan saja, aku mendengarnya. Yang aku tutup hanya mataku bukan telingaku," sahut Halwa tanpa membuka kedua matanya."Aku tahu kamu kecewa karena aku membawa kembali Tita ke rumah ini, tapi aku tidak punya pilihan, Wa. Karena dia masih takut sendirian, dan traumanya belum hilang."Detik berlalu menjadi menit, tapi Halwa masih juga terdiam, kedua matanya tetap terpejam, hanya dadanya saja yang terlihat bergerak naik turun dengan cepat saat ia menarik dan membuang nafasnya, wanita itu tengah menahan dirinya untuk tidak meluapkan kekecewaannya.Merasa Halwa tidak akan merespon

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-14
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Sebelum Aku Pergi

    "A ... Aku tidak berbohong, aku memiliki bukti!" sangkal pria itu sambil merogoh saku celananya, lalu menyerahkan dua lembar foto pada Edzhar.Mata Edzhar membulat saat melihat pria itu yang mengenakan pakaian sipir tengah menggagahi Halwa, mata tajamnya beralih menatap Halwa,"Jadi perkataanmu saat di rumah sakit dulu benar, Wa? Kamu berc1nta dengan sipir ini hanya demi makanan?" tanyanya, suaranya sedingin wajahnya.Halwa tahu ini semua hanyalah sebuah rekayasa yang terstruktur dan sistematis, untuk memisahkan dirinya dan Edzhar. Seharusnya ia menyangkalnya, ya kan?Tapi tidak. Setelah sahabatnya itu kembali ia telah ditimpa oleh fitnahan demi fitnahan, dan suaminya itu lebih mempercayai wanita itu daripada istrinya sendiri.Dan sekarang saatnya ... Saatnya Halwa untuk memutuskan masa depannya. Mungkin inilah cara Tuhan untuk membuatnya terbebas dari Edzhar, suami yang tidak mempercayai istrinya sendiri. Tapi sebelum

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-14
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Kabut Kesedihan

    "Sebaiknya anda melihat ini, Tuan!" seru Max sambil mengulurkan ponsel ke arah Victor."Nanti saja, Max. Aku harus segera menyelesaikan ini untuk rapat besok dengan The Group!" balas Victor tanpa mengalihkan perhatiannya dari layar laptopnya."Ini tentang Nona Aira, Tuan."Tidak sampai satu detik kemudian ponsel sudah beralih ke tangan Victor. Sambil melihat foto di ponselnya pria itu dengan cepat berdiri dari tempat duduknya,"Aya!" pekiknya.Victor terus melihat satu-persatu foto Halwa yang berdarah-darah, hingga ke bagian pesan singkat dari pengirim foto itu,'Untuk sekarang, wanita ini masih hidup, tapi tidak lagi kalau sampai malam nanti anda belum datang menemuinya di rumah sakit X. Ini peringatan untuk anda! Dalam waktu satu minggu bawa pergi wanita ini dari Turki, atau dia tidak akan seberuntung hari ini!'"Max! Tunda kegiatan saya selama satu bulan kedepan! Dan segera siapkan jet pribadi, kita ke Istanbul sekara

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-14
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Raga Tanpa Jiwa

    "Apakah Tita yang menyuruhmu melakukan itu?" tanya Halwa pada pria yang mengaku sipir tadi setelah mereka keluar dari pagar tinggi rumah Edzhar. Alih-alih menjawab, pria itu langsung menarik Halwa dan mendorongnya masuk ke dalam mobil yang terparkir tidak jauh dari rumah Edzhar. Sudah ada tiga orang pria asing di dalam mobil itu, dua di depan dan satu dikursi tengah, yang langsung menggeser posisi duduknya saat Halwa masuk, sementara pria yang mengaku sipir tadi duduk di sisi satunya lagi, mengapit Halwa di antara mereka. "Mau apalagi kalian? Bilang Tita aku sudah melepaskan Edzhar untuknya, apalagi yang dia inginkan dariku sekarang?" tanya Halwa. "Nyawamu!" jawab pria yang duduk di sampingnya itu. Pria itu memalingkan wajahnya ke arah Halwa, senyum sinis terukir di wajah pria itu yang terlihat tampan dengan rahang yang tegas khas pria Italia, bukan ketampanan sempurna bak para dewa di Yunani.

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-15
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Vanessa

    Victor menatap nanar ke bayi perempuan yang sudah tidak bernyawa itu, bayi dengan warna kulit yang sama dengan bayi laki-laki yang berada di kamar Halwa tadi. Ia menyentuh pipi mungil bayi itu yang mulai terasa sedingin es. Kaku, pipi bayi ini tidak kenyal seperti halnhya pipi bayi laki-laki tadi.Vanessa ...Nama yang cantik, tapi hidupnya tidak secantik namanya, bayi malang ini hanya dapat melihat dunia ini kurang dari satu jam saja."Bayi ini memiliki berat badan yang rendah, juga daya tahan tubuhnya yang lemah. Mungkinkah ibunya mengalami banyak tekanan selama mengandung anak ini, Tuan?" tanya dokter itu.Victor tidak mau menjawab pertanyaan dokter itu. Ia memilih diam sambil terus menatap Vanessa. Yah, bayi ini telah menjadi korban dari sikap keras kepala sahabatnya, Edzhar. Seandainya saja pria itu lebih percaya pada Halwa alih-alih Tita, mungkin bayi mungil ini masih hidup saat ini."Saya akan mengubur bayi ini di Spanyol

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-15
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Dukungan Keluarga

    "Mengatasi trauma akibat kehilangan seseorang apalagi kehilangan anaknya sendiri itu butuh proses, yang membutuhkan waktu tidak sebentar, tergantung individunya masing-masing. Saat ini Nona Halwa sedang berada dalam tahap penolakan, ia tengah berusaha untuk bertahan dari rasa sakit emosional, dengan cara menolak menerima kenyataan bahwa putrinya telah tiada," jelas psikolog yang menangani Halwa.Tiga hari sudah berlalu sejak Victor berhasil memindahkan Halwa dan bayinya ke rumah sakit ini, bukan hal yang mudah tapi berkat orang yang tepat, mereka berhasil sampai di Spanyol tanpa menemui hambatan. Kedua orang tua Halwa pun sudah sampai ke negara ini, dan Victor langsung meminta hapus track record penerbangan mereka, supaya Edzhar atau siapapun tidak dapat melacaknya.Karena menurut info dari orang suruhan Max, saat ini Edzhar tengah berusaha menemukan Halwa, bahkan sampai menyuruh asisten pribadinya ke Jakarta untuk menjemput orang tua Halwa, yang untungn

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-15
  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Malaikat Pelindung

    "Hai sleeping beauty, akhirnya bangun juga kamu!" seru Azalea saat Halwa baru saja membuka kedua matanya.Saat ini hanya ada Azalea saja di dalam ruangan itu. Victor yang menghubungi wanita itu, ia berharap dengan hadirnya Azalea Halwa mau mengeluarkan semua sakit hatinya, dan juga semua kesedihan yang membebaninya.Setelah hari itu Halwa sama sekali tidak berbicara selain meminta Edson untuk menyusuinya. Bahkan mama sekalipun tidak bisa membujuknya. Halwa hanya mendengarkan saja apapun nasihat mamanya, tanpa ada sepatah katapun yang keluar dari mulutnya. Ia tidak menatap siapapun lebih dari tiga detik, bahkan tidak mau melihat team dokter, psikolog dan juga psikiater yang ditunjuk untuk menanganinya. Hanya saat menatap Edson saja ia mau berlama-lama, hingga bayinya itu tertidur dan harus dipindahkan ke box bayinya."Lea?" Azalea mengangguk penuh semangat, "Ya, aku Lea. Sahabatmu yang paling kece badai!" "Kenapa kam

    ปรับปรุงล่าสุด : 2025-04-16

บทล่าสุด

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Pesta Pertunangan 2

    Pagi itu seperti biasa, selesai sarapan pagi Edzhar mengajak Vanessa main di halaman belakang. Membiarkan putrinya itu berlarian kesana-kemari mengejar kupu-kupu, sambil terus mengawasinya. Tidak lama kemudia terdengar notif pesan singkat di ponselnya, kedua matanya membulat saat membaca pesan singkat itu. 'Besok pagi Halwa dan Victor akan bertunangan di Paris. Tepatnya di X Villa!' Edzhar segera menghubungi nomor asing itu, tapi tidak tersambung, sepertinya siapapun yang memberi informasi ini menggunakan nomor sekali pakai untuk menghubunginya. "Yas!" teriak Edzhar, lalu menatap suster Mia, "Kamu, jaga Vanessa sebentar!" serunya dan suster Mia mengangguk. "Ya, Tuan?" "Majukan jadwal ke Parisnya hari ini! Halwa dan Victor akan bertunangan besok!" perintahnya. "Bertunangan? Anda kata siapa, Tuan?" tanya Yas. Alih-alih menjawab, Yas malah menyerahkan p

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Pesta Pertunangan 1

    Hari kedua mereka di Paris, Victor mengajak Halwa dan juga Edson ke Penthouse orang tuanya, yang terletak di kawasan The Champs-Elysees, yang juga dikenal sebagai The Most Beautiful Avenue of the World, jalan paling indah sedunia. Kawasan tempat kalangan jetset juga selebrity ternama dan kaum sosialita menghamburkan uang mereka di sana, dengan berbagai macam barang dari brand ternama yang berada di sepanjang jalan itu. Edson nampak tertidur di pundak Victor saat mereka memasuki Apartment dan menuju lift pribadi yang akan membawa mereka ke lantai teratas Apartment ini, dimana Penthouse orang tua Victor berada. "Aku gugup, Vic!" aku Halwa, tangannya yang sudah mulai keluar keringat dingin, saling bertautan dengan telapak tangan Victor. "Sstt, santai saja. Seperti yang sudah pernah aku bilang padamu, mereka tidak akan mencampuri urusan pribadiku. Lagipula siapa yang akan menolak mendapatkan wanita secantik dan secerdas dirimu

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Aku Tidak Cemburu

    Halwa menatap nanar Edson yang tengah jongkok di depan makam saudari kembarnya, Vanessa. Jemari mungil anak itu menyentuh batu nisan bertuliskan nama saudarinya itu.Ia sengaja mengajak Edson ke makam Vanessa hari ini, karena besok mereka akan berangkat ke Paris, acara lamaran akan dilangsungkan di sana, karena kedua orang tua Victor sedang berada di sana."Kenapa dedek meninggal?" tanya Edson.Sebenarnya itu pertanyaan yang selalu diulang Edson tiap kali Halwa mengajaknya ke makam Vanessa. Meski begitu Halwa tetap menjawabnya.Halwa ikut jongkok di samping Edson, lengannya merangkul bahu kecil putranya itu,"Amma melahirkan kalian secara prematur, dan dedek Vanes tidak bisa bertahan lama," jawabnya dengan suara parau.Halwa seolah-olah kembali ke saat paling menyakitkan di dalam hidupnya itu, saat melihat tubuh mung1l putrinya yang sudah tidak bernyawa, belum lagi suara tangisannya yang hingga kini masih terus hadir di dalam mim

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Aku Ingin Punya Ayah

    "Maaf aku terlambat!" seru Halwa sambil melepas jas panjangnya dan menggantungnya."Amma!" pekik girang Edson sambil menghambur ke arah Halwa, dan Halwa langsung menggendongnya,Hari ini adalah perayaan ulang tahun putranya itu yang ketiga tahun, hanya perayaan kecil-kecilan yang dihadiri keluarganya dan juga Victor."Euh, baru ditinggal beberapa jam saja, anak Amma sudah seberat ini yaa," godanya lalu menc1umi pipi Edson, "Poppa ajak aku makan banyak!" seru Edson sambil menunjuk ke arah Victor.Sambil tersenyum manis, pria itu menghampiri mereka, "IGD rame hari ini, Sayang?" tanyanya lembut sambil mencium pipi kiri dan kanan Halwa."Ya, seperti biasanya," jawab Halwa. Ia segera menurunkan Edson saat putranya itu memberontak minta turun untuk menghampiri Oma dan Opanya yang memanggilnya."Kamu terlalu memanjakannya, Vic," ujar Halwa sambil tersenyum melihat putranya itu yang sudah menjauh."Bukan memanjakannya

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Menikahlah Denganku

    Kamu benar tidak apa-apa, Lilian?" tanya Halwa."Ya, aku hanya kaget saja tadi," jawab Lilian sambil memeluk dirinya sendiri,"Apa kita akan langsung ke penginapan saat masih basah kuyup seperti ini?" tanyanya.Lilian melihat secara bergantian ke arah Victor dan Halwa, mereka benar-benar terlihat seperti tikus got."Kalau kalian masih mau berdiri saja sambil menunggu festival itu selesai tidak apa-apa. Tapi aku mau kembali ke penginapan, sepertinya Edson nangis," jawab Halwa sambil menunjuk balkon tempat suster Mia menggendong Edson."Kalau begitu kita kembali ke penginapan saja," ujar Victor sambil jalan mendahului Halwa dan Lilian."Tingkahnya seperti dia daddynya Edson saja," kekeh Lilian."Victor memnag dekat dengan Edson sejak bayi, kamu jangan salah paham ya," jelas Halwa, mereka jalan beriringan ke arah penginapan."Apa yang membuatku salah paham? Kami cuma berteman saja, Aira. Tidak lebih."Halw

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   La Tomatina

    Kota Buñol, Valencia, Spanyol. Yang hanya berisi kurang lebih sembilan ribuan populasi di dalamnya, namun jumlah itu bisa membludak hingga menjadi puluhan ribu orang saat diselenggarakan La Tomatina, even yang diadakan hanya satu tahun sekali itu.Ya, setiap hari rabu di akhir bulan Agustus, baik warga maupun turis mancanegara akan berbondong-bondong mendatangi Plaza del Pueblo, tempat festifal La Tomatina itu diselenggarakan, termasuk juga Halwa, Victor dan Lilian.Victor bersikeras mengajak serta Lilian, meski Halwa menolaknya, dan sialnya Lilian bersedia ikut juga yang pada akhirnya mau tidak mau Halwa mengizinkan sahabatnya itu untuk turut serta."Ingat, jangan sakiti dirimu sendiri dengan mencintai pria itu lebih dalam lagi!" pesan Halwa pada lilian saat itu."Tenang saja, kami hanya sekedar berteman saja, Aira. Pria itu sudah dengan tegas menolakku, jadi aku bisa apa selain menerima tawarannya untuk hanya menjadi sekedar teman saja," ucap li

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Rencana Victor dan Lilian

    "Hai Vic, sudah lama nunggu? Maaf kami sedikit telat karena tadi ada pasien yang memburuk di IGD," sapa Halwa saat ia dan Lilian sampai di meja yanh sudah Victor pesan untuk mereka.Victor langsung berdiri untuk menarik kursi Halwa dan juga Lilia, sebelum kembali duduk di kursinya lagi, ia tersenyum miring sebelum menjawab,"Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa kok ... " "Maksudmu terbiasa aku tidak on time?" sungut Halwa sambil memberengut."Ya, tapi itu wajar mengingat jam kerja kalian yang tidak bisa di prediksi. Jadi ... Wanita cantik ini yang mau kamu kenali padaku, Ay?" "Ah iya lupa, Vic kenalkan ini sahabatku Lilian, dan Lilian ini juga sahabatku, Victor,"Victor dan Lilian pun saling berjabat tangan dan saling melemparkan senyuman manis mereka."Kalian ngobrol saja ya, aku mau ke toilet sebentar!" seru Halwa sambil kembali berdiri lalu bergegas ke arah toilet."Ummm, Lilian ... Nama yang cantik" puji Vict

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Pemberi Harapan Palsu

    "Benarkah hari ini kamu mau mempertemukanku dengan Victor? Aira?" tanya Lilian, sahabat baru Halwa yang akan ia jodohkan dengan Victor.Itu adalah pertanyaan Lilian yang kesekian kalinya, wanita cantik itu terlalu antusias karena akan segera dipertemukan dengan pujaan hatinya."Iya, Lilian ... " jawab Halwa untuk kesekian kalinya juga sambil menangkup pipi sahabatnya itu, "Sekali lagi pertanyaan itu keluar dari mulutmu, aku akan membatalkan pertemuan ini," lanjutnya sengaja menggoda Lilian."Eh, jangan ... Ya Tuhan aku semalaman sudah tidak bisa tidur, jadi jangan dibatalkan ya?" rengek Lilian."Kamu seperti seorang anak baru gede saja yang tidak bisa tidur karena akan segera bertemu dengan gebetannya," kekeh Halwa, lalu kembali fokus pada laptopnya."Memang seperti itu saat anak baru gede jatuh cinta?""Kenapa kamu menanyakan hal itu? Kamu ingat-ingat saja bagaimana rasanya dulu saat kamu pertama kali jatuh cinta."

  • Jerat Ambisi Penguasa Kejam   Adakah Kesempatan Ketiga?

    Sinar matahari sudah mulai memasuki kamar saat Edzhar bangun dan menepuk sisi kosong di sebelahnya tempat biasanya Halwa tidur. Sudah satu tahun lebih mereka berpisah, dan rasa rindunya pada mantan istrinya itu tidak sedikitpun memudar. bahkan semakin lama malah semakin merindukannya, dan hanya bisa mengobati kerinduannya itu dengan menatap putrinya, Vanessa. Dengan malas Edzhar turun dari tempat tidurnya, matanya langsung tertuju pada ukiran rumit di kaki sofa yang terdapat bercak darah. Ia jadi ragu kalau itu adalah darah Tita, mengingat tak terhitung banyaknya wanita itu berbohong. Tapi kalau itu bukan darah Tita, lalu darah siapa? Edzhar segera meraih ponselnya yang ia letakkan di atas nakas untuk menghubungi Yas, "Ke kamar saya sekarang juga!" perintahnya. Ia tahu sepagi ini Yas pasti sudah berada di dalam rumahnya. Dan benar saja, tidak lama kemudian terdengar password pintu ditekan, yang berarti Yas ak

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status