"Anne!" pekik Vanessa sambil menghambur ke pelukan Halwa saat melihat annenya itu melangkah ke arahnya dan anne Neya. Halwa baru lepas infusnya, dan dokter mengizinkannya untuk ke kamar Edzhar, meski tidak boleh berlama-lama di sana mengingat kondisi Edzhar, juga dirinya yang masih harus banyak istirahat. "Vanessa, my princess ... Apa kamu baik-baik saja?" tanya Halwa dengan penuh kekhawatiran, sebelum menggendong putrinya itu yang langsung menangis di bahunya, dan Halwa memeluknya penuh kasih. Hampir satu minggu ini ia tidak melihat Vanessa, sejak putrinya itu meninggalkan Palazzo. Yang ternyata itu semua adalah rencana Edzhar dan juga Tita untuk menyelamatkan Vanessa dan Maman Susan, yang sekarang masih berada di bawah pengawasan interpol karena hubungannya dengan Marcus. Maman Susan akan menjadi saksi kunci dari kejahatan pria itu, dan kali ini hukuman mati untuknya tidak akan terhindari lagi, ka
"Bertahanlah, Ed. Aku sudah melepaskan Aira untukmu, dan Aira pun telah bersedia memberikan kesempatan kedua untukmu. Aku tidak akan menjadi penghalang bagi cinta kalian berdua lagi." Antara sadar atau tidak Edzhar mendengar kalimat Victor itu. "Ya, aku memang akan kembali padanya, melalui paru-paruku ini yang akan selalu berada di dalam tubuhnya untuk selamanya," balas Edzhar dengan lemah. Tangannya yang selemah suaranya itu terulur ke arah Victor yang langsung meraih tangannya itu sebelum duduk di sampingnya. Suara Edzhar berupa bisikan saat pria itu bertanya, "Kenapa aku masih hidup? Kenapa operasi itu belum dimulai juga? Kenapa lama sekali? Bagaimana kalau Halwa tidak kuat lagi?" "Tidak akan ada operasi untuknya dan paru-parumu akan tetap berada di tempatnya, karena ... " "Jangan bodoh kamu, Vic. Apa kamu mau bermain-main dengan nyawa Halwa?" potong
'Jadi ... Biarkan aku memberikanmu kehidupan yang baru.' Dengan panik, Halwa membalik surat yang terhenti itu, ia masih berharap masih banyak perkataan Edzhar yang tertulis di sana, tapi ternyata sudah berakhir, "Kenapa? Kenapa tidak ada lagi?!" tanyanya setengah histeris. Victor memegang kedua bahu Halwa yang bergetar karena isakannya, "Tenangkan dirimu, Ay. Ed tadi keburu pingsan, jadi dia belum menyelesaikan tulisannya," jelasnya. "Bagaimana keadaannya sekarang, Vic? Apa dia sudah membaik?" tanya Halwa di sela isakannya. "Ada infeksi di salah satu lukanya, tapi dokter sudah menanganinya. Sekarang tinggal tunggu dia siuman saja," jawab Victor dengan lembut. Ia meraih tangan Halwa sambil terus menatap lekat-lekat kedua matanya, "Sekarang kamu sudah tahu kan, betapa Ed sudah banyak berubah? Dia sangat mencintaimu, Ay. Cintanya jauh lebih besar dari cintaku padamu hingga dia rela mendonorkan par
"Apa kamu yakin mau membacanya, Ay? Kamu baru saja siuman ... " tanya Victor dengan nada khawatir. Halwa terlihat masih syok, sejak wanita itu sadar dan terus meneriakkan nama Edzhar, membuat Victor ragu-ragu untuk memperlihatkan surat dari sahabatnya itu. Tapi mau tidak mau ia harus memperlihatkan surat itu pada Halwa, agar masalah ini tidak berlarut-larut dan wanita itu segera menentukan pilihannya. "Berikan saja padaku, Vic ... Aku ingin melihatnya," jawab Halwa meski suaranya sudah mulai terdengar parau. "Dengan satu syarat, kamu akan berhenti baca kalau kamu mulai merasa tidak kuat untuk melanjutkannya," pinta Victor. Setelah Halwa mengangguk setuju, ia meletakkan surat yang ditulis Edzhar itu ke tangan Halwa, yang langsung membuka dan membacanya. 'Wa ...' 'Saat surat ini telah berada di tanganmu dan kamu tengah membacanya, berarti paru-paruku cocok untuk di donorkan padamu, bukan hanya setengahnya tapi seluruhnya, itulah doa terakhirku untukmu, Wa. Semoga paru-paru
"Aku lebih memilih menghembuskan napas terakhirku demi bisa memberikan napas baru untuk wanita yang aku cintai, Anne dari anak-anakku. Aku mohon, cintailah mereka dengan segenap hatimu, Vic. Aku menitipkan mereka padamu ... " "Apa maksud perkataanmu itu, Ed?" tanya Anne Neya. Setelah menutup kembali pintu kamar Rawat Edzhar, ia berderap maju dengan Vanessa yang berada di gendongannya, "Kenapa kamu berkata seperti itu?" tanyanya lagi. Hati Edzhar terasa hancur saat melihat wanita yang telah membesarkannya itu dengan penjuh kasih sayang. Ia belum bisa membalas semua kebaikan dan kasih sayang Anne Neya padanya itu, tapi sudah akan meninggalkan Annenya untuk selamanya. Dan saat matanya beralih pada wajah putrinya yang tengah berbinar ceria itu tiap kali melihat Edzhar, membuat dadanya terasa sesak. "Baba ... " Suara kecil Vanessa terdengar manja, dan anak itu me
"Akhirnya kau sadar juga, Ed!" seru Victor, tidak dapat menyembunyikan kesedihan di dalam suaranya itu. "Di mana aku?" tanya Edzhar sambil melihat ke sekelilingnya. Edzhar baru akan mengangkat badannya ketika merasakan sakit yang menusuk di bagian dada kanannya, juga bagian pinggangnya meski bagian dadanya terasa jauh lebih sakit, dan ia menekan bagian yang sakit itu. "Rumah sakit, kau beruntung dari sekian banyak peluru yang bersarang di tubuhmu itu, tidak ada satu pun yang mengenai organ vitalmu," jawab Victor. Peluru? Teringat pada peristiwa penembakan di Pallazo Marcus, dengan panik Edzhar berusaha bangun sambil menahan rasa sakit yang kian menusuk itu, hanya untuk mendapati tubuhnya yang kembali terbaring di atas tempat tidur itu lagi dan lagi. Melihat tekad sahabatnya yang ingin sekali bangun itu membuat Victor kembali bersuara, "Jangan terlalu memaksakan dirimu, Ed. Kau masih terlalu lemah karena telah kehilangan begitu banyak darah. Beruntung kami dapat membawamu
Matahari mulai beranjak naik lagi saat Edzhar masih terus membahas rencana pembebasan Halwa dan Vanessa bersama dengan Victor juga sahabatnya yang lain. Sudah dua malam mereka berkumpul, untuk mematangkan rencana mereka, mengingat siapa lawan mereka saat ini. Bukan hal yang mudah untuk merangsek masuk ke Pallazo salah satu kartel terkuat di Sisilia itu. Bahkan tersangka dengan dakwaan seumur hidup seperti Marcus pun bisa dengan mudahnya melenggang bebas. Dan tidak ada investigasi lebih lanjut mengenai kematian hakim yang memvonisnya dulu. "Akan sulit kalau kita meminta bantuan dari pemerintah negara itu, bisa-bisa salah satu dari mereka membocorkannya," gumam Aaron. "Ya, Aaron benar. Mereka memiliki empat kekuatan Cosa Nostra, yang membuat mereka menguasai semua sendi kehidupan masyarakat Sisilia dan hampir seluruh Italia. Mulai dari yang terkecil seperti menguasai pasar nelayan d
Kedua tangan Halwa tidak berhenti bergetar, selama orang-orang suruhan Marcus mempersiapkan dirinya untuk pernikahannya dengan pria itu. Ada keinginan terbesar di dalam diri Halwa kalau ia lebih baik melompat dari balkon kamarnya daripada harus menikahi Marcus. Tapi ia selalu berhasil menahan dirinya saat teringat nyawa anak-anaknya yang terancam. Ia tidak punya pilihan lain selain harus tetap diam saat mereka merias dirinya. Hingga Vanessa datang bersama dengan Edzhar, dan entah kenapa melihat sorot sendu pria itu, Halwa ingin sekali lari ke pelukannya. Mungkin karena pria itu sosok yang familier di tempat asing ini. Tapi mengingat adanya orang-orang Marcus yang berjaga-jaga di sekitar mereka, membuat Halwa mengurungkan niatnya. "Vanessa ayo pamit pada Anne ... " ujar Edzhar dengan suara serak. "Pamit? Memangnya Vanes mau ke mana?" tanya Halwa bingung, ia menat
"Kamu sudah pernah menikah sebelumnya, jadi tidak banyak nasehat yang Maman berikan malam ini untukmu, Sayang. Bersabarlah ... Semua akan indah pada waktunya," ujar Maman Susan lembut di malam pernikahan Halwa dengan Marcus. "Iya, Maman," jawab Halwa. Meski di dalam hatinya ia sangat meragukan jawabannya itu. Bagaimana pernikahannya bisa indah kalau ia menikah karena terpaksa, dengan pria berengsek seperti Marcus, ditambah lagi ia telah meninggalkan tunangannya, Victor. Entah, sedang apa pria itu sekarang ... Kali ini ia benar-benar akan melangkah ke dalam neraka, bahkan mantan suaminya sendiripun yang saat ini juga berada di Pallazo ini, tidak akan bisa menyelamatkannya. 'Apa aku akan kembali merasakan neraka di dalam pernikahan keduaku ini?' tanyanya dalam hati. "Dulu ... Maman juga terpaksa tinggal di Pallazo ini, tapi pada akhirnya Maman luluh juga pada sang Don. Romano memang kejam, tapi bisa b