Share

Bab 6

Author: Valencia
Keesokan harinya, Nayara dipanggil ke paviliun Nyonya Lestari.

Saat dia tiba, Kirana juga ada di sana.

Gadis itu berlutut manis di samping kaki Nyonya Lestari, memijit kakinya dengan lembut.

Begitu Nayara masuk, Kirana buru-buru berdiri dengan gugup, memanggil pelan, "Kakak."

Lalu, dia segera menyingkir memberi tempat.

Wajahnya penuh kesan rela menahan diri.

Arsaka mengernyit tak senang, suaranya rendah, "Kirana, kamu juga cucu Nenek, tumbuh besar di kediaman ini. Di hadapan beliau, kamu tak perlu bersikap seolah kamu anak luar."

Selesai bicara, dia melirik Nayara dengan tak suka. Matanya penuh dengan rasa muak.

"Tak ada seorang pun di rumah ini yang berutang padamu. Jadi untuk apa kamu seharian menunjukkan wajahmu yang dingin gitu?"

Nyonya Nadindra menutup mulut dengan saputangan dan batuk pelan, "Arsaka, diam."

Arsaka menatap Nyonya Nadindra sejenak, lalu tak berkata apa-apa lagi.

Namun, wajahnya tetap gelap, sorot matanya tajam.

Nayara pun menyadari, Arsaka sedang membela Nyonya Nadindra.

Mungkin dia tahu semalam Nyonya Nadindra diperlakukan dingin olehnya.

Nayara melirik ke arah wanita itu, dan Nyonya Nadindra pun terlihat canggung.

Nyonya Nadindra ingin mengatakan sesuatu, tetapi ketika bertemu dengan sorot mata dingin Nayara, dia langsung mundur.

Lalu memelototi Arsaka dengan tak puas. "Pergi lihat, apakah ramuan obat Nenek sudah siap."

Arsaka tahu Nyonya Nadindra sengaja menyuruhnya pergi, dan dia sendiri memang tak ingin terus menatap wajah dingin Nayara. Maka dengan gusar, dia pun pergi.

"Benar-benar pemuda berwatak keras." Setelah Arsaka pergi, barulah Nyonya Lestari membuka suara. Lalu dia melambaikan tangan. "Nayara, kemarilah ke sisi Nenek."

Nayara berjalan mendekat dan duduk di samping Nyonya Lestari. Tangan mereka saling menggenggam dengan penuh kehangatan.

"Kamu sudah banyak menderita."

Nayara meletakkan tangannya di atas tangan sang nenek. "Selama Nenek ada, aku tidak merasa menderita."

Nyonya Lestari menghela napas panjang, lalu masuk ke pokok pembicaraan. "Nayara, sekarang ada satu hal yang ingin Nenek tanyakan padamu."

"Silakan, Nenek."

"Apa kamu masih menyukai Rayendra? Harus dia dan tak bisa yang lain?" tanya Nyonya Lestari dengan suara yang mengandung sesuatu yang tak terucap. Tatapannya pada Nayara dipenuhi rasa iba dan sayang yang mendalam.

Sejak Nayara kembali ke rumah, Keluarga Senandika mengutus seseorang untuk menyampaikan niat secara halus. Yaitu mereka ingin membatalkan pernikahan.

Nyonya Lestari tak ingin Nayara dipermalukan, maka dengan alasan tertentu dia mengusir utusan itu.

Nayara segera memahami maksud tersembunyi di balik semua itu. "Keluarga Senandika ingin membatalkan pertunangan?"

Selama tiga tahun dia dikurung di barak militer, reputasinya hancur.

Keluarga Senandika tentu tak akan menikahi perempuan yang nama baiknya rusak.

Dengan ragu, Nyonya Lestari mengangguk. "Sebenarnya bukan membatalkan, hanya saja mereka ingin mengganti calon pengantin."

Nayara menoleh pada Kirana. Gadis itu segera menunduk, menghindari tatapannya.

Nayara langsung paham maksud Keluarga Senandika.

Jika membatalkan pertunangan begitu saja, dua keluarga bisa menjadi musuh.

Namun, jika diganti dengan Kirana yang berperilaku lembut dan tidak bercela, maka segalanya akan tampak seimbang.

Yang paling penting, Kirana bersedia.

Seluruh orang di rumah hanya memikirkan nama baik Kediaman Adipati Agung.

Tak satu pun yang bertanya apakah Nayara bersedia.

Tak heran semua orang bersikap aneh. Rupanya mereka khawatir dia akan membuat keributan.

Sayang, harapan mereka tak menjadi kenyataan.

"Nenek, aku setuju." Ekspresi Nayara tetap tenang, suaranya datar seolah hanya menyebutkan cuaca hari ini yang cerah dan sejuk.

"Aku setuju untuk mengganti calon pengantin."

Nyonya Lestari dan Nyonya Nadindra memandangnya dengan tatapan tak percaya.

"Tapi dulu kamu begitu tergila-gila pada Rayendra, kenapa sekarang berubah?" Nyonya Lestari tampak bingung.

Dulu Nayara begitu menyayangi Rayendra, sampai rela menyerahkan nyawanya.

Itulah sebabnya Nyonya Lestari merasa perlu bertanya padanya.

Raut wajah Nayara tetap tenang. "Itu semua sudah berlalu. Manusia bisa berubah."

"Aku sudah lama tak peduli padanya."

Mendengar itu, Nyonya Nadindra akhirnya bisa bernapas lega. Dia tersenyum hangat pada Kirana.

Kirana memeluk lengannya dengan malu-malu.

Interaksi halus di antara mereka terasa sangat menyakitkan di mata Nayara.

Segalanya sudah diputuskan, untuk apa lagi mencoba menguji reaksinya?

Nyonya Lestari menatap Nayara dengan iba. "Kamu tidak perlu takut. Meski pernikahan dengan Keluarga Senandika batal, Nenek akan mencarikan jodoh yang tepat untukmu."

Sebenarnya di dalam hati, Nyonya Lestari tahu, Keluarga Senandika sudah yang terbaik.

Dengan noda di masa lalu seperti itu, tak mungkin ada keluarga terpandang lain yang mau menerimanya.

Keluarga-keluarga bangsawan pasti tak akan mempertimbangkan Nayara.

Hidup Nayara sudah hancur.

Hati Nyonya Lestari terasa perih. Cucu perempuannya benar-benar menyedihkan.

Namun Nayara justru tersenyum ringan. "Seumur hidup ini, aku hanya ingin tinggal di sisi Nenek."

"Dasar anak bodoh. Mana mungkin kamu bisa menjaga Nenek seumur hidup?" Nyonya Lestari tampak tak berdaya. Dia pun tak ingin Nayara menderita, tetapi ini adalah satu-satunya jalan terbaik.

Begitu Keluarga Senandika membatalkan pernikahan, reputasi Nayara akan hancur total.

Nyonya Lestari yang sudah lanjut usia merasa lelah setelah berbincang sebentar.

Setelah Nayara membantu beliau tidur, barulah dia keluar.

Saat keluar, dia berkata pada Ibu Rukmini, pelayan neneknya, "Mulai sekarang, buatkan ramuan ini untuk Nenek."

Nayara menyerahkan selembar resep obat pada Ibu Rukmini. Perempuan tua itu tampak terkejut. "Nona, dari mana resep ini?"

"Seorang teman yang memberikannya. Kalau Ibu Rukmini ragu, bisa tanyakan ke tabib." Nayara tidak berkata lebih jauh. Dia menyerahkan resep itu dan langsung pergi.

Baru saja melangkah keluar gerbang, dia langsung berpapasan dengan Rayendra.

Rayendra berdiri membelakangi cahaya, seluruh tubuhnya diselimuti aura dingin.

"Nayara." Rayendra berdiri di hadapannya. Tubuhnya yang tinggi besar langsung menghalangi sinar matahari di atas kepala Nayara.

Aura dingin yang menyelimuti tubuh pria itu membuat Nayara menggigil.

Meski sudah tiga tahun berlalu, berdiri sedekat ini dengannya masih membuat hatinya terasa perih.

Rayendra tiba-tiba mencengkeram pergelangan tangannya yang kurus. Suaranya dingin dan dalam. “Pernikahan ini sudah lama ditetapkan. Bukan hakmu untuk membatalkannya.”
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menyesal   Bab 100

    Dia sama sekali tidak memberi muka pada Arsaka, membuat pria itu merasa sangat dipermalukan.Dulu, Nayara selalu menuruti semua ucapannya.Namun kini, di depan orang lain, dia berani membalas dengan kata-kata tajam. Wajah Arsaka pun menggelap beberapa derajat.Karena ada Sagara, dia enggan membuat keributan dengan Nayara.Akhirnya, dengan gaya sok berwibawa sebagai kakak, dia berkata pada Nayara, "Nayara, Kakak hanya bertanya biasa saja, kenapa kamu harus menjawab dengan nada seperti itu? Makin dewasa justru makin tidak tahu sopan santun."Dia sedang menyalahkan Nayara karena tidak menghargainya.Nayara mendengus pelan dan sinis. "Tuan Muda Arsaka begitu lapang dada rupanya. Tapi apakah Tuan Muda Rayendra tahu bahwa Anda memperalat dia?"Yang dimaksud Nayara adalah soal Arsaka yang diam-diam membunuh para prajurit itu. Insiden yang membuat dia dan Rayendra harus berlutut di depan istana dan menerima teguran keras dari Kaisar.Wajah Arsaka berubah. Sorot matanya dipenuhi amarah. "Nayara

  • Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menyesal   Bab 99

    Yang diteriakkan Sagara bukan Tuan Muda Rayendra, melainkan langsung nama Rayendra. Jelas bahwa dia benar-benar marah.Para pengawal tadi tidak bisa mendekat karena kerumunan, tetapi setelah Sagara turun dari jembatan, mereka segera menyusul ke sana.Mendengar nada marah dalam suara Sagara, para pengawal pun langsung mengepung Rayendra.Rayendra menyapu mereka dengan pandangan datar, lalu mengejek dengan tawa dingin, "Cuma beberapa anak buah rendahan, tak sepadan untuk kupedulikan."Sikap merendahkannya yang terang-terangan itu membuat wajah Sagara berubah. "Hebat atau tidak, kita buktikan saja."Siapa pun yang bisa menjadi pengawal pribadi Sagara tentu bukan orang sembarangan.Meski Rayendra dikenal tangguh, melawan lima orang sekaligus pun dia tetap akan kerepotan.Hari ini, Sagara ingin menunjukkan apa akibatnya bila berani mencari gara-gara dengannya.Melihat bara di antara keduanya hampir meledak, Nayara jadi panik dan bingung harus berbuat apa.Bukan Rayendra yang dia khawatirkan

  • Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menyesal   Bab 98

    Mungkin karena keraguan di mata Nayara terlalu jelas, tatapan Sagara padanya menjadi makin dingin.Namun, kali ini, dia tidak melontarkan sindiran seperti biasanya. Dia hanya memalingkan wajah dengan raut yang sedikit muram, tak lagi menatapnya.Namun, kedua tangannya mengepal erat.Sagara benar-benar marah, matanya menatap tajam ke satu titik tanpa berkata sepatah kata pun.Nayara justru bertanya mengapa dia menyelamatkannya?Apakah dia benar-benar lupa, atau hanya pura-pura tidak ingat?Saat usia sepuluh tahun, Sagara jatuh ke sungai karena kelalaiannya sendiri, dan Nayara yang menariknya keluar.Mata gadis kecil itu bersinar cerah, tatapannya penuh tawa saat memandangnya.Dia berkata, "Bagaimana bisa kamu berjalan lalu jatuh ke air? Kalau bukan aku yang menarikmu, kamu pasti sudah tenggelam."Waktu itu, wajah Nayara selalu dihiasi senyum lembut, matanya memantulkan cahaya seperti langit malam penuh bintang.Dia menatap Sagara yang terlihat masih terpaku ketakutan. Lalu menyelipkan s

  • Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menyesal   Bab 97

    Nayara sama sekali tidak menyangka, hanya karena ingin melihat lampion, dia bisa terdorong jatuh ke sungai.Meski namanya sudah tercemar, dia tidak ingin menambah noda lagi dalam reputasinya yang sudah buruk.Terlebih, di hadapan begitu banyak orang, di tengah sorotan semua mata.Kalau dia sampai jatuh ke sungai, sudah pasti dia akan kembali jadi bahan omongan orang-orang.Dalam kepanikan, dia mengulurkan tangan, berusaha meraih apa pun untuk menghentikan tubuhnya agar tidak terjatuh.Tiba-tiba, tubuhnya yang sedang melayang ke bawah, berhenti.Pergelangan tangannya dicekal erat oleh seseorang. Saat menoleh ke atas, dia melihat Sagara sedang menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. "Pegang tanganku."Nayara tak menyangka, Sagara muncul di saat paling genting dan menyelamatkan nyawanya.Wajahnya pucat pasi, dan mata yang menatap Nayara tampak tegang.Karena terlalu keras mencengkeram, urat di keningnya menonjol dan matanya memerah.Dia berusaha menarik Nayara naik, tapi sudah bebe

  • Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menyesal   Bab 96

    Kirana ketakutan hingga meneteskan air mata, sementara Nyonya Nadindra memeluknya erat, menenangkan dengan suara lembut, memanggilnya anak manis berulang kali.Melihat Nayara masih bersikeras, Nyonya Nadindra pun memasang wajah dingin dan menegurnya, "Itu hanya sebuah lampion, kenapa harus membuat adikmu menangis?"Ketiga kakak laki-laki mereka pun berpihak pada Kirana, dan mencela Nayara karena dianggap tidak tahu sopan santun.Akhirnya, Nayara dihukum menghadap tembok untuk merenung, sementara Kirana yang sedang sakit malah dikelilingi dan dimanja oleh semua orang.Semua perhatian tertuju pada Kirana, tak seorang pun peduli pada Nayara kecil yang hanya bisa memeluk lampion kelinci rusaknya dan menangis semalaman.Peristiwa itu mungkin hanyalah kisah lucu di mata Arsaka, tetapi bagi Nayara, itu adalah kenangan yang menyakitkan.Butuh waktu sangat lama baginya untuk benar-benar melupakan kejadian itu.Tak disangka, luka lama yang telah sembuh itu kini kembali dikoyak oleh Arsaka tanpa

  • Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menyesal   Bab 95

    Andai Nayara tahu kalau sekadar jalan-jalan bisa membawa begitu banyak masalah, dia pasti tidak akan datang.Karena satu kalimat dari Rayendra, dia kembali merasa seperti dibakar di atas api.Tiga pasang mata tertuju padanya.Terutama tatapan Kirana yang penuh kesal dan keluhan, membuat Nayara merasa sangat tidak nyaman.Alih-alih menyalahkan biang keladinya, Kirana malah datang menemuinya.Bahkan sorot mata Arsaka pun menjadi dingin. Padahal sejak tadi dia berusaha keras menenangkan suasana di antara mereka.Namun, hanya dengan satu kalimat Rayendra, hubungan yang sempat mencair itu kembali membeku.Arsaka menarik napas dalam dan tersenyum tipis. "Rayendra, kamu salah ingat. Bukan Nayara yang suka lampion kelinci, tapi Kirana."Kirana mengangguk pelan, seolah memberi dukungan. Dengan suara lembut, dia berkata, "Kak Rayendra, aku yang suka lampion kelinci… Jangan buat Kak Nayara malu, ya."Namun, Rayendra seolah tidak mendengar. Tatapannya tetap keras mengarah pada Nayara. "Nayara, kat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status