Share

Bab 7

Author: Valencia
"Kamu pikir bisa seenaknya mengganti orang? Betul-betul lucu!" Rayendra menggertakkan gigi, menatap Nayara tajam seakan ingin membakar gadis itu menjadi abu.

Pernikahan ini sudah lama ditentukan, atas dasar apa dia ingin menggantinya?

Dan ucapan Nayara tadi, bahwa dia sudah tidak peduli lagi membuat dadanya sesak seolah sulit bernapas.

Nayara berusaha keras melepaskan tangannya. "Tuan Muda Rayendra, tolong jaga sikapmu."

Saat menatap mata Rayendra yang penuh dengan tuntutan, Nayara pun menyadari sesuatu.

Sepertinya dia belum tahu soal pertukaran calon mempelai.

Kalau begitu… siapa yang pertama kali membuka mulut soal ini?

Tatkala menatap sorot mata Nayara yang penuh jarak, tubuh Rayendra menegang.

Dulu bahkan saat dia bersikap dingin, Nayara tetap mendekatinya dengan penuh semangat.

Namun, sekarang…

Atas dasar apa?

Bukankah Nayara sendiri yang pernah berkata ingin bersamanya seumur hidup?

Lalu sekarang, dengan mudahnya dia berkata ingin melepaskan?

Saat itu, terdengar langkah kaki dari ujung lorong.

Nyonya Nadindra dan Kirana datang tergesa-gesa. Tatapan Kirana langsung tertuju pada tangan Nayara yang masih digenggam erat oleh Rayendra. Hidungnya terasa perih, dan matanya memerah.

Dengan tatapan penuh luka, dia memandang Rayendra, seolah ingin berkata sesuatu, tetapi mengurungkan niatnya.

Sorot dingin di tubuh Rayendra sedikit mereda. Nayara pun memanfaatkan kesempatan itu untuk menarik kembali tangannya.

Rayendra memberi hormat kepada Nyonya Nadindra. "Salam hormat, Nyonya Nadindra."

Nyonya Nadindra mengangguk pelan, seakan tak melihat apa pun. Dengan akrab, dia menggandeng lengan Nayara. "Aku ada urusan yang ingin kubicarakan dengan Nayara."

Kemudian dia berbalik pada Kirana. "Bawa Tuan Muda Rayendra ke ruang tamu untuk menikmati teh."

Senyum menyungging di wajah Kirana, suaranya lembut, "Kak Rayendra, beberapa waktu lalu ayah baru saja mendapatkan satu guci teh Loji. Kamu harus mencobanya."

Rayendra menatap dalam-dalam ke arah Nayara, lalu mengangguk pelan. "Baik."

Nayara digandeng oleh Nyonya Nadindra, perlahan menjauh.

Di lorong, Kirana berdiri menghalangi pandangan Rayendra. Wajahnya polos dan berseri.

"Kak Rayendra, kamu datang mencariku, ya?"

Rayendra menggenggam erat salep luka di tangannya.

Awalnya salep itu ingin dia berikan kepada Nayara.

Namun, sikap dingin Nayara barusan membuat perasaannya sesak.

Dia menyodorkan salep itu ke tangan Kirana. "Kudengar kamu terluka, jadi aku datang melihatmu."

Senyum makin lebar menghiasi wajah Kirana. Dia tersenyum manis pada Rayendra. "Terima kasih, Kak Rayendra. Melihatmu saja lukaku sudah jauh membaik."

Kirana tampak ragu sejenak sebelum membuka suara. "Kak Rayendra, jangan salahkan Kak Nayara. Hari ini dia bilang sudah tidak menyukaimu. Mungkin karena dia menanti perjodohan yang diatur nenek. Waktu tiga tahun cukup lama untuk mengubah hati seseorang…"

Wajah Rayendra seketika gelap, suaranya membeku. "Di seluruh Jayagiri, siapa yang mau menerimanya?"

Kirana menunduk tampak patuh. "Tapi… Kakak tetap harus menikah, 'kan?"

Dada Rayendra terasa sesak. Nayara ingin menikah?

Dia tersenyum dingin.

Mana mungkin Nayara benar-benar ingin menikah? Jelas-jelas dia sedang berusaha naik kasta.

...

Di dalam halaman.

Begitu pintu kamar tertutup, wajah Nyonya Nadindra dipenuhi rasa bersalah. "Nayara, Ibu ingin memohon sesuatu darimu."

Nayara menatap dingin. Sorot matanya yang tajam seolah bisa menelanjangi hati seseorang. "Ibu ingin aku sendiri yang mengajukan, dan menyerahkan pernikahan ini kepada Kirana, bukan?"

Tatapan Nayara yang terlalu tajam membuat Nyonya Nadindra tak berani menatap langsung.

Akan tetapi demi putri angkat yang paling dia sayangi, dia tetap berkata, "Nayara, Ibu tahu Ibu bersalah. Tapi bisakah kamu menahan sekali lagi? Masih banyak waktu. Ibu akan menebus semua ini suatu hari nanti."

Nyonya Nadindra menunduk terisak lirih. "Nayara, Kirana berbeda darimu. Sejak dulu namanya bersih. Dia tidak boleh ternoda."

"Aib seperti pergantian pengantin… hanya bisa keluar dari mulutmu sendiri."

Tatapan Nayara makin tajam dan sinis. Kirana disebut terhormat, sedangkan dirinya dipandang buruk.

Dia sudah dianggap kotor. Lebih kotor lagi pun tak masalah.

Ucapan Nyonya Nadindra barusan tentang akan menebus semuanya sangat menggelikan.

"Kalau begitu, Nyonya Nadindra mau menebusnya dengan apa?"

Ekspresi Nyonya Nadindra seketika tertegun, seolah tak mengerti maksud Nayara.

Nayara bangkit, berjalan ke arah pot bunga, memetik sehelai daun, lalu mengulang, "Nyonya Nadindra bilang akan menebusku. Apa yang ingin kamu berikan padaku?"

Wajah Nyonya Nadindra membeku. Dia tak percaya Nayara benar-benar mengatakan itu.

Bukankah pertukaran ini demi Nayara juga?

Tatapan Nayara mendadak berubah tajam. "Bagaimana kalau kamu kembalikan kehormatan Kakek?"

"Kamu… kamu tahu mereka dibuang ke perbatasan karena kasus korupsi, itu hukuman langsung dari Kaisar. Aku… aku tidak bisa…"

"Tidak bisa?" Nayara menatap sinis, suaranya bergetar saat menyebut kakeknya. "Kamu jelas bisa menolong. Tapi kenapa hanya berdiri dan membiarkan mereka dihukum?"

Wajah Nyonya Nadindra diliputi kepanikan. Tangan menekan dadanya, napasnya tersengal. "Waktu itu… aku tak mampu. Hukuman dari istana, mana mungkin bisa dicegah oleh perempuan sepertiku?"

"Padahal, orang yang paling disayang oleh beliau adalah kamu. Bagaimana bisa kamu tega? Bagaimana bisa kamu diam saja?"

Ucapan itu menyayat hati Nayara sendiri.

Saat Nyonya Nadindra menikah ke dalam Kediaman Adipati Agung, kakek dari pihak ibunya menguras hampir seluruh kekayaan demi memberi martabat pada putrinya.

Namun dia sendiri, tak sekalipun menampakkan diri ketika sang kakek dari pihak ibu tertimpa musibah.

Nayara tak percaya Kediaman Adipati Agung yang punya begitu banyak koneksi tidak bisa membersihkan nama keluarganya.

Pengkhianat sesungguhnya… adalah Nyonya Nadindra.

Nyonya Nadindra terisak, air mata jatuh tiada henti, suaranya tersendat. "Jangan lanjutkan, Nayara. Kata-katamu seperti menusuk jantung ibumu sendiri."

"Sudahlah, simpan air mata palsumu. Aku tak percaya kamu tidak mampu berjuang demi beliau. Kamu hanya peduli dengan kedudukan dan kekayaanmu."

Saat luka lama dibuka kembali, Nyonya Nadindra merasa tak tahu harus gimana menjawabnya.

Betapa menyedihkannya.

Dia sendiri sadar, dirinya memang egois.

Namun, dulu… dia tak punya pilihan.

Jika sampai menyeret Kediaman Adipati Agung, maka hukuman dari istana akan menjatuhkan mereka juga.

Saat itu, kediaman ini pun sudah berada di ujung tanduk.

Nayara menatapnya dengan tenang, justru karena sikap itulah, hati Nyonya Nadindra makin remuk.

Akhirnya, dia tak sanggup menatap Nayara lagi.

Dengan wajah malu, dia pergi.

Nayara duduk terpaku. Wulan mendekat, memanggil hati-hati, "Nona."

Dia sadar kembali dan menoleh pelan. "Kamu boleh pergi."

Namun, Wulan tak beranjak. Wajahnya tampak bingung, seperti ingin mengatakan sesuatu tetapi ragu.

"Ada apa?" Nayara bertanya lagi.

Wulan menunjuk ke arah luar. "Tuan Muda Rayendra masih menunggu di luar."

Nayara menoleh ke arah jendela. Benar saja, sosok tinggi besar Rayendra masih berdiri di sana.

Dia belum pergi.

Nayara tahu, dengan sifatnya, hari ini dia takkan berhenti sebelum mendapatkan jawaban.

Malas menyembunyikan apa pun lagi, Nayara pun berseru lantang, "Aku baru tahu soal pertukaran pengantin ini. Kalau mau bertanya, jangan tanyakan padaku. Tanyakan pada ibumu yang baik itu, dan tanyakan juga pada adik perempuanku yang manis."

Tatapan Rayendra bertemu dengan mata dingin itu, hatinya langsung diliputi hawa dingin.

Apa maksud Nayara berkata begitu? Mengadu domba?

Demi mendapatkan perhatian, dia benar-benar bisa melakukan banyak hal kotor?

Sorot mata Rayendra semakin gelap. "Tak perlu memfitnah di depanku. Kirana bukan perempuan seperti yang kamu tuduhkan."
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menyesal   Bab 100

    Dia sama sekali tidak memberi muka pada Arsaka, membuat pria itu merasa sangat dipermalukan.Dulu, Nayara selalu menuruti semua ucapannya.Namun kini, di depan orang lain, dia berani membalas dengan kata-kata tajam. Wajah Arsaka pun menggelap beberapa derajat.Karena ada Sagara, dia enggan membuat keributan dengan Nayara.Akhirnya, dengan gaya sok berwibawa sebagai kakak, dia berkata pada Nayara, "Nayara, Kakak hanya bertanya biasa saja, kenapa kamu harus menjawab dengan nada seperti itu? Makin dewasa justru makin tidak tahu sopan santun."Dia sedang menyalahkan Nayara karena tidak menghargainya.Nayara mendengus pelan dan sinis. "Tuan Muda Arsaka begitu lapang dada rupanya. Tapi apakah Tuan Muda Rayendra tahu bahwa Anda memperalat dia?"Yang dimaksud Nayara adalah soal Arsaka yang diam-diam membunuh para prajurit itu. Insiden yang membuat dia dan Rayendra harus berlutut di depan istana dan menerima teguran keras dari Kaisar.Wajah Arsaka berubah. Sorot matanya dipenuhi amarah. "Nayara

  • Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menyesal   Bab 99

    Yang diteriakkan Sagara bukan Tuan Muda Rayendra, melainkan langsung nama Rayendra. Jelas bahwa dia benar-benar marah.Para pengawal tadi tidak bisa mendekat karena kerumunan, tetapi setelah Sagara turun dari jembatan, mereka segera menyusul ke sana.Mendengar nada marah dalam suara Sagara, para pengawal pun langsung mengepung Rayendra.Rayendra menyapu mereka dengan pandangan datar, lalu mengejek dengan tawa dingin, "Cuma beberapa anak buah rendahan, tak sepadan untuk kupedulikan."Sikap merendahkannya yang terang-terangan itu membuat wajah Sagara berubah. "Hebat atau tidak, kita buktikan saja."Siapa pun yang bisa menjadi pengawal pribadi Sagara tentu bukan orang sembarangan.Meski Rayendra dikenal tangguh, melawan lima orang sekaligus pun dia tetap akan kerepotan.Hari ini, Sagara ingin menunjukkan apa akibatnya bila berani mencari gara-gara dengannya.Melihat bara di antara keduanya hampir meledak, Nayara jadi panik dan bingung harus berbuat apa.Bukan Rayendra yang dia khawatirkan

  • Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menyesal   Bab 98

    Mungkin karena keraguan di mata Nayara terlalu jelas, tatapan Sagara padanya menjadi makin dingin.Namun, kali ini, dia tidak melontarkan sindiran seperti biasanya. Dia hanya memalingkan wajah dengan raut yang sedikit muram, tak lagi menatapnya.Namun, kedua tangannya mengepal erat.Sagara benar-benar marah, matanya menatap tajam ke satu titik tanpa berkata sepatah kata pun.Nayara justru bertanya mengapa dia menyelamatkannya?Apakah dia benar-benar lupa, atau hanya pura-pura tidak ingat?Saat usia sepuluh tahun, Sagara jatuh ke sungai karena kelalaiannya sendiri, dan Nayara yang menariknya keluar.Mata gadis kecil itu bersinar cerah, tatapannya penuh tawa saat memandangnya.Dia berkata, "Bagaimana bisa kamu berjalan lalu jatuh ke air? Kalau bukan aku yang menarikmu, kamu pasti sudah tenggelam."Waktu itu, wajah Nayara selalu dihiasi senyum lembut, matanya memantulkan cahaya seperti langit malam penuh bintang.Dia menatap Sagara yang terlihat masih terpaku ketakutan. Lalu menyelipkan s

  • Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menyesal   Bab 97

    Nayara sama sekali tidak menyangka, hanya karena ingin melihat lampion, dia bisa terdorong jatuh ke sungai.Meski namanya sudah tercemar, dia tidak ingin menambah noda lagi dalam reputasinya yang sudah buruk.Terlebih, di hadapan begitu banyak orang, di tengah sorotan semua mata.Kalau dia sampai jatuh ke sungai, sudah pasti dia akan kembali jadi bahan omongan orang-orang.Dalam kepanikan, dia mengulurkan tangan, berusaha meraih apa pun untuk menghentikan tubuhnya agar tidak terjatuh.Tiba-tiba, tubuhnya yang sedang melayang ke bawah, berhenti.Pergelangan tangannya dicekal erat oleh seseorang. Saat menoleh ke atas, dia melihat Sagara sedang menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. "Pegang tanganku."Nayara tak menyangka, Sagara muncul di saat paling genting dan menyelamatkan nyawanya.Wajahnya pucat pasi, dan mata yang menatap Nayara tampak tegang.Karena terlalu keras mencengkeram, urat di keningnya menonjol dan matanya memerah.Dia berusaha menarik Nayara naik, tapi sudah bebe

  • Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menyesal   Bab 96

    Kirana ketakutan hingga meneteskan air mata, sementara Nyonya Nadindra memeluknya erat, menenangkan dengan suara lembut, memanggilnya anak manis berulang kali.Melihat Nayara masih bersikeras, Nyonya Nadindra pun memasang wajah dingin dan menegurnya, "Itu hanya sebuah lampion, kenapa harus membuat adikmu menangis?"Ketiga kakak laki-laki mereka pun berpihak pada Kirana, dan mencela Nayara karena dianggap tidak tahu sopan santun.Akhirnya, Nayara dihukum menghadap tembok untuk merenung, sementara Kirana yang sedang sakit malah dikelilingi dan dimanja oleh semua orang.Semua perhatian tertuju pada Kirana, tak seorang pun peduli pada Nayara kecil yang hanya bisa memeluk lampion kelinci rusaknya dan menangis semalaman.Peristiwa itu mungkin hanyalah kisah lucu di mata Arsaka, tetapi bagi Nayara, itu adalah kenangan yang menyakitkan.Butuh waktu sangat lama baginya untuk benar-benar melupakan kejadian itu.Tak disangka, luka lama yang telah sembuh itu kini kembali dikoyak oleh Arsaka tanpa

  • Setelah Tiga Tahun Jadi Budak, Seluruh Keluarga Menyesal   Bab 95

    Andai Nayara tahu kalau sekadar jalan-jalan bisa membawa begitu banyak masalah, dia pasti tidak akan datang.Karena satu kalimat dari Rayendra, dia kembali merasa seperti dibakar di atas api.Tiga pasang mata tertuju padanya.Terutama tatapan Kirana yang penuh kesal dan keluhan, membuat Nayara merasa sangat tidak nyaman.Alih-alih menyalahkan biang keladinya, Kirana malah datang menemuinya.Bahkan sorot mata Arsaka pun menjadi dingin. Padahal sejak tadi dia berusaha keras menenangkan suasana di antara mereka.Namun, hanya dengan satu kalimat Rayendra, hubungan yang sempat mencair itu kembali membeku.Arsaka menarik napas dalam dan tersenyum tipis. "Rayendra, kamu salah ingat. Bukan Nayara yang suka lampion kelinci, tapi Kirana."Kirana mengangguk pelan, seolah memberi dukungan. Dengan suara lembut, dia berkata, "Kak Rayendra, aku yang suka lampion kelinci… Jangan buat Kak Nayara malu, ya."Namun, Rayendra seolah tidak mendengar. Tatapannya tetap keras mengarah pada Nayara. "Nayara, kat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status