Home / Romansa / Shadow on me / bab 10. luka yang dibungkam

Share

bab 10. luka yang dibungkam

Author: Dwie_ina
last update Last Updated: 2025-05-28 20:06:04

Hujan kembali turun, lebih deras dari semalam. Seakan langit ingin mencuci bersih sesuatu yang busuk di dunia ini—meski tahu itu sia-sia.

Aira duduk di dalam mobil hitam yang dipinjamkan Dante untuknya, jemarinya mencengkeram tas kecil yang sejak pagi tadi tak pernah dilepas. Sudah dua jam sejak pertemuan itu. Sejak pria bernama Nox muncul dan merobek realita tenangnya yang semu.

"Aku datang bukan untukmu..."

Kata-kata itu masih menggema. Seperti bayangan, mengendap di balik tengkuk. Membuat kulitnya dingin meski AC mobil sudah mati sejak tadi.

Ponselnya berdering. Ia menoleh pelan. Nama di layar: Dante.

Tangan Aira gemetar saat menyentuh layar.

“Halo,” suaranya pelan.

“Kau di mana?” suara Dante terdengar datar. Tapi bukan datar karena tenang—melainkan terlalu banyak emosi yang dikunci rapat.

“Aku keluar sebentar,” jawab Aira hati-hati. “Aku… butuh udara.”

Keheningan.

Kemudian Dante berkata, “D
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Shadow on me   bab 14. dua orang yang terluka

    Langit sore itu tampak seperti luka lebam yang belum sembuh. Abu-abu kehijauan, murung dan menekan. Di bawahnya, gedung-gedung tinggi kota berdiri seperti penjaga bisu, menyaksikan dunia yang terus bergerak meski beberapa hati memilih berhenti. Aira berdiri di jendela apartemennya, membiarkan dingin menembus kulitnya. Pandangannya kosong menembus kaca, tapi pikirannya terlalu gaduh untuk disebut tenang. Setelah kunjungan pria bernama Nox, sesuatu di dalam dirinya runtuh. Bukan hanya ketakutan tentang siapa yang sedang mengintainya, tapi juga kesadaran bahwa masa lalu Dante bukan cerita yang sudah lewat, melainkan bom waktu yang sedang menghitung mundur. Ia tidak bilang pada Dante bahwa Nox datang pagi itu. Tidak juga soal ancaman samar yang disampaikan pria itu. Ada sesuatu dalam cara pria itu menyebut namanya—bukan Aira, bukan Althea, tapi "nona"—yang membuatnya merasa seperti pion, bukan manusia.

  • Shadow on me   bab 13. operasi umbra

    Langit kota menggantung berat malam itu. Tidak ada bintang. Tidak ada bulan. Seolah alam pun tahu bahwa sesuatu sedang bergerak di bawah permukaannya—senyap, tapi mematikan.Aira berdiri di depan cermin kamar mandi, menatap refleksi dirinya.Tatapan gadis itu kosong, namun matanya penuh ledakan rahasia yang belum sempat diledakkan. Ia memutar kepalanya perlahan ke samping, memperhatikan bekas luka samar di bawah telinganya—salah satu dari sekian banyak tanda yang tidak pernah ia pahami sebelumnya. Luka-luka itu kini bukan lagi luka. Mereka adalah bukti.Bahwa dirinya adalah kebenaran yang dimanipulasi.Bahwa darahnya mengandung jejak eksperimen yang dibenci sekaligus diburu.Bahwa mungkin... hidupnya tidak pernah benar-benar menjadi miliknya.Dante masuk pelan, membawa berkas yang baru saja dikirim Camille melalui sistem terenkripsi."Data awal dari Lyra Project," katanya sambil meletakkan folder itu di meja.

  • Shadow on me   bab 12. titik lemah

    Pagi itu sunyi. Tapi bukan karena damai.Aira berdiri di balkon kamar apartemen penthouse milik Dante, mengenakan jubah tipis satin warna kelabu. Secangkir kopi dingin tak tersentuh di tangannya, dan matanya menatap jauh ke arah cakrawala kota yang sedang perlahan terbangun. Tapi pikirannya jauh dari tempat itu.Ia masih memikirkan nama itu.Nox.Seseorang yang datang diam-diam, menyebut nama samaran Dante, dan mengancam menyentuh keluarga Aira—sesuatu yang tidak pernah masuk dalam perhitungan Aira sebelumnya. Ia selalu berpikir bahwa masa lalunya tidak terhubung dengan dunia Dante.Ternyata, ia salah.Pintu balkon bergeser perlahan.Dante keluar, rambutnya masih sedikit basah setelah mandi, dengan kaus hitam polos dan celana training. Sekilas, ia tampak seperti pria biasa. Tapi sorot matanya… tidak pernah biasa."Dia sudah pergi?" tanya Aira pelan, tanpa menoleh.Dante menatap punggung Aira, lalu menja

  • Shadow on me   bab 11. sang penghapus

    Pagi itu terlalu sunyi. Terlalu bersih. Seperti malam yang baru saja menyembunyikan sesuatu berdarah dan dunia pura-pura tidak tahu.Aira berdiri mematung di balik jendela kamar, menatap ke luar pagar beton yang membentengi tempat persembunyian mereka. Di balik rimbun pohon pinus dan kabut tipis, ia melihat sosok itu lagi—berdiri diam, tak bergerak, seolah memang ingin dilihat.Cincin perak berkilat di jari tengah. Luka panjang di leher seperti torehan gelap yang belum sembuh.Ia menghilang dalam satu kedipan.Aira mundur perlahan. Nafasnya sesak. Tulisan di buku catatan Dante kembali terngiang di kepalanya."Jangan percaya siapa pun kecuali pria dengan luka di leher dan cincin perak di jari tengah."Namun apa artinya kalau pria itu tidak pernah diperkenalkan? Dan kenapa harus sembunyi-sembunyi? Sesuatu dalam dirinya menolak untuk percaya begitu saja.Ia menarik napas, mencoba meredam kecemasan yang mulai menyesakkan dad

  • Shadow on me   bab 10. luka yang dibungkam

    Hujan kembali turun, lebih deras dari semalam. Seakan langit ingin mencuci bersih sesuatu yang busuk di dunia ini—meski tahu itu sia-sia.Aira duduk di dalam mobil hitam yang dipinjamkan Dante untuknya, jemarinya mencengkeram tas kecil yang sejak pagi tadi tak pernah dilepas. Sudah dua jam sejak pertemuan itu. Sejak pria bernama Nox muncul dan merobek realita tenangnya yang semu."Aku datang bukan untukmu..."Kata-kata itu masih menggema. Seperti bayangan, mengendap di balik tengkuk. Membuat kulitnya dingin meski AC mobil sudah mati sejak tadi.Ponselnya berdering. Ia menoleh pelan. Nama di layar: Dante.Tangan Aira gemetar saat menyentuh layar.“Halo,” suaranya pelan.“Kau di mana?” suara Dante terdengar datar. Tapi bukan datar karena tenang—melainkan terlalu banyak emosi yang dikunci rapat.“Aku keluar sebentar,” jawab Aira hati-hati. “Aku… butuh udara.”Keheningan.Kemudian Dante berkata, “D

  • Shadow on me   bab 9. janji yang tertinggal di luka

    Dante merasakan ada yang tidak seimbang saat ia membuka mata.Udara pagi seharusnya membawa ketenangan, tapi ini seperti jebakan yang terlalu rapi. Hening yang disulam terlalu sempurna. Sunyi yang menunggu untuk memekik.Ia meraih celana panjangnya, mengenakannya sambil berjalan keluar kamar. Langkahnya cepat, naluri lamanya seperti sedang digelitik dari tidur panjang. Belum sampai ke tangga, ia mendengar suara rendah yang tidak asing di telinganya.“Nox,” gumamnya, nyaris tanpa suara.Ia mempercepat langkah, menuruni anak tangga dan menemukan Aira berdiri di ambang dapur, tubuhnya kaku seperti patung, sedang seorang pria asing duduk santai di kursi makan sambil memutar cangkir kopi yang belum disentuh.Pria itu menoleh, dan bibirnya membentuk senyum yang tidak sampai ke mata.“Dante,” ucapnya, seolah menyapa sahabat lama.“Keluar,” kata Dante, dingin.“Tentu. Tapi bukan sebelum kau mendengarkanku.”“Ti

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status