Share

Bab 3

Penulis: Anotherika
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-15 14:27:29

Pernikahan dilangsungkan siang itu juga. Dengan saksi yang sudah dipersiapkan oleh Arzan, semua berjalan lancar. Tentu tidak sulit baginya untuk mendapatkan beberapa saksi mengingat relasinya yang luas.

Tidak ada orang yang tahu kecuali beberapa temannya yang dia minta mencari saksi. Tidak ada yang lainnya. Arzan minta bantuan temannya untuk mencarikan dirinya lima orang saksi untuk pernikahannya. Bahkan Arzan sampai membayar mereka untuk tutup mulut.

Pada awalnya teman Arzan merasa heran dengan apa yang dilakukan Arzan, mengingat bagaimana perilaku Arzan selama ini. Namun Arzan memilih bungkam, tidak mau membahasnya. Dirinya cuma minta untuk tidak memberi tahu atau membahas tentang pernikahan ini kepada siapapun. Terlebih orang tuanya.

Tidak ada gaun pengantin yang melekat pada tubuh Sheyza. Padahal hari ini merupakan hari yang sudah dia impikan sejak lama. Pernikahan sekali seumur hidup. Tapi apa yang bisa dirinya lakukan sekarang? Sheyza bahkan hanya mengenakan setelan gamis dengan jilbab yang tadi dibelikan oleh pria itu.

Lucu memang. Jika orang-orang menikah sudah mengenal satu sama lain. Entah sifatnya, perilakunya, atau apa yang disenangi dan tidak disenangi oleh calon suaminya. Sedangkan dirinya, bahkan nama saja dia tidak tahu.

Untuk sekarang, Sheyza hanya mengikuti alurnya saja. Karena sejak semalam, dirinya sudah hancur tak terbentuk. Tidak ada yang bisa dia harapkan lagi.

Disisi lain, Arzan terlihat gugup. Ini bukan pertama kali buatnya, tapi entah mengapa rasa gugup itu tetap ada.

Setelah Sheyza menuliskan namanya pada kertas yang disediakan penghulu, Arzan langsung menghafal nama calon istrinya itu.

Hingga beberapa saat....

"Saya terima nikah dan kawinnya Babby Zivilia Sheyra binti Fahrurrozi dengan mas kawin lima puluh juta rupiah dibayar tunai."

"Bagaimana para saksi? Sah?"

"Sah."

"Alhamdulillah,"

Para saksi mengadahkan tangan untuk mendoakan pengantin baru. Namun yang didoakan malah menitihkan air mata. Dirinya marah dengan apa yang sudah terjadi.

***

"Ini uang mahar sesuai dengan yang saya katakan tadi." Arzan menyerahkan amplop berisikan uang mahar milik Sheyza.

Sheyza mengambilnya kasar tanpa menatap mata sang suami barunya. Sedangkan Arzan sendiri sudah menebak jika gadis yang sekarang menjadi istrinya itu akan bersikap demikian. Tapi Arzan tidak akan marah. Dia akan sabar menghadapi gadis itu. Mau bagaimanapun disini dirinya yang salah. Walaupun karena dijebak, seharusnya dia bisa menahannya.

"Sore ini saya akan kembali ke jakarta. Kamu ikut saya, nanti kamu bisa tinggal di apartemen milik saya disana."

Sheyza menggeleng. "Saya disini saja. Saya punya rumah."

"Tapi saya tidak mengijinkan kamu tinggal disini sendirian. Apalagi tadi kamu bilang kalau kamu sebatang kara kan? Jadi kamu harus ikut saya ke Jakarta dan tinggal di apartemen saya."

Sheyza terkekeh sinis mendengarnya. "Lantas apa bedanya disana dengan disini? Saya tetap akan hidup sebatang kara kan?!"

Arzan menghela nafas panjang. "Kamu tidak sendiri Shey, saya suami kamu. Jadi saya sudah menjadi bagian hidup kamu." Bantah Arzan. Dirinya tak suka mendengar perkataan istri mudanya itu.

"Saya tidak mau ke Jakarta. Saya tetap mau disini!"

"Sheyza, saya mohon. Saya tidak mungkin bolak balik jakarta bandung. Perkejaan saya juga lumayan banyak di jakarta sana. Jadi saya mohon, kamu nurut ya?" Ingatlah ini baru pertama kalinya seorang Arzan memohon pada seorang wanita. Mengingat bagaimana dinginnya seorang Gus Arzan dan bagaimana para wanita tergila-gila padanya.

"Bukan urusan saya! Mau anda sesibuk apapun dengan pekerjaan, itu bukan urusan saya. Lagian saya juga tidak meminta anda untuk datang kesini."

Arzan bingung sendiri menghadapi gadis yang sekarang sudah menjadi istrinya itu. Melihat seberapa kekeh keinginan Sheyza, dirinya yakin jika gadis itu tidak akan mudah dibujuk. Namun tidak mungkin juga dia meninggalkan Sheyza sendiri dibandung.

"Eh Lo Sheyza. Kebetulan banget ketemu disini," seru seseorang dari belakang pasangan suami istri itu. Sekarang mereka sedang berada di taman yang tak jauh dari KUA tadi. Setelah resmi menikah, Sheyza langsung pergi begitu saja dari sana. Karena takut Sheyza akan pergi, jadi Arzan mengikuti langkah istrinya dan berakhirlah mereka ditaman.

Mendengar namanya dipanggil, Sheyza sontak menoleh ke belakang. Mata cantiknya terbelalak saat tahu orang yang dikenalnya sudah berkacak pinggang.

"Wow rupanya Lo punya sumber duit nih. Sini bagi ke gue!" Ucap pria bertubuh sangar namun tampan itu menelisik penampilan Gus Arzan dari atas sampai bawah. Dirinya yakin jika orang itu orang berduit.

Sheyza menggeleng takut. Dirinya beringsut ke belakang tubuh Arzan. Sungguh dia takut sekali dengan orang itu.

"Sheyza! Bagi duit sama gue!! Atau Lo mau gue apa-apain Lo?!" Geram pria itu.

Tubuh Sheyza bergetar takut. Baru dua hari kemarin pria di hadapannya itu datang padanya dan meminta uang. Bahkan dengan tega pria itu menarik rambut Sheyza dengan keras karena Sheyza tidak mau memberinya uang. Pria itu sebenarnya adalah anak angkat dari ayahnya. Setelah kedua orang tuanya meninggal, Sheyza memilih hidup sendiri daripada hidup dengan kakak angkatnya itu. Dulu sebelum punya anak Sheyza, orang tuanya sempat mengadopsi seorang anak.

"Jangan ganggu Sheyza!" Ucap Arzan dingin.

Pria sangar itu terkekeh. "Rupanya Lo punya pahlawan kesiangan sekarang." Ucapnya sambil melirik Sheyza. "Kalo Lo suka sama Sheyza harus bagi duit sama gue. Gue abangnya." Lanjutnya pada Arzan.

"Gak ada uang apapun. Pergi sekarang dan jangan pernah ganggu Sheyza lagi!"

Pria sangar itu menggeram marah. "Lo ngatur gue hah?!!" Dan tanpa aba-aba pria itu langsung melayangkan pukulannya pada wajah Arzan. Saking kuatnya pukulan itu, Arzan sampai jatuh tersungkur ke tanah.

Sheyza menjerit kencang melihatnya, "Bang jang- arrggghhh" Jilbab yang dikenakan oleh Sheyza ditarik kencang hingga terlepas. Tidak hanya itu, rambut milik Sheyza pun juga ikut dijambak kuat.

Sheyza memekik keras karena merasakan kesakitan.

"Mana duit Lo hah?! Kasih gue sekarang!!" Marah pria sangar itu. Dan tak sengaja matanya melihat amplop coklat yang digenggam Sheyza. Tanpa banyak basa-basi, pria itu langsung merebut paksa amplop milik Sheyza.

"Jangan! I-tu...."

"Bacot Lo!" Pria itu menarik rambut Sheyza semakin kuat dan langsung membuat Sheyza semakin menjerit keras.

Bugh bugh bugh

Pukulan demi pukulan Arzan berikan pada pria yang sudah bertindak kurang ajar terhadap istrinya sampai pria itu tersungkur dan melepaskan tarikan tangannya pada rambut Sheyza. Arzan langsung membawa Sheyza pergi dari sana.

Sheyza hanya menurut saat tangannya ditarik oleh sang suami. Dia takut kalau pria yang dia panggil Abang itu mengikutinya.

Setelah dirasa cukup jauh mereka berhenti. "Kamu terluka?" Tanya Arzan menatap wajah cantik tetapi pucat itu.

Sheyza menggeleng.

"Sekarang juga kita ke Jakarta. Saya tidak mau hal seperti ini terjadi kembali."

Bimbang. Sheyza sungguh bimbang. Tapi jika tidak ikut suaminya, dirinya akan terus-terusan disiksa oleh pria tadi. Persetan dengan apa yang akan terjadi di jakarta nanti. Dirinya sudah kepalang hancur, dia sudah tidak mengharapkan apapun sekarang ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sheyza istri rahasia    Bab 109

    Sindi menatap Ayra lekat. "Ini udah tengah malam. Kita istirahat dulu. Kasihan juga Wirda pasti capek banget," ucap Sindi."Aaa mami... Ayra mau masuk pondok pesantren mi. Please..." Mata Ayra sudah ketap-ketip memohon pada sang mami.Sindi menghela nafasnya kasar. Kepalanya masih terasa pening akibat kejadian tadi. Ini anaknya baru pulang dari Jakarta, tiba-tiba malah minta masuk ke pondok pesantren. Kan tambah membuat kepala Sindi makin pusing."Kita bicarakan besok ya sayang. Kamu juga harus bicara sama papi dulu, nggak sama mami doang.""Tapi Ayra pengen banget. Ayra mau segera masuk ke pondok pesantren yang ada di Jakarta," mohon Ayra lagi."Sayang-"Mi, sekali ini aja. Ayra mau masuk pondok pesantren mi," Pinta Ayra."Ya ampun Ayra!! Lo itu, Tante Sindi baru aja pulang dari Jakarta. Ditambah Tante Sindi juga baru keluar dari rumah sakit. Lo nggak kasihan sama mami lo?" Wirda menatap malas Ayra."Oh iya, Mami sakit apa? Kenapa bisa sampe masuk rumah sakit??" Tanya Ayra tanpa meng

  • Sheyza istri rahasia    Bab 108

    "Cantik ya cewek tadi?" Abyas sengaja bertanya pada Abyan yang sedang fokus menyetir.Abyan tak menjawab, karena kalau di tanya cantik apa tidaknya gadis itu memang cantik. Tapi dia tak ingin mengatakannya yang akan menimbulkan persepsi lain bagi yang mendengarnya.Abyas terkekeh kecil, berasa ngomong sama tembok karena yang di ajak berbicara hanya diam saja."Astaghfirullah! Kenapa gue punya saudara kembar kayak lo sih?! Gue berasa ngomong sama tembok tau gak," kata Abyas mengeluh.Abyan mendengus. Tak memperdulikan perkataan Abyas, dirinya langsung membelokkan mobilnya menuju ke gerbang pondok pesantren."Byan," panggil Abyas. Langsung membuat tangan Abyan yang hendak membuka pintu mobil jadi berhenti. Abyan mengangkat alisnya, menatap kembarannya.Abyas meringis, mengusap tengkuknya. Bibirnya mengembung seperti berpikir. Sampai detik kemudian Abyan yang tidak sabaran langsung berniat ingin meninggalkan Abyas.Membuat Abyas langsung menahannya. "Ehhh tunggu," teriak Abyas.Abyan me

  • Sheyza istri rahasia    Bab 107

    Abyan memfokuskan pandangan pada jalan yang mulus di depan, tangan kanannya tergenggam erat pada setir mobil.Sementara itu, Abyas terus berbincang riang dengan Ayra di kursi belakang. Suara tawa mereka sesekali mengisi keheningan di dalam mobil.Ayra mencoba memecahkan kebekuan. Dia bertanya tentang musik yang diputar atau pemandangan yang dilewati, namun Abyan hanya memberikan jawaban singkat tanpa memalingkan wajahnya.Raut wajah Abyan yang kaku dan tatapan matanya yang fokus tidak berubah, seolah-olah dia berada di dunia sendiri.Ayra yang mulai merasa tidak nyaman dengan keheningan itu, mencebikkan bibirnya dalam kekesalan dan kembali menoleh ke jendela, menatap keluar dengan rasa frustrasi yang tercampur penasaran tentang pria misterius yang duduk di kursi pengemudi itu.Abyan, meski merasakan kehadiran Ayra dan Abyas, dia lebih memilih untuk tenggelam dalam pikirannya sendiri, membiarkan shalawat mengalun lembut sebagai satu-satunya suara yang memenuhi ruang antara dia dan penu

  • Sheyza istri rahasia    Bab 106

    Ayra terus berjalan mengikuti Abyan. Dirinya semakin tak suka saat melihat Abyan kadang tersenyum tipis bersama dengan perempuan itu."Nyebelin banget sih, pake senyum segala lagi. Kalau lihat gue aja tadi datar banget tuh muka, giliran lihat perempuan kayak begitu, hish!! nyebelin banget sih!" Gumam Ayra terus ngedumel. Kesal? Pastilah. Kenapa Abyan tidak seperti Abyas yang ramah sekali. Tapi Ayra malah tertarik pada sosok Abyan."Ini sudah semuanya, Gus. Yang kena razia sekitar dua puluh santri, dengan kasus yang berbeda-beda. Saya sudah mencatatnya tadi Gus," kata Nayla dengan lembut, memberikan sebuah buku catatan.Abyan mengambilnya, "Terimakasih kamu sudah membantu saya hari ini," Nayla tersenyum malu-malu. Entah kenapa jantungnya berdebar sangat kencang berdekatan dengan Abyan. Siapa yang tidak tertarik dengan calon pemimpin pondok pesantren itu, bahkan semua santri putri di sini sangat mengagumi seorang Abyan. Pria tampan dengan segala kesempurnaannya.Jarang ada yang beruntu

  • Sheyza istri rahasia    Bab 105

    "Apa?!! Kamu lihat Ayra pergi, tapi kamu nggak cegah dia?" Wirda memekik saat baru saja mendengar jawaban dari Raja, pacarnya itu saat dia tanya dimana keberadaan Ayra dari telpon."Ya-ya sorry babe. Aku mau ngejar, tapi Ayra larinya kenceng banget tau. Ketinggalan dong akunya," bela Raja untuk dirinya sendiri.Wirda mengusap wajahnya kasar. Kalau sudah seperti ini dirinya jadi bingung kan? Ayra itu nggak pernah pergi jauh sebelumnya, kedua orangtuanya sangat overprotektif pada gadis itu."Hish, kamu mah. Tau sendiri kayak mana orang tua Ayra. Itu Ayra juga nggak pernah pergi jauh-jauh. Kalau udah kayak begini kayak mana coba? Dia pastinya tersesat, kalau dia nggak tersesat dia udah pulang dari semalam ke Jogja," bingung Wirda khawatir."Aku mana tau babe. Dia juga kan bawa uang pastinya, nggak mungkin dia nyasar dan nggak balik.""Buktinya dia di hubungi nggak bisa, nomornya sama sekali nggak aktif. Ya ampun Raja, kenapa kamu oon banget. Mestinya kan kamu susul Ayra. Ayra itu nggak p

  • Sheyza istri rahasia    Bab 104

    [Spill dikit yaaa.... dicerita ini lebih fokus ke si kembar, tapi nanti akan ada scene Nabila]16 tahun kemudianLangit yang mendung menutupi pemandangan bintang, memberikan gelap yang pekat di atas kota.Jalanan terlihat basah, dengan genangan air yang mencerminkan cahaya lampu jalanan yang redup.Setiap tetes hujan yang jatuh menambah ritme yang monoton, terdengar seperti irama alam yang berulang. Pepohonan di sisi jalan bergoyang tertiup angin, daun-daunnya yang basah berkilauan tatkala disinari cahaya lampu.Sementara itu, para pengendara yang berani melintas tampak berhati-hati, cahaya lampu kendaraan mereka membelah hujan yang terus turun tanpa henti, memperjuangkan visibilitas di malam yang gelap dan basah.Malam itu, suasana tampak seram dengan hembusan angin yang sangat kencang.Seorang gadis cantik menangis di sebuah halte bus yang sudah sepi.Dia Ayra Queenby. Gadis berambut panjang dengan mata bulat yang indah itu menelungkupkan kepalanya sambil terus terisak. Tak peduli s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status