Share

Siapa yang Peduli?
Siapa yang Peduli?
Penulis: Irisha

Ini siapa?!

"Kau tidak bisa seperti itu, Diana!"

kira-kira itu tujuh jam yang lalu ketika Diana masih di kantor dan seperti biasa berdebat dengan manajernya. Si lelaki tua itu tidak pernah berhenti untuk mencari-cari kesalahan Diana yang sebenarnya tidak ada.

Seperti kali ini. Diana dan klien sudah sepakat kalau mereka tidak akan mengganggu satu sama lain selama akhir pekan. Selain untuk menghargai satu sama lain, siapa juga yang mau bekerja pada hari libur?

Tapi sepertinya manajer tua merasa kalau itu bukan etika yang baik karena mereka seharusnya bisa melayani klien dua puluh empat jam per tujuh hari. Gila!

Diana menolak keras dan meminta satu timnya untuk mematikan ponsel selama akhir pekan dan tidak menjawab panggilan kerja apapun.

Karena hal itu sang manajer marah dan memberikan begitu banyak petuah kepada Diana sebelum dia pulang kerja tadi.

Pertengkaran kali ini lebih besar dari biasanya dan rekan Diana cukup khawatir dengan nasib Diana di kantor tapi yang jadi pusat kekhawatiran malah asik membaca novel yang dia beli secara impulsif untuk meredam amarahnya.

Buku fiksi adalah pelarian Diana agar tidak menjadi psikopat gila yang akan membunuh manajernya sendiri. Terkadang Diana sendiri takut dengan apa yang dia bayangkan untuk menghabisi manajernya yang kelewat menyebalkan.

"Kuharap dia dikerumuni oleh semut merah!" umpat Diana sambil menutup novelnya, karena itu halaman terakhir.

Padahal sudah lama berlalu dan Diana mencoba menghilangkan amarahnya dengan membaca novel teenlit yang membahas kisah manis saat masih SMA. Rasa kesal itu tetap bercokol di hati Diana.

"Mungkin aku perlu mengeluhkan hal ini kepada HRD." Demi kemyamanan hatinya dan juga tekanan darahnya. Diana masih muda, dia tidak ingin punya darah tinggi hanya karena kesal.

Novel yang ada di pangkuan itu Diana taruh ke atas meja kerja yang berada tepat di samping kasur.

Matanya mulai terasa kering yang berarti Diana mengantuk. Dia berjalan ke kamar mandi lalu menggosok gigi. Kontrakannya itu kecil tapi untungnya dia mendapat semua keperluannya disini. Diana masih mendapat dapur dengan harga yang sesuai dengan kantungnya.

Diana mengelap wajahnya dengan handuk yang tergantung di sebelah pintu kamar mandi. Dia mematikan lampu kamar mandi juga semua lampu di kontrakannya sebelum menyalakan lampu tidur.

Kamar yang tadinya terang itu berubah menjadi redup dengan cahaya kuning oranye hangat yang mengundang rasa kantuk. Diana menarik selimutnya dan memejamkan mata.

***

KRING. KRING.

Rasanya baru saja Diana jatuh ke alam tidur tapi bunyi alarm dari ponselnya sudah berdering kencang memekakan telinga.

Diana menarik selimut semakin tinggi untuk menutupi telinga agar suara nyaring itu teredam walau sedikit. Tapi ada kejanggalan yang Diana rasakan.

Selimut ini terasa beribu kali lebih halus dibandingkan miliknya yang tipis juga terasa menempel pada kulit ketika berkeringat.

Yang ini, terasa hangat dan membuat nyaman berlamaan di bawahnya. Hangat yang terasa juga tidak semakin naik yang membuat kegerahan. Diana serasa bisa bernapas di bawah selimut ini.

Mata yang enggan dibuka itu akhirnya menampakan diri demi melihat selimut yang Diana gunakan hanya untuk terkejut akan hal lain.

Karena begitu selimut disingkap yang Diana lihat adalah langit-langit kamar berwarna putih dengan hiasan pada pinggirnya berwarna emas. Belum lagi lampu yang menerangi tengah ruangan merupakan lampu gantung mewah yang biasa Diana lihat di hotel.

Kebingungan dengan apa yang Diana lihat, dia segera bangun dari kasur. Yang pertama menyapanya adalah sebuah tembok berwarna putih kotor dengan aksen emas pada bagian atas dan bawahnya.

Di sepanjang tembok ada lukisan-lukisan yang Diana yakini mahal harganya. Tepat di tengah-tengah tembok ada bagain yang terbuka, jadi seperti lorong sebelum di ujungnya ada sebuah pintu berwarna putih dengan gagang lagi-lagi berwarna emas.

Apa orang yang punya rumah ini sangat menyukai emas?

Menyadari kalau apa yang dia pikirkan tidak penting dan ponselnya masih saja berdering melantunkan alarm yang menyebalkan, Diana segera menyambar ponsel yang ada di atas nakas di samping kasur.

Tapi yang ada Diana malah panik karena ternyata ponsel itu keluaran merk A yang sama sekali belum pernah Diana pakai.

Butuh waktu beberapa saat hingga akhirnya Diana bisa mematikan alarm dan mengunci layar ponsel.

Kembali, Diana terkejut dengan pantulan wajahnya dari layar ponsel. Seorang wanita yang Diana duga pasti masih di awal umur dua puluh atau pertengahan dua puluh.

Wajahnya kecil yang jika Diana raup dengan tangannya semua wajah itu akan masuk. Matanya berwarna coklat jernih seperti madu dengan rambut hitam tergerai panjang agak bergelombang.

Bibirnya merah muda yang sedikit basah. Pipi tirus itu juga merona merah alami yang terlihat sangat samar tapi membuat wajahnya terlihat segar.

Bingung kenapa pantulannya adalah wajah seperti aktris yang sering bermunculan di layar tv, Diana menampar wajahnya dan.....sakit! Dia meringis dan merutuki kegilaannta untuk menampar wajah yang sepertinya milik Diana sendiri.

Tapi sungguh.....INI SIAPA DAN DIMANA DIA?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status