Home / Romansa / Siksaan Dari Tunangan Kakakku / Bagian 6 Permainan dimulai.

Share

Bagian 6 Permainan dimulai.

Author: Zizizaq
last update Last Updated: 2023-07-22 23:16:38

Akhirnya tiba waktu yang telah ditentukan, Nadin mulai mengepak barangnya untuk pindah ke kost di ibu kota, ia tidak mungkin melakukan perjalanan dari rumah ke kantor setiap hari karena jaraknya cukup jauh, jadi ia menyewa kost yang dekat dengan perusahaan Bramasta.

Ia begitu bersemangat masuk kerja di hari pertamanya. Begitu tiba di pelataran kantor ia berhenti untuk mengamati sekitar, ia takjub melihat bangunan bersusun yang menjulang tinggi di hadapannya, jika melihatnya dari bawah, bangunan itu seperti menyentuh langit, mengingat dirinya akan bekerja di dalam bangunan itu membuatnya merasa gugup.

Ia mengambil nafas panjang lalu membuangnya perlahan, setelah itu ia melangkah dengan bangga memasuki pintu utama, beberapa satpam berdiri di sekitar pintu utama tersebut, pakaian mereka tampak elegan, tidak seperti satpam dengan seragam putih hitamnya disertai tongkatnya di perusahaan sebelumya.

Sepertinya mereka tau kalau Nadin adalah orang baru yang memasuki kantor, sebab salah satunya datang menghampiri Nadin.

"Selamat pagi, Kalau boleh tau anda siapa dan apa tujuan anda?" Ucap satpam itu. Nadin memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuannya, Nadin juga memperlihatkan beberapa lembar kerja sama dan berkas kepindahannya. Sekuriti itu tampak mengerti.

"Anda pasti belum bisa masuk karena tidak memiliki ID card perusahaan kami, karena itu saya akan membantu anda" ucap satpam, ia membimbing Nadin.

"Keren sekali, berasa sedang main filem saja" ucap Nadin dalam hati, ia sungguh merasa takjub.

"Baik Pak" ucap Nadin, ia melihat satpam itu menempelkan kartu di pintu masuk, saat pintu terbuka ia mempersilahkan Nadin masuk.

Nadin masih bingung harus kemana, akhirnya ia bertanya kepada resepsionis, salah satu petugas di meja resepsionis menyuruhnya ke ruangan SDM, Nadin pun menurut, ketika ia menemukan ruangan SDM, ia kembali diminta langsung ke ruang CEO.

"Tidak mungkin, saya hanya karyawan biasa, tolong jelaskan saja apa yang harus saya lakukan dan dimana ruangan saya" ucap Nadin tidak percaya.

"Anda direkrut secara langsung oleh CEO kami, jadi pekerjaan anda akan diatur olehnya." Jelas kepala bagian SDM di perusahaan itu.

"Oh begitu" ucap Nadin sedikit bingung.

"Silahkan ikuti staf kami, dia akan menunjukkan ruangan CEO kami" ucapnya lagi, seseorang menyapa Nadin dengan ramah, ia meminta Nadin mengikutinya.

Nadin mengikuti orang itu yang sedang menuju lift, Nadin kembali kaget karena ia menuju lift khusus VIP, tapi Nadin tidak protes, ketika lift terbuka mereka memasuki lift, Nadin melihat orang itu menekan tombol paling akhir, itu artinya ruangan CEO terletak di lantai paling atas, mereka akhirnya sampai didepan ruangan CEO yang interiornya lebih mewah dari ruangan- ruangan yang ia temui sebelumnya, ia merasa gugup tapi ia lebih penasaran seperti apakah rupa orang yang bisa menempati ruangan semewah ini.

"Silahkan masuk, pintu sudah dibuka, tinggal memutar kenopnya saja" ucap orang yang membimbing Nadin, sebelumnya ia menemui petugas yang duduk di depan pintu CEO.

"Baik" ucap Nadin. Ia lalu membuka pintu, ia masuk dengan hati-hati, saat menoleh ke arah meja, betapa terkejutnya ia melihat orang yang sedang duduk di sana, sepertinya ia sudah menanti kedatangannya, ia menyambut Nadin dengan menyeringai tajam.

"Selamat datang, Nadin!" Sapanya tampak angkuh. Nadin diam tanpa berkedip di tempatnya, ia tidak pernah menyangka Ronald adalah seorang CEO perusahaan terbesar di kota itu, ia melihat papan pengenal yang tampak berkilau di meja kerja mewah di ruangan itu, tertulis nama Ronald Bramasta di sana.

Lalu untuk apa dia mengunjungi kantor kecil di kota kecilnya, yang jika dibaratkan seperti gajah dan semut. Ia juga teringat saat ia menamparnya, itu artinya ia menampar seorang CEO? Lengkap sudah, ia sudah memprediksi bencana apa yang akan menghampirinya. Harusnya ia menuruti saja ibunya. Berbagai pertanyaan dan penyesalan muncul di otaknya secara bersamaan.

"Maaf, sepertinya saya salah masuk" hanya itu yang ia bisa katakan, otaknya berhenti berpikir tentang ide. Ia hanya ingin segera keluar dari tempat seram itu, bahkan kemewahan dan kemegahan tempat itu berubah menjadi ancaman.

"Kamu tidak salah masuk, Nadin. Tempat ini memang tujuanmu." Ucap Ronald melangkah mendekatinya.

"Kenapa kau terlihat seperti masuk ke dalam kandang harimau?" Ronald kembali menyeringai.

"Apa sekarang kau menyesal telah menamparku waktu itu?" Lanjut Ronald, kini ia tepat berada di depan Nadin, aromanya yang mewah bahkan tercium di hidung Nadin.

"Itu tidak seberapa Nadin, aku tidak serendah itu, aku tidak akan balas dendam hanya karena tamparan kecil dari seorang wanita sepertimu, tapi untuk kematian tunanganku aku tidak akan segan untuk melakukannya." Ia menatap tajam ke arah Nadin, tatapannya seperti akan membunuh Nadin. Ia selalu tampak kejam saat membahas tentang Tari.

"Lalu aku harus apa? Apapun yang aku lakukan tidak akan membuatnya kembali padamu." Lirih Nadin, ia sedikit takut mendengar gertakan Ronald.

"Harusnya kau dan ibumu tidak perlu ada di dunia ini, orang-orang seperti kalian ini yang membuat keluarga orang lain hancur" ucapnya menggerakkan gigi tepat di hadapan Nadin, kali ini Nadin tidak punya keberanian untuk membela diri, apalagi menyentuh wajahnya, ia sadar Ronald orang yang berkuasa, dia dan ibunya bisa dalam bahaya jika ia bertindak gegabah. Ia lebih baik menerima hukuman dari kesalahan yang ia sendiri baru tau sekarang.

"Kalau begitu, aku harus apa agar aku menebus kesalahanku itu?" Ucap Nadin menyerah, apapun keputusan Ronald ia akan menerimanya.

"Kamu sangat tidak sabaran ternyata. Baiklah mulai hari ini kau menjadi asistenku." Ucap Ronald, lalu kembali ke mejanya. Mendengar itu Nadin sedikit lega, tapi ia bersiap untuk kemungkinan terburuk yang akan dilakukan Ronald padanya. Tapi yang dimaksud Ronald adalah asisten kacung, karena asisten yang sebenarnya masih bekerja dengan sewajarnya namanya Selfi, sementara dirinya hanya dijadikan budak.

"Belikan kopi cold brew, kamu tidak boleh pake lift" Ucap Ronald tiba-tiba, Nadin segera memperhatikan apa yang diucapkannya. Nadin tau, Ronald sudah memulai permainannya, tapi kenapa memberi hukuman yang sungguh ke kanak-kanakn sekali, siksaan ini masih wajar, walaupun membutuhkan tenaga banyak, tapi Nadin masih sanggup melakukannya.

"Sekarang! Tunggu apalagi?" Ucap Ronald lagi, sedikit menggertak, Nadin segera berlalu, saat keluar ia menarik nafas panjang, sepanjang perjalanan yang akan ia lalui, ia menyerahkan tasnya pada petugas di depan ruangan CEO, setelah itu ia menyingsingkan lengan kemejanya lalu berjalan menuju tangga, untungnya ia memakai sepatu yang tidak berhak tinggi. Ia mengatur nafas lalu mulai berjalan melewati 70 tangga demi sebuah kopi, Ia hanya bisa berdoa semoga kakinya kuat. Sementara itu Ronald mengawasinya dari layar monitor.

"Ternyata kau wanita yang gigih, ini baru pemanasan Nadin" Gumam Ronald sambil tersenyum angkuh, ia melihat Nadin sudah berhasil menjejaki tangga di lantai 30, tampak Nadin sedang beristirahat sebentar.

Beberapa saat kemudian Nadin tiba di lobi kantor dengan nafas ngos-ngosan disertai kucuran keringat yang hampir membasahi seluruh tubuhnya. Ia melihat ada sofa, ia duduk sebentar di sofa itu demi memulihkan tenaganya.

"Kekanak-kanakan sekali, jabatan CEO tapi otaknya sangat tidak keren" lirihnya sambil mengusap peluh di keningnya dengan punggung tangannya. Setelah merasa lebih baik, ia segera ke kantin untuk menunaikan perintah Ronald. Ia kembali ke ruangan CEO menggunakan lift ia bisa mati menyusul Tari kalau harus naik melewati tangga lagi. Untungnya Ronald tampak sibuk mengurus pekerjaan dengan asistennya, Selfi, jadi ia tidak sempat mengintrogasi dirinya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bab 36 kritis

    "Kenapa tidak memberitahu kami?" Bu Mary merasa menyalahkan sikap Nadin yang tidak mengabari keadaan putranya. Nata melirik dengan ekspresi senang dan licik. "Maaf, Mah. Ronald bilang tidak perlu memberitahu kalian, dia tidak mau Mamah dan yang lainnya khawatir," Nadin membela diri. "Terus kenapa kamu baru datang sekarang? Suamimu sedang butuh kamu." Bu Mery sangat menyayangkan kelakuan Nadin. Ia tampak kecewa. "Tadi ada urusan di rumah," Hanya itu yang bisa ia katakan, ia tidak mungkin jujur kalau Ronald yang tidak menginginkannya, untungnya Pak Bram menengahi. " Tapi tetap saja kau harusnya tidak meninggalkan rumah sakit," Bu Mery belum merasa puas. "Sudahlah, Mah. Sekarang kita fokus mendoakan agar operasinya bisa berjalan lancar." Bu Mery menurut. Pak Bram menuntun Bu Mery duduk, sedang Nadin memilih duduk di kursi paling ujung. beberapa saat telah berlalu, tiba-tiba ada dua perawat berlari tergesa-gesa menuju pintu ruang operasi sambil membawa berbagai macam benda. Se

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bab 35 Operasi

    Setelah melakukan pemeriksaan secara menyeluruh, Ronald harus menjalani operasi, karena ada bagian dari lambungnya yang sudah mengalami kerusakan, jika dibiarkan bisa merambat dan merusak keseluruhan lambung. Untungnya tubuhnya memberikan alarm dan ada Nadin yang memaksanya, dia begitu cuek dengan penyakit yang sudah lama bersarang di dalam tubuhnya itu, dan semakin tidak peduli saat Tari sudah pergi meninggalkannya. Operasi dilakukan keesokan harinya, Selfi belum juga datang, Nadin juga tetap setia menemani, hanya saja ia sempat pulang ke rumah untuk mandi dan berganti pakaian, setelah itu langsung kembali lagi ke rumah sakit. "Apa pendapatmu tentang penyakitku sekarang? Apakah kamu senang?" Tanya Ronald, ia hanya iseng ingin tahu apa yang dipikirkan Nadin. "Aku senang, akhirnya alam yang membalaskan penderitaanku.karena perbuatanmu," ucapnya dengan nada bercanda. "Kau tidak berdoa agar aku mati 'kan?" "Aku tidak sejahat itu Ronald," kali ini dia cemberut. Tidak suka dengan

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bab 34 Dia istriku.

    Seorang dokter muda sudah menunggu Ronald di depan pintu pemeriksaan, ia menyambut Ronald dengan ramah, mereka juga terlihat akrab. "Ada apa lagi?" tanya dokter itu. "Aku merasa penyakit ini semakin parah saja," Ia sedikit mengomel sambil masuk ke ruangan seolah itu miliknya. dokter itu hanya tersenyum lalu berkata, "Itu akibatnya kalau tidak mau mendengarkan nasihatku," dokter sudah mengingatkannya untuk melakukan pemeriksaan rutin tapi Ronald tidak pernah datang. Ia datang saat tidak mampu lagi menahan rasa sakitnya. Sebelum dokter itu masuk, Ia tidak lupa menyapa Nadin yang ikut membersamai Ronald. "Asisten baru?" Tanyanya, sepertinya Selfi yang biasanya datang menemani Ronald. "Bukan, Dok," jawab Nadin tanpa ingin menjelaskan identitasnya lebih lanjut. Dokter itu hanya manggut-manggut kemudian menyusul Ronald. Denny nama dokter itu, ia teman dekat Ronald dan Nata. ia mulai memeriksa keadaan Ronald sambil bertanya apa saja yang terjadi dengan tubuhnya dan apa yang ia

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bab 33 Tidak mau berutang budi

    Nadin akhirnya pulang setelah seharian bekerja, ia melangkah menuju kamarnya sendiri, saat membuka pintu, ruangan itu sudah kosong melompong sejak tadi pagi. "Ah, lagi-lagi aku lupa kalau kamarku sudah pindah, " gumamnya dengan ekspresi malas. Ia berjalan menuju tangga lalu diam sambil berpikir, apakah Nata masih di sana atau sudah pergi. Takut mengganggu, ia mengubah haluan menuju dapur untuk mengambil minum lalu membawanya ke ruang tengah yang selalu sunyi. Ia menyalakan TV untuk mengusir keheningan dan kesepian. Tidak menunggu berapa lama ia tertidur di sana. Ia bangun kembali saat mendengar suara dari luar. Ia menoleh dan melihat Ronald yang masih terlihat pucat. "Dari mana saja, bukannya masih sakit?" Tanya Nadin "Bukan urusanmu, " jawab Ronald acuh tak acuh. "Padahal tinggal dijawab saja, " gerutu Nadin sembari membawa dirinya kembali ke depan TV. "Apakah Nata sudah pergi?" Tanya Nadin lagi "Banyak tanya," balas Ronald tanpa melihatnya, ia kemudian berlalu b

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bab 32 Jangan berpisah lagi.

    Bu Mary berhasil menyulap Nadin menjadi sangat cantik yang pada dasarnya memang sudah cantik. "Sekarang ganti baju, di dalam paper bag ada baju dan sepatu, mamah mau kau memakainya," untungnya Nadin membawa pemberian mertuanya itu bersamanya, tadi ia tidak sempat menyimpannya. Ia mengambilnya lalu mengeluarkan isinya, ternyata Bu Mary memberinya barang branded. "Nah, pakai itu sekarang dan buang baju kedodoran yang kau pakai itu" "Iya, Mah" balasnya dengan kikuk. "Cantik sekali, ini baru menantu mamah" puji Bu Mary mengagumi menantunya. "Beginilah harusnya penampilanmu sehari-hari," sambung Bu Mary. Diperlakukan sedemikian baik oleh mertuanya membuatnya berfikir, 'Seandainya putranya juga bisa sebaik ini?' suara Nadin di dalam hati. Setelah semuanya selesai, mereka turun ke bawah untuk meminta penilaian Ronald yang sedang menunggu mereka untuk sarapan, Bu Mary sangat bersemangat menanti pujian dari putranya. "Bagaimana penampilan istrimu? Cantik 'kan?" Seru Bu Mary saat ti

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bab 31 Jangan salahkan aku.

    "Ada apa denganku?" Nadin berucap dengan lirih merenungi apa yang terjadi pada dirinya. Ronald tampak tidak peduli."Ah, kenapa aku tiba-tiba merasa panas begini?" Nadin membuka blezer yang menutupi dress yang ia kenakan sambil mengipas tubuhnya menggunakan tangan."Kau sedang apa?" Ronald menoleh ke arahnya dan memindai keadaannya. "Aku tidak tau, aku merasa sangat tidak nyaman dan seluruh tubuhku seperti akan mengeluarkan aliran listrik." Nadin mulai tidak sabar dan ingin menurunkan tali dress yang menggantung di bahunya."Hentikan itu! kamu mau telanjang di sini?" Ronald berkata sambil menurunkan kecepatan laju mobilnya, Nadin masih bisa menurut di antara kesadarannya yang mulai samar."Sudah kubilang, aku kepanasan, coba bantu aku meredakan ini." Ia menggigit bibirnya sambil mengacak rambutnya demi meredam gelanyar aneh yang hampir menguasai dirinya."Kau pasti salah meminum atau memakan sesuatu," Ronald mulai menebak apa yang terjadi pada Nadin. Ia kembali mempercepat laju mobil

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status