Home / Romansa / Siksaan Dari Tunangan Kakakku / Bagian 5 Bekerja sama

Share

Bagian 5 Bekerja sama

Author: Zizizaq
last update Last Updated: 2023-07-20 14:27:38

Tujuan Ronald berkunjung ke kantor Pak Bambang adalah untuk mereview bahan produk yang ia gunakan, sebelumnya Pak Bambang memasukkan surel kerja sama ke perusahaan Ronald, melihat alamat yang tertera di surel yang ia kirim, Ronald tertarik untuk datang, karena alamat itu dekat dengan lokasi dimana Tari kecelakaan, beruntungnya secara kebetulan ia menemukan tujuan utamanya.

Beberapa hari kemudian Ronald mengirim kembali surel dari perusahaan Pak Bambang yang sudah ia tanda tangani. Ronald sengaja menyetujui kerja sama dengannya walaupun produk dari brandnya masih di bawah standar alias belum layak untuk masuk ke daftar produk perusahaannya, ia mau menerima lamaran kerja sama dengan Pak Bambang tapi dengan syarat salah satu karyawan dari bagian pemasarannya pindah ke perusahaannya, dan yang ia menunjuk Nadin sebagai perwakilan, untungnya Pak Bambang antusias menyambut itu dan menyetujui apapun syaratnya.

Hari itu Nadin, merasa seperti mendapatkan rejeki nomplok, karena salah satu perusahaan besar di pusat kota menerima lamaran kerja sama dari perusahaan tempatnya bekerja, lebih dari itu, yang paling mengejutkannya adalah ia dipindah tugaskan juga ke perusahaan besar itu, semua orang selalu kagum saat mendengar nama perusahaan itu, nama perusahaannya adalah Bramasta. Salah satu perusahaan besar yang sangat terkenal, ia menaungi banyak bisnis, namanya bertebaran dimana-mana, ada hotel, pusat perbelanjaan, sekolah, cluster, apartemen, dan banyak lagi, semua bisnis yang ia naungi selalu menggandeng nama Bramasta, sementara itu brand dari perusahaan Nadin sendiri akan di pasarkan di salah satu pusat perbelanjaan milik Bramasta.

"Oh tuhan, mimpi apa aku semalam?" Ucap Nadin setelah keluar dari ruang Dirut. Ia buru-buru kembali ke meja kerjanya, ia ingin memamerkannya pada Ferdi.

"Kenapa sih, Nad? Datang- datang langsung heboh sendir" ucap Ferdi mengawasi Nadin sejenak, lalu ia kembali menatap monitor di depannya.

"Fer, tau gak? aku akan dipindah tugaskan ke perusahaan besar Fer" ucap Nadin semangat.

"Oh ya? perusahaan besar yang mana Nad?" Tanya Ferdi tanpa menoleh ke arah Nadin, matanya sibuk menekuri layar komputer di depannya.

"Perusahaan Bramasta, Fer. Kamu tau sendiri kan, semua orang memimpikan untuk bekerja di perusahaan itu, aku yang merasa tidak akan punya kesempatan di tempat itu malah dipilih Tuhan, oh my good! Aku sungguh beruntung." ucap Nadin berapi-api tapi Ferdi tampak tidak senang, apakah dia iri? Atau mungkin ia tidak mau jauh dari Nadin? mengingat mereka sudah cukup lama bersama, mereka sudah saling mengenal sejak di bangku kuliah, dia juga yang membantu Nadin mendapat pekerjaan di tempat ini.

"Ya sudah, kalau begitu selamat ya!" Ucap Ferdi datar, Nadin jadi merasa sia-sia memberitahunya dengan semangat. Tapi Nadin tidak peduli, ia tetap senang.

Setelah jam kerja berakhir, Nadin buru-buru pulang, Ia tidak sabar ingin segera bertemu ibunya dan memberitahunya kabar gembira ini.

Ia membawa mobil sedannya melesat pergi dari parkiran sambil menyetel lagu Impossible yang dipopulerkan oleh James Arthur dari speaker mobilnya dan ia ikut berdendang menyanyikan lagu itu.

Begitu ia sampai di rumahnya, ia langsung mencari keberadaan ibunya, kali ini ia menemukan ibunya di dapur,sedang bergelut dengan pisau dapur dan bahan makanan yang tampak segar. Walaupun ibunya juga seorang pekerja seperti dirinya, ibunya selalu di rumah sebelum Nadin datang.

"Ibu...!" Nadin berseru seraya menghampiri ibunya yang sedang memotong wortel dengan lihai, ia lalu memeluk punggung ibunya.

"Ada apa nih, Kok tiba-tiba manja begini? pasti ada sesuatu yang menyenangkan" Tebak Bu Sinta, ia menoleh dan tersenyum lembut pada putrinya.

"Iya dong Bu, Nadin ada kejutan" kata Nadin masih bermanja di punggung ibunya yang terasa hangat.

"Kejutannya apa?" Ucap Bu Sinta lanjut melakukan kembali aktifitsnya.

"Nadin akan bekerja di sebuah perusahaan besar dan terkenal, Bu. Nadin dipindah tugaskan oleh perusahaan tempatku bekerja saat ini." Ucap Nadin bangga, Nadin bergeser ke samping ibunya, ia ingin melihat ekspresi ibunya.

"Oh ya? Dimana, Nad? Perusahaan apa namanya?" tanya Bu Sinta, ia terlihat kaget dan penasaran, seperti mengkhawatirkan sesuatu, tapi sejurus kemudian ia kembali tenang, demi mendengarkan cerita anaknya. Dari dulu apapun eksperesi Bu Sinta, ia selalu tenang, lembut dan hangat, saat marah pun ia masih bisa mengomel dengan tenang.

"Di ibu kota, Bu. Namanya perusahaan Bramasta, keren kan?" Ucap Nadin bersemangat, tapi ibunya malah diam bahkan ia berhenti dari aktifitasnya.

"Itu di ibu kota, Nad. Apa kamu sudah lupa pesan ibu? Ibu tidak setuju" Perkataan ibunya meruntuhkan rasa bahagia Nadin.

"Kenapa Bu? Ibu takut, Nadin bertemu keluarga ayah? Nadin bisa mangatasi itu, Bu. Ibu tidak perlu khawatir, bukankah ini kesempatan bagus? Kita tidak bisa terus bergantung dan mengharapkan ayah di sepanjang hidup kita, Bu. Ibu tau sendiri ayah punya keluarga lain, kita harus bisa mandiri" Nadin sedikit menantang.

"Bukan hanya itu Nadin, ayah bekerja sama dengan perusahaan Bramasta." ucap Bu Sinta, berharap Nadin mundur saja.

"Terus kenapa Bu? aku bisa mengatasinya Bu, percaya pada Nadin, lagi pula ayah hanya bekerja sama kan? Ayah tidak bekerja di perusahaan itu" Nadin meyakinkan ibunya, ia tidak mau mengalah. Ia tidak mau melepaskan kesempatan emas itu.

"Nad, ibu khawatir terjadi apa- apa padamu." ucap Bu Sinta melemah, ia masih melihat putrinya sebagai anak kecil yang selalu ia jaga selama ini.

"Ibu tenang saja, Nadin sudah dewasa, ibu sudah cukup mengkhawatirkan Nadin, sekarang saatnya Nadin yang akan membantu ibu. Ibu harus tau, apa yang kita dapatkan dari ayah hanya sebagian kecil dari yang ia berikan kepada kelurganya, kita harus bangkit, Bu." Ucap Nadin, memahamkan ibunya.

Bu Sinta hanya bisa diam, ia tau apapun yang ia katakan saat ini, tidak akan bisa mengganggu gugat keputusan anaknya. Ia menyerah.

"Baiklah" ucap Bu Sinta sedikit kecewa, tapi ia bisa apa? Sekarang putrinya bukan anak kecil lagi, Nadin juga sudah bisa menilai apa yang baik untuk dirinya.

"Besok Nadin sudah mulai bekerja, Bu. Nadin akan pergi ke ibu kota, dan hanya kembali ke rumah ini saat libur" jelas Nadin. Matanya menyisir setiap sudut dapur yang selalu menjadi tempat favoritnya.

"Karena itu, kamu tidak usah kerja di sana" sergah Bu Sinta, ia mencoba berusaha mencegah, karena merasa ada cela.

"Ibu, kita harus bangkit, kalau ibu tidak bisa, biar Nadin yang membantu ibu. Nadin tau ibu punya kesalahan yang sangat fatal, tapi itu masa lalu, Nadin tidak mau terus bersembunyi seperti ini dari dunia, orang yang salah tetap saja manusia, tidak ada bedanya dengan yang lain, kita hanya perlu berbenah." Ucap Nadin, ia ingin ibunya paham.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bab 42 Dia cocok denganmu.

    Hari-hari berikutnya kehidupan Ronald dan Nadin berkembang lebih baik, Ronald tidak usil lagi dan Nadin merasa lebih aman dari sebelumnya. Nadin sedang bekerja di kantor seperti sebelumnya, kali ini pekerjaannya lebih banyak karena produk baru dari Mega Food ditambah tuntutan target Marketing dari Bramasta. Di awal bergabung dengan perusahaan Bramasta ia senagaja diberi tugas lebih banyak oleh Ronald dan masih berlangsung hingga sekarang. Ia pikir hubungan mereka sudah lebih baik sekarang jadi ia berniat meminta pada Ronald agar pekerjaannya dikurangi. Saat ia sedang sibuk-sibuknya, seorang wanita paruh baya tiba-tiba mendekatinya dengan tatapan jijik, ia mengenal wanita itu, ia menegang seketika. "Jadi kamu putri perempuan itu? Bisa-bisanya dia menipuku selama bertahun-tahun." Mata Bu Ratih berkaca-kaca. Nadin diam saja karena ia sudah mengerti segalanya, selain Bu Ratih ada ayahnya juga. Ayahnya mencoba menenangkan Bu Ratih tapi sia-sia. Pak Dion malah melihat Nadin dengan ta

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bab 41 indah tapi semu

    Malam semakin larut, Nadin sudah masuk ke kamarnya tanpa mengajak Ronald, akhirnya Ronald pergi ke kamar tamu. Ia tidak bisa memejamkan matanya, ia mengingat saat pertama kali ke rumah itu dan memaksa Nadin melayaninya, dan itu kesalahan paling fatal yang ia lakukan pada Nadin. Ia bangun dari pembaringannya, ia merasa tidak nyaman dengan pakaian formal yang ia gunakan tapi ia lupa membawa baju ganti karena buru-buru ingin mendahului Nadin tiba lebih dulu. Ia hanya menggulung kemejanya hingga siku, ia lalu keluar dari kamar Karena merasa begitu bosan. Ternyata ada Nadin di dapur sedang membuat mie rebus, Nadin merasa penampilan Ronald yang paling terbaik adalah saat ia menggulung lengan kemejanya seperti saat pertama kali ia melihatnya waktu itu. Tapi ia abaikan lalu berkata, "Kenapa belum tidur?" Tangannya sibuk mengaduk panci di atas kompor. "Belum ngantuk," jawab Ronald seadanya. Ia lalu melanjutkan, "Buatkan untukku juga." "Kamu tidak boleh memakan makanan cepat saji,"

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bab 40 Salah Paham

    Nadin membelah jalan raya menuju kota kecil tempat kelahirannya untuk menemui ibunya. Ketika tiba di tujuan ia dikagetkan oleh sebuah mobil yang ia kenal, sedang terparkir di depan rumah ibunya. Ia panik dan buru-buru keluar dari mobilnya dan ingin segera masuk ke rumah, saat ia mencoba membuka pintu ternyata tidak terkunci, tidak biasanya ibunya tidak mengunci pintu, suasana semakin mencekam karena ruangan gelap dan ia tidak menemukan siapa-siapa. "Bu..!" seru Nadin tapi tidak ada jawaban. Ia ke kamar ibunya dan tidak juga menemukannya. Ia melihat lampu kamarnya menyala, biasanya lampu kamarnya tidak pernah dinyalakan saat ia tidak ada. Ia membuka pintu kamarnya dan menemukan Ronald sedang membaca buku miliknya. "Kenapa kamu bisa ada di sini? Dimana ibuku? Apa yang kamu lakukan padanya?" Teriak Nadin hampir dengan perasaan campur aduk, Ia menuduh Ronald karena ia tahu betul niat Ronald yang selama ini ingin menghancurkan keluarga kecilnya untuk membalas Tari. Kalau bukan karen

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bab 39 Lebih akrab.

    Ronald dan Nadin mengakhiri perdebatan dengan diam, dalam diam Ronald berpikir tidak akan ada yang rugi jika ingin mempertahankan pernikahan karena Nadin tidak memiliki hubungan dengan siapapun sementara dirinya sudah tidak memiliki cinta lagi setelah kepergian Tari dan jika berpisah, justru kenangan pahit masa lalu yang membuatnya trauma akan ia lakukan sendiri. Sepertinya akan menjadi Boomerang baru dalam hidupnya, jadi apa salahnya melanjutkannya sebentar lagi sampai benar-benar tidak ada pilihan lagi. Menurutnya Ferdi maupun Nata bukan masalah baginya. "Bukannya kamu membuat sarapan untukku, aku ingin mencobanya," ucap Ronald memecah sunyi. "Iya benar," balas Nadin gelagapan karena ia juga sibuk dengan pikirannya sendiri. "Aku ingin mencobanya." Ronald bangkit dari tempat tidur lalu beranjak ke meja makan. Nadin sampai melongo dibuatnya, ia penasaran rencana busuk apalagi yang akan Ronald lakukan padanya. Tidak mungkin ia bisa berubah menjadi baik hanya dalam semalam, bahkan

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bab 38 Masa lalu.

    Malam berlalu begitu cepat, Nadin mengangkat tubuhnya agar terbangun. Ia melihat Ronald masih tidur di atas kasur. Ia membawa selimut untuk menyelimutinya, ia lalu menatap suaminya itu sambil berkata dengan pelan, "Apakah kamu sudah menyerah dengan balas dendam? Bolehkah kita berpisah saja? Kalau begini terus bukankah kita hanya akan membuang-buang waktu untuk saling menyakiti?" Ia masih mengingat perkataan Ronald yang menyuruhnya balas dendam. Setelah mengutarakan isi hatinya ia bangkit lalu ke kamar mandi setelah itu ia ke dapur untuk membuat makanan yang cocok untuk Ronald, ia sempatkan diri mencari-cari olahan makanan yang bagus untuk orang yang baru selesai melakukan operasi lambung. Ronald sebenarnya sudah terjaga dari tadi dan berpura-pura tidur saat mengetahui Nadin sudah bangun, ia membuka mata begitu Nadin keluar dari kamar. Ia berpikir sejenak untuk merenungi ucapan Nadin barusan, ia sempat berpikir untuk melepaskan Nadin saja, artinya ia akan melakukan hal yang paling

  • Siksaan Dari Tunangan Kakakku   Bab 37 Lebih serius

    Beberapa hari telah berlalu, Ronald sudah diperbolehkan pulang, Nata setia menemaninya. Namun pekerjaan membuatnya tidak bisa menemaninya lebih lama lagi, ia harus kembali berlayat sore itu juga. Ketika Ronald tiba di rumahnya, ia berhenti sebentar untuk mengamati sekitar, ia hanya melihat pelayan yang segera menyambutnya. Ronald membalas dengan senyuman singkat setelah itu pergi ke kamarnya. Begitu membuka pintu kamar ia melihat manusia yang ia cari sedang terbalut selimut di atas tempat tidurnya padahal sudah waktu masih menunjukkan pukul sembilan malam, sepertinya Nadin sangat menikmati kehidupan saat tidak ada dirinya. Ronald mendekat dan langsung menarik selimut dengan keras, membuat Nadin jatuh ke lantai. "Auhh," rintihannya kesakitan, ia memeriksa bagian tubuhnya yang terasa sakit lalu berkata, "Kukira aku sedang bermimpi jatuh dari tempat tidur ternyata ini nyata." ia mencari penyebabnya dan malah melihat Ronald sedang berkacak pinggang di belakangnya, Nadin tahu ia pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status