Share

Pembalasan

Reza melihat wajah sahabatnya memucat saat menerima telepon. “Dari siapa, Ray?”

Rayyan menoleh dengan manik mata bergulir gelisah. “Dita tahu kita di sini.”

“Hah? Kok bisa? Dia buntuti elu?”

Rayyan menggeleng. “Kalau itu aku yakin enggak. Soalnya si Bibik di rumah bilang Dita keluar agak lama setelah aku.”

“Kali dia udah curiga sebelumnya jadi jaga- jaga lalu mengintai tempat ini. Waah, gue nggak sangka orang stres bisa mikir sampai sejauh itu.”

Rayyan menghela napas dengan pedih. Sakit hatinya sang istri disebut ‘orang stres’.

“Maaf, Ray. Gue nggak menghina Dita. Tadi tuh cuma keceplosan.”

“Dita tuh sakit, Za. Aku tahu kamu dendam karena ditinggalin, tapi jangan melecehkan orang kayak gitu, dong?”

“Maaf sekali lagi. Gue udah keterlaluan. Tapi, Ray, jujur gue enggak dendam sama Dita. Enggak sama sekali. Gue udah ikhlasin dia pe

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status