“Kamu ke mana Mas sejak sore tadi?” Tari menyerang suaminya dengan pertanyaan kejutan. Membuat Ricky sedikit terkejut dan tak menyangka bahwa Tari akan menanyakan hal tersebut kepadanya. Ricky berusaha menutupi perasaann terkejutnya dengan tetap tenang dan masih dengan wajah datar. “Tadi sore?” Ricky yang belum sempat terpikirkan alasan untuk menjawab pertanyaan tersebut sedikit kelabakan. Dirinya menoleh tenang dengan tak berekspresi menatap istrinya yang berada di sebelahnya. “Iya Mas, tadi sore. Sekitar jam 3 sehabis ashar.” Timpal Tari menanggapinya. “Ada urusan di luar rumah sakit! Lagian dirimu mengapa tiba- tiba menjadi sangat hyperprotective seperti ini sih? Apa harus sampai menelepon rumah sakit untuk menanyakan kabarku?” Ricky yang tersulut emosi memilih untuk menggigit balik serangan pertanyaan jebakan yang dilontarkan Tari dengan amarah. “Urusan apa Mas? Sampai pulang selarut ini? Urusan apa yang membuatmu sampai mengatakan kamu kecapekan Mas?” Rasa kecurigaan Tari terh
“Pagi sayang…” Ricky yang baru saja terbangun dari tidur, mendapati istrinya pagi- pagi sekali sudah sibuk memasak di dapur. Dirinya langsung menghampiri sang istri dan menganggunya yang sedang memasak. Ricky dengan wajah yang memerah karena benar- benar baru terbangun dari tidurnya, langsung memeluk pinggul Tari dari belakang dengan mesra. Sementara itu, Tari hanya tersenyum kecil sambil tetap melakukan pekerjaannya yang tengah menggoreng telur ceplok mata sapi. “Udah ih Mas, biarku selesaikan dulu menggoreng telurnya. Takut gosong!” Tari menggerakan tubuhnya pelan, menjauhkan diri dari pelukan Ricky. Karena hal tersebut, Ricky langsung bereaksi dengan menciumi seluruh bagian leher Tari dari belakang mengusilinya. “Gamau!” Pungkas Ricky yang sibuk menciumi leher istrinya. Bekas- bekas percintaan semalam, ternyata masih membekas di benak keduanya. Sebuah pertengkaran dan kecurigaan justru membuat keduanya makin lengket satu sama lain. Tak disangka betapa mesra keduanya, saling menggo
Pak Saleh, Raizel beserta rombongannya kembali ke rencana awal yaitu, menginap di rumah Pak Saleh untuk malam itu.Tok tok tok tokkk..."Asalammualaikum dik!" seru Pak Saleh memanggil istrinya untuk membukakan pintu yang diketuknya."Waalaikumsallam?" jawab Ningsih istri Pak Saleh dari dalam rumah.Kriyekk...Suara pintu tua yang rentan rusak, milik kediaman Pak Saleh."Kang Saleh?" ucap Ningsih yang gembira melihat sosok lelaki yang sangat ia tunggu-tunggu kehadirannya.Ninsih begitu kaget, Suami tercintanya pulang secara tiba-tiba tanpa mengabarinya terlebih dahulu. Biasanya, Pak Saleh akan mengabarinya sehari sebelum pulang dengan HP milik teman sekostnya.Dengan cepat, Ningsih mencium punggung tangan suaminya itu."Kok nggak ngabarin dulu kang?" ucap Ningsih tersenyum bahagia."Iya dek, akang lupa! maaf!" jawab Pak Saleh mengusap rambut Istrinya."Lho? Akang pulang sama sia
Dua buah tas ransel milik pria indigo itu, sudah siap digendong sejak setengah jam lalu. Pagi itu Pak Saleg berencana mengantarkan Raizel, Egy dan yang lainnya ke rumah Pak Gunawan."Udah selesai beberesnya den?" ucpa Pak Saleh yang habis mandi, keluar dari dapurnya."Udah pak!" ucap Raizel menata keduavtas ranselnya berjajar."Dik? Ini anak-anak mau pamit!" teriak Pak Saleh memanggil istrinya yang masih di kamar."Iya, kang!" jawabnya membuka hordenf yang menutupi kamarnya."Egh, aden udah pada mau berangkat?""Iya nih Buk, kita mau langsung ke Rumah papah aja," balas Egy berpamitan."Terimakasih ya bu, atas tumpangannya semalan," imbuh Diva."Sama-sama neng," balasnya tersenyum ramah."Akang juga ikut pamit sebentar ya dik! Mau mengantar mereja ke rumah Pak Gunawan!""Iya kang, ati-ati!" ucap istrinya mencium punggung tangan Pak Saleh.Nita sudah menyibukkan dirinya mencuci di belakang sejak subuh tadi, s
"Pak? Saya pamit dulu ya, lagi buru-buru soalnya!""Kok buru-buru banget?" ucap Gunawan basa-basi."Iya nih pak," balas saleh menunduk memberi hormat."Den? Bapak pamit ya!" ucap Pak Saleh kepada Raizel dan Egt."Oh iya pak, terimakasih udah dianter sampe sini dengan keadaan utuh," kekeh Egt bangkit dari dudukbya bersalaman dengan Pak Saleh."Bukan apa-apa den," tutup Pak Saleh meninggalkan mereka di ruang tamu.Mereka akhirnya melanjutkan pembicaraan denfan Ayah Egy. Raizel awalnya diam, diwakilkan oleh Egy , berusaha menyampaikan tujuan mereka menyusul Ayah Egy jauh jauh ke sana."Jadi? Tujuan kalian kemari apa?" tanya Pak Gunawan yang duduk di kursi paling ujung, tepat di sebelah Egy putranya."Sebenarnya, kira ada sesuatu penting yang harus di selesaikan di sini pah!""Sesuatu penting?" tanya Pak Gunawan penasaran dengan ucapan anaknya."Soal Ega pah?" ucap Egy menatap ayahnya yang kini menatapnya dengan khidm
"Huaaa..." teriak Raizel terkejut.Raizel terjingjat mundur melihat isi dari bungkusan kain kafan itu. Diva yang ikut terkejut menutupi mulutnya yang menganga karena hal tersebut."Ya Tuhan," sambung Diva."Santet!" ucap Raizel dengan sangat jelas."Rumah ini jelas diguna-gunai!"Raizel kembali mendekati kain berisi keris belumur darah segar yang tadi dilemparnya."Apa Ki Daweh, yang melakukan ini semua?" gumam Raizel yang suarajta terdengar oleh gadis di hadapannya."Ki Daweh?""Pria tadi Ki Daweh Rai?" tanya Diva meminta penjelasan."Iya," balas Raizel seraya mengangguk."Ki Daweh itu dukun yang semalem kan Rai?""Ngapain ya, dia merhatiin kita di luar sana! Kan bisa masuk jaa kalau emang ada perly!" tutur Diva begitu polos.Raizel tidak menanggapi pembicaraan Diva, dan memilih membungkus keris berdarah itu dengan kain kafan tadi."Bantuin gua Div," celetuk Raizel."Iya Rai!" ucapnya
"Rai!!!" teriak Egy yang mendapati temannya terbaring di rerumputan.Raizel tergeletak pingsan tak sadarkab diri di arel pekarangan sebrang balkon tadi. Diva melongo, sambil menutupi mulut dengan kedua tangannya karena melihat Raizel pingsan. Ia merasa tak percaya, belum lama semenjak dirinya meninggalkan Raizel di sana.Egy berlari, kemudian berjongkok dan segera memangku kepala temannya itu. Dia memasang mimik wajah sendunya sambil menepuk nepuk pipi mungil Raizel yang hampir memerah karena pukulannya. Vano melipat kedua tangan, ditemani Caca dan Cindy yang sibuk mengerubungi Raizel . Diva dan Ayah Egy berlutut di belakang Egy seraya mengelus pundak anaknya."Rai! Rai bangun!" panggil Egy berulang kali."Div? Raizel kenapa? Kok bisa pingsan gini ?" tambah Egy yang agak penasaran.Diva mengusap air mata bersalahnya yang membasahi sedikit pipi kirinya. Ia menggelengkan sedikit kepalanya karena tak tahu-menahu dengan apa yang dialami Raizel. Ia meny
Beberapa jam sebelum kejadian..."Kenapa gagal Kang! Gimana sih!"Suara perdebatan dua orang pria menyeruak dari sebuah rumah yang ukurannya tak terlalu besar. Dari balik jendela rumah kayu itu terlihat pria paruh baya yang sudah memasang raut wajah marah pada laki-laki tua yang duduk bersila di depannya."Saya sudah menunggu lama Kang! Seharusnya kemaren adalah hari yang tepat untuk membalaskan dendamku. Tapi apa ini! Gagal sudah!" protesnya.Pria tua itu adalah Ki Daweh, Ia menghela napas panjang sembari menenangkan pria di hadapannya itu."Iya sabar, akang pasti bantu kamu! Balas dendammu pasti terbalaskan!" jelas Ki Daweh tenang."Kemaren ada pengacau di sana! Bocah dari kota. Kini dia di rumah Gunawab bersama anak sulungnya.0"Iya sabar, kakang pasti tetep bantuin kamu buat balas dendam ... Kemaren ada pengacau, bocah dari kota yang tinggal dirumah Gunawan bersama anak sulung Gunawan"Sebagai dukun Ki Daweh terkenal