Share

7

Penulis: semangkukramen
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-12 10:08:44

Jarum jam menunjukkan pukul enam petang. Felly sedang berkutat di dapur Marvin, sudah izin pada yang punya tempat untuk bereksperimen di dapurnya. Laki-laki itu pun sedang mengerjakan entah apa di kamarnya sendiri.

“Nanti … aku harus bagaimana, ya?” gumam Felly sembari mengaduk saus Bolognese di dalam Teflon.

“Tidak harus bagaimana-bagaimana. Kamu hanya perlu mengikuti ritme yang saya buat.”

Sahutan itu membuat jantung Felly tersentak. Marvin keluar dari kamar dan langsung menghampiri Felly.

“Masak apa?” tanya Marvin, ia sandarkan dagu di pundak Felly dan mengintip apa yang sedang dimasak oleh gadis itu.

“S-spaghetti Bolognese.”

Marvin mengangguk. Ia lingkarkan kedua tangannya di perut Felly, mengendus leher jenjang itu perlahan hingga ciptakan gelenyar aneh di diri Felly.

“P-pak, saya lagi masak.”

“I know.”

“J-jangan di-ahh---“

Belum selesai Felly berbicara, sudah terhenti karena lehernya disesap oleh Marvin.

“Lanjutkan saja memasaknya,” bisik Marvin di telinga Felly.

‘Bagaimana mau
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Simpanan Dosen Tampan   18

    Felly terbangun saat cahaya pagi menyelinap tipis dari sela tirai. Tangannya bergerak refleks ke sisi kasur, namun kosong. Dingin. Terlalu dingin untuk sekadar ditinggal sebentar.Ia duduk, menatap sisi ranjang itu sejenak, lalu bangkit dan melangkah keluar kamar.Di ruang tengah, Marvin sudah berdiri dengan kemeja rapi dan jam tangan terpasang sempurna di pergelangan tangannya. Felly melangkah mendekat. Setengah langkah. Ada dorongan kecil di dadanya untuk menyentuh dan memeluk dari belakang, atau sekadar menyapa dengan nada manja yang masih tersisa dari malam tadi.Namun niat itu runtuh saat Marvin menoleh.Tatapannya datar. Dingin. Seolah jarak telah dipasang kembali dengan rapi, bahkan sebelum Felly benar-benar sadar.

  • Simpanan Dosen Tampan   17

    Seharian keduanya berada di kamar masing-masing. Keluar hanya untuk me-refill minum dan juga mengambil gofood yang mereka pesan sendiri-sendiri.Saat keluar, waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Keduanya saling tatap dan tersenyum di depan pintu kamar masing-masing.“Sudah selesai, Pak?” tanya Felly dengan wajah kuyunya.Marvin mengangguk dan bertanya. “Lapar, tidak?”Keduanya pun mendekat, bertemu di sofa ruang tengah yang menghubungkan kamar mereka.Marvin merentangkan tangan, Felly menghambur.“Saya butuh charge energy,” ucap Marvin sembari menelusupkan kepalanya di leher Felly.Gadis itu bergidik kegelian kala bibir lembut Marvin menempel di lehernya, ada sengatan kecil yang membuatnya bergelinjang kala telinganya digigit oleh Marvin.“P-pak! Saya lapar!”Marvin terhenti, ia mendengus panjang dan kembali menggigit telinga Felly dengan gemas.“Kamu ini merusak suasana.”Pelukan mereka pun terlepas. Felly hanya bisa nyengir dan memamerkan deretan giginya yang rapi.“Hehe.”“

  • Simpanan Dosen Tampan   16

    Felly menggelengkan kepalanya yang sedikit dipenuhi dengan pikiran kotor itu. “Virus Pak Marvin benar-benar berbahaya,” gumam Felly.Gadis itu lantas bergegas menuju kelasnya di mana Gista yang biasanya terlambat kini telah sampai duluan dan sudah menandai satu bangku di sampingnya.“Felly! Sini!” seru Gista dengan riang.Felly tersenyum dan mengangguk, kemudian melangkah mendekat pada Gista dan menatap penuh selidik. “Tumben sekali sudah datang?” tanya Felly.Gista memamerkan cengiran lebarnya.“Semalam habis berantem sama papa. Aku kabur pagi buta, dan daripada bingung, mending ke kampus.”Felly menghela napas panjang, “Ini b

  • Simpanan Dosen Tampan   15

    Felly meneguk ludahnya dengan susah payah. Demi Dewa! Felly berani bersumpah kalau tubuh Marvin itu bak pahatan Dewa Yunani yang sempurna.Kemeja Marvin sudah terlepas semua kancingnya, Felly memandangi pahatan itu tanpa berkedip, tapi kemudian menggelengkan kepalanya guna menyadarkan dirinya sendiri.“Jangan berpikiran aneh-aneh, Felly! Cepat gantikan baju atau sugar daddy-mu ini betulan akan masuk angin!” monolog Felly pada dirinya sendiri.Felly bergegas melepaskan kemeja lembab itu dan menggantinya dengan piyama yang nyaman.Untuk celana …Felly kembali dilanda kebingungan.“Gantikan atau tidak, ya?”Tapi melihat Marvin yang mengen

  • Simpanan Dosen Tampan   14

    Felly sampai di apartemen saat gelap mulai merayap. Ia membuka pintu dan keheningan melanda.“Belum pulang, kah?” gumamnya sembari melepas sepatunya.Ia berjalan menuju kamar Marvin dan mengetuknya, namun tidak ada jawaban.Felly iseng membuka kenop pintu dan ternyata tidak terkunci.“Pak?” Felly melongokkan kepalanya ke dalam.Kasur dalam keadaan berantakan, sup di atas meja pun sudah kosong isinya, obat yang ia siapkan juga berkurang satu.Felly menghela napas lega, setidaknya Marvin tidak keluar dalam keadaan kelaparan. Ia pun bergegas mengemasi perkakas di atas meja dan membawanya ke dapur.Setelah memberesk

  • Simpanan Dosen Tampan   13

    Hari berganti begitu cepat. Tak terasa kini satu bulan sudah berlalu. Hubungan Felly dan Marvin sudah semakin dekat meski masih terikat oleh perjanjian terkutuk yang mereka sepakati.Tinggal bersama, menjadi asisten dan dosen, mengetahui kebiasaan masing-masing, membuat keduanya mulai memahami satu sama lain.Seperti pagi ini, Marvin tak keluar kamar sejak semalam. Felly merasa aneh sebab dosennya itu selalu keluar dari kamar untuk berolahraga di pagi hari, bahkan sebelum Felly bangun.“Apa Pak Marvin sakit?” gumam Felly.Ia pun mengetuk pintu kamar Marvin namun tidak mendapatkan respon apapun. Felly coba untuk membuka pintu itu, ternyata tidak dikunci.Felly masuk dalam keremangan, ada gun

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status