Alvaro meminta izin kepada orangtuanya Anjani untuk segera menikah. Sebelum bayi dalam kandungan Anjani mulai membuncit. Mereka juga khawatir soal itu.Berhenti di depan rumah orangtuanya Anjani, sebagai seorang pria dia meyakinkan kalau Anjani harus ada di sisinya karena sedang dalam keadaan hamil juga. Alvaro memegang tangan wanita di sebelahnya yang jarang mau bicara dengannya. “Sayang, ingat apa yang aku bilang, ya. Kamu harus sembunyikan soal kehamilan ini. Aku pastikan kamu nggak di rumah malam ini juga.”"Ya."Alvaro mencium kening wanita itu penuh kasih sayang walaupun kepalanya hampir pecah memikirkan masalah ini yang sangat serius sekali. Takut nanti orangtua mereka berdua tahu Anjani telah berbadan dua di luar pernikahan. Untuk hal ini Alvaro lebih menyalahkan diri sendiri karena tidak menahan nafsunya pada Anjani.Sama sekali tidak ada niat untuk menyalahkan Anjani. Dia ingin ada di sisi wanita itu sampai Anjani melahirkan. Sementara Alvaro juga tidak mau merusak mood Anja
“Sayang, makanan udah siap?”Anjani sedang bersiap-siap di kamar. Setelah semua beres, dia ke kamar untuk bersiap diri ke kantor. Wanita itu memakai riasan yang jauh lebih tipis dibandingkan biasanya. Karena Alvaro tidak akan tahan dengan itu yang pasti akan mengomelinya.Wanita itu berbalik dan mengiyakan. “Udah, Mas.”Untuk hari ini Anjani akan bekerja lagi seperti biasanya. Tidak ada halangan untuk pergi ke kantor. Sedangkan calon suami yang selalu ada di sisinya untuk mengawasi. Anjani juga tidak ingin ada pandangan apa pun dengan statusnya bersama Alvaro sebentar lagi akan menjadi suami istri.“Jangan lupa minum vitamin sama susu itu ya. Aku udah taruh di atas meja. Biar nanti nggak mual di kantor.”Anjani berdiri dan mengusap pipi suaminya. “Makasih sayang.”Mereka berdua keluar dari kamar itu setelah Alvaro mengambil tas yang ada di atas meja riasnya tadi.Tidak lupa mengingatkan vitamin untuk menguatkan kandungan. Ya jelas saja kalau Alvaro agak sedikit panik dengan kondisi ya
Hampir satu jam Alvaro menunggu kepastian mengenai Anjani yang mau diajak pulang ke rumah orangtuanya Alvaro. Sebab menunggu kepastian bahwa dia mau dikenalkan ke pihak keluarga. Yang sangat disayangkan oleh Alvaro adalah kehamilannya nanti semakin membesar. Orangtuanya pasti keberatan juga dengan kandungan Anjani.Pikir apalagi?Sedangkan dia tidak bisa memaksa Anjani untuk lebih jauh lagi. Kasihan Anjani kalau ditekan bisa stres. Alvaro sebelumnya memberitahukan kepada Anjani bahwa malam ini mereka akan ke sana. Tanggapannya juga mengiyakan pada awalnya. Tapi sekarang masih ada di posisi santai. Namun ekspresinya tidak bisa dibohongi. Mengenai kekhawatiran kalau dia juga takut jika ditolak oleh orangtua Alvaro pastinya.Dengan keberanian untuk mendekati wanita itu. Kalau semua akan baik-baik saja. Alvaro memasang Anjani untuk memastikan Anjani mau dibawa pulang.Ponselnya berbunyi ketika dia belum sempat bicara. Yang dilihat di layar adalah ponsel mama yang menghubungi. “Mama pasti
Rena mendengar kabar bahwa Alvaro sudah menikah dengan Anjani.Pikirannya tertuju pada ingatan waktu itu kalau dia mengaku hamil ketika mereka berdua sedang makan. Dia jelas ingat siapa wanita itu. Siapa yang datang mengacaukan makan mereka kala itu. Tapi kenapa bisa mantan kekasihnya itu menikah dengan wanita yang bermasalah seperti Anjani?Alvaro dijebak ke dalam situasi tidak menyenangkan itu kah?Pria itu jelas tidak bisa membandingkan mana wanita baik mana wanita yang tidak baik. Rena mendengar kabar pernikahan itu jelas tidak terima karena Alvaro dengan dirinya belum selesai secara resmi. Dia hanya kecewa kalau Alvaro selingkuh. Tapi malah pria itu sungguhan menikah dengan Anjani. Masih belum bisa dia percaya kalau seorang pria yang dari dulu dipercayainya itu menikah dengan wanita tersebut.Waktu itu dia sedang bekerja dengan berkas yang ada di tangannya untuk agenda hari ini. Bakat yang dia punya juga cukup banyak. Setelah lewat dengan skandal yang telah dilaluinya begitu bers
Anjani merasa sangat pegal sekali dengan tubuhnya setelah kemarin harus melayani tamu yang cukup banyak sekali dari keluarga besar Alvaro yang mengundang cukup banyak sekali orang penting. Tidak ada yang salah dengan undangan itu. Akan tetapi cukup melelahkan bagi Anjani karena orang yang hadir cukup banyak sekali.Pagi harinya dia merasa lemas pada tubuhnya. Merasa kalau tidak mampu bangun untuk beraktivitas pagi ini. Perlahan dia membuka matanya untuk kesadaran penuh. Melihat Alvaro yang duduk di pinggir ranjang baru selesai mandi.Keduanya ada di hotel tempat diadakannya resepsi. “Siang ini kita pulang. Mama minta aku untuk ajak kamu pulang. Katanya biar makan bareng keluarga.”“Mas, aku nggak sanggup bangun.”Alvaro mendekat. “Apanya yang sakit?”“Kepalaku sakit, kalau bangun pengen muntah.” Jawabnya ketika Alvaro menyentuh bagian dahinya. Bukan demam, tapi Anjani sedang ada di masa sulitnya ketika ngidam.Wanita itu memegang tangan Alvaro yang dingin karena baru saja selesai mand
“Mama udah berusaha lahirkan aku dengan sekuat tenaga. Tapi aku malah kecewakan dia.”Alvaro masih terngiang dengan ucapan Anjani beberapa waktu lalu. Sejak menikah, semuanya sudah berantakan. Terlebih Anjani yang mengatakan menyesal karena telah hamil di luar nikah. Sementara Alvaro bisa apa? Tidak banyak yang bisa dilakukan oleh pria itu.Menyesal juga sudah tidak ada artinya. Anjani benar, andai saja dia bisa memutar waktu pun. Alvaro akan meminta pernikahan itu dengan baik-baik.Dia bersandar di kursi kerjanya, membuka berkas di atas meja kerjanya yang merupakan hasil USG kandungannya Anjani.Ada dua anak yang dia pertahankan kalau memang pernikahannya dengan Anjani tidak terselamatkan oleh penyesalan.Anjani juga berubah sejak mereka berdua menikah. Tidak seperti dulu lagi memberikan perhatian kepada Alvaro.“Mental Mama hancur karena Papa.”Alvaro fokus melihat foto bayi hasil USG yang di tangan kanannya. Hanya menyisakan rasa sakit di hatinya ketika ingat ucapan Anjani. “Maafin
Alvaro pulang ke rumah, mendapati istrinya yang sedang memasak. Menginap hanya satu malam, kemudian ke kantor keesokan harinya seperti biasa. Ia pikir papanya akan konsisten dengan ucapannya yang membela Alvaro pada mamanya. Tapi justru ikut menyalahkan dengan yang diakui oleh Alvaro.Semakin rumit, tapi Alvaro juga berpikir keadaan orangtuanya Anjani. Mereka juga pasti akan keberatan tentang kehamilan Anjani yang tidak diketahui oleh mereka. Anjani hanya mengabari lewat telepon. Tapi tidak untuk bertemu. Dia memiliki banyak alasan agar tidak bertemu dengan keluarga yang lain.Anjani menyendiri, kesepian, ketakutan. Tapi Alvaro menyadari semua kesalahannya.Dia membawakan daster baru untuk Anjani sengaja dia beli sebelum pulang ke rumah. Dia menghampiri Anjani yang sedang masak.“Mas, aku kan lagi masak.”Anjani sedang memasak sup telur kesukaannya. “Aku beli daster buat kamu. Kamu kan pengen.”“Nanti, Mas. Ini lagi masak lho, nanti lupa taruhin bumbu. Mas nggak mandi dulu?”Alvaro ha
Alvaro dihubungi oleh orangtuanya untuk berkunjung ke sana. Ia sudah pindah ke rumah baru dari hasil jerih payahnya sendiri. Tinggal berdua dengan Anjani. Rumahnya memang tidak besar. Bahkan tidak bertingkat. Tapi Alvaro merasa nyaman. Bisa tinggal berdua dengan istrinya, tidak perlu memikirkan banyak masalah.Mobil mewahnya telah dia jual sebagai tambahan untuk hidup bagian depannya. Beberapa koleksi mobil mewahnya tidak lagi menjadi miliknya. Menyisakan hanya satu mobil saja yang dia bawa. Apalagi rumah itu juga harganya masih ratusan juta rupiah.Anjani juga suka, mereka bisa kerja sama untuk beres-beres. Ukurannya sama dengan rumah yang dulu menjadi tempat tinggal mereka berdua.Malam ini dia menginjakkan kaki di rumah orangtuanya karena perintah dari sang papa yang meminta dia untuk hadir di sini. Tanpa ada Anjani.kalau tahu nanti ucapan pedas dari orangtuanya bisa saja dilontarkan karena orangtuanya tidak pernah berpikir dalam mengeluarkan pendapat mereka.Alvaro dipersilakan d