Share

06 || Candu

Author: Kwan Saga
last update Last Updated: 2023-01-01 01:16:46

Sepasang mata Diandra terasa perih bahkan sampai menitikkan air mata. Namun, Dewa tersenyum sarkas setelah beberapa saat sempat terdiam.

"Kamu tidak usah membodohiku, Tari." Dewa saat ini terlihat santai menanggapinya.

"Aku tidak membodohimu, Abang. Aku mencintaimu dan janin yang ada di perutku itu darah daging kamu." Tari terlihat berusaha meyakinkan Dewa, tetapi laki-laki itu tidaklah bodoh.

"Statusmu itu istri orang, bagaimana bisa kamu hamil karena aku? Sudahlah, Tari."

"Aba––" Kata-kata tari terputus.

"Stop! Berhenti memanggilku dengan sebutan Abang. Itu hanya masa lalu. Jalani saja hidupmu dengan suamimu dan biarkan aku hidup dengan istriku!"

"TARIII!!!" Suara menggelegar telah menyentak wanita yang ada di hadapan Dewa.

"Abang Andi?" gumam Tari saat melihat laki-laki di seberang jalan sedang berjalan ke arahnya.

"Kenapa kau ada di sini? Apa belum cukup aku memberikan bukti padamu kalau aku tidak mandul? Aku tau selama ini kau melakukan KB tanpa sepengetahuanku, bukan? Untuk apa? Supaya tidak hamil?" Laki-laki bernama Andi itu seolah tidak mengenal tempat, dia nyerocos panjang lebar di hadapan laki-laki yang bahkan belum dia kenal.

"Oh, jadi ini istri Abang?" tanya Dewa sok polos.

"Iya, ini istriku. Kenapa?"

Dewa tersenyum sarkas. "Bawalah dia pergi, Bang. Di sini, pun, hanya menganggu orang saja."

"Kau siapa? Maen usir-usir seenak jidat, kau!"

"Laaa ... ini rumah saya. Yang ada kalian sudah mengganggu ketentraman saya di rumah saya sendiri!"

"Oh, astaga. Bisa-bisanya aku lupa, bah!" ucap Andi dengan logat Bataknya.

Andi menyeret paksa Tari untuk meninggalkan rumah tersebut. Walaupun awalnya Tari sempat menolak, akhirnya dia mengikuti langkah suaminya dan masuk ke mobil.

"Ada-ada saja," celetuk Dewa yang masih melipat tangan di dada dan bibir yang masih terukir senyum merasa lucu dengan polah suami Tari.

Sepasang mata elang Dewa menangkap sesuatu di dekat pohon. Seorang wanita muda cantik tengah terlihat sedih.

"Andra?" gumam Dewa saat melihat istrinya berdiri mematung di sana. "Sejak kapan dia berdiri di sana?" Dewa masih bergumam.

Dewa berjalan menuju Diandra yang masih mematung di dekat pohon rindang. Di tangannya masih terlihat memegang plastik berisi sayur matang yang sudah siap untuk sarapan mereka.

"Sayang?" Dewa berucap dengan suara khasnya. Berat dan seksi saat seseorang mendengar suaranya.

Diandra tidak menjawab. Sepasang matanya sudah kembali berkaca-kaca setelah berulang kali air mata telah luruh membasahi pipi.

"Kamu kenapa, Sayang?" Dewa masih terlihat tenang meskipun sesungguhnya dia mengetahui kalau istrinya sedang bersedih karenanya.

"Mas masih bisa tanya aku kenapa setelah apa yang aku dengar tadi?"

"Itu tidak seperti yang kamu lihat, Sayang. Itu hanya kesalahpahaman saja." Dewa mengusap pipi Diandra.

"Lalu, janin yang ada dalam kandungan wanita tadi itu gimana? Dia jelas-jelas sebut itu bayinya Mas, loh. Darah dagingnya Mas Dewa!" Suara Diandra terdengar begitu pilu dan kecewa.

"Enggak, Sayang. Itu bukan darah dagingnya Mas. Mas berani sumpah!" Dewa mengangkat tangannya pertanda dia tidaklah berbohong. Namun, Diandra masih terdiam. "Mas berani bersumpah apa pun atau lakuin apa pun biar kamu percaya." Dewa memegang kedua pundak Diandra dan menatapnya tajam.

Luruh sudah Diandra dengan tatapan mata Dewa yang teduh tetapi tegas dan disaat itu Dewa memeluknya erat.

"Yang Mas cintai hanya kamu, Sayang," bisik Dewa ketika Diandra berada dalam dekapannya.

***

Setelah kejadian wanita bernama Tari yang hampir membombardir kebahagiaan Diandra dan Dewa. Akhirnya kemesraan mereka kembali menghangat. Bahkan, lebih hangat dari sebelumya. Ah, setelah datangnya hujan badai ternyata menghadirkan pelangi yang begitu indah. Mungkin hal itu cukup menggambarkan keadaan rumah tangga Diandra dan Dewa saat ini.

"Masak apa, sih, Sayang? Wangi sekali," tanya Dewa ketika melihat istrinya yang sedang sibuk memasak di dapur. Bahkan, tangannya telah melingkar di perut langsing Diandra.

"Aku coba masak opor ayam, Mas." Diandra mengaduk-aduk kuah bersantan yang telah tercampur dengan ayam.

Dewa yang baru saja bangun tidur mencium aroma tubuh istrinya yang memang sudah mandi. Hasratnya ingin kembali melakukan hal indah yang sudah dilakukan tadi malam. Bahkan, Diandra masih mengenakan handuk kimono dan dalaman saja. Kepalanya pun masih basah terlilit handuk.

"Mas Dewa, mau ngapain?" desah Diandra ketika tangan suaminya mulai nakal menelusup ke dalam kimono putih yang dikenakan olehnya.

Dewa tidak menjawab, tetapi bibirnya mulai mengecup leher jenjang Diandra. Sensasi geli dari kumis dan jambang tipis Dewa kini dirasakan oleh Diandra. Bahkan, jemari besar Dewa kini menyentuh sesuatu yang kenyal di dalam sana.

Dengan segala belaian dan kecupan membuat Diandra terbakar hasrat bercinta. Dia mulai meletakkan pengaduk sayur dan tangannya kini berpindah pada tengkuk sang suami.

Dewa memeluk dan membelai tiap lekuk tubuh istrinya dengan lembut. Perlahan, kelembutan itu semakin liar dan Dewa menggendong tubuh Diandra ke kamar. Perlahan tubuh sintal Diandra terbaring di ranjang yang bahkan masih berantakan. Dewa sudah mulai tidak sanggup menahan hasratnya dan dia mulai membuka tali handuk kimono yang melilit perut istrinya.

"Sayang," bisik Dewa dengan suara beratnya.

Sepasang mata Diandra terbuka ketika suaminya memanggil. Diandra kini memang sudah tidak malu-malu seperti di awal pernikahan. Bahkan, saat ini dia bisa mengimbangi permainan Dewa yang sudah dikatakan senior dalam permainan panas di ranjang.

Diandra mengerti, suaminya ingin dilayani dan dialah yang harus memegang kendali. Diandra mulai mengecup dada bidang yang ditumbuhi bulu-bulu yang terlihat seksi. Badan Dewa menggelinjang ketika bibir seksi istrinya mengecup dan terasa hangat di dadanya.

"Sayaaang ...." erangan Dewa semakin membuat Diandra semangat untuk berlaku lebih. Tentu saja demi memuaskan hasrat suami yang dapat menjadikannya ladang pahala sebagai istri.

Tubuh Dewa seolah pasrah ketika kecupan-kecupan hangat bertubi-tubi menyerang perut, dada dan saat ini ada di lehernya. Napas hangat serta wangi tubuh Diandra seolah candu ketika mereka sedang bercinta.

"Ayo, Sayang ... aku udah enggak tah––"

Ucapan Dewa terhenti ketika Diandra yang malah menghentikan aksinya.

"Tunggu sebentar, Mas," ujar Diandra.

Diandra turun dari tubuh Dewa yang hanya terbalut selimut bagian bawahnya. Namun, saat kaki Diandra menyentuh lantai, Dewa langsung meraih tangan istrinya.

"Mau ke mana?" Suara Dewa semakin berat. Tentu saja dia tidak rela ditinggalkan istrinya ketika nafsunya telah memuncak.

"Mas enggak cium aroma ini?" tanya Diandra.

Dewa mencoba berpikir tenang dan mengendalikan hawa nafsu yang telah memuncak. "Astaga, ini bau angus," ucap Dewa.

Diandra langsung mengenakan handuk kimononya dan berlari ke dapur. "Astagaaaa ...." Mata Diandra membelalak saat melihat dapurnya telah dipenuhi oleh kepulan asap hitam dan tebal yang cukup memperburuk penglihatannya.

Napas Diandra terasa sesak dan saat itu juga pandangannya memudar, lalu gelap.

"Sayang?!" Dewa yang hanya mengenakan handuk pendek berteriak saat melihat istrinya telah tergolek di lantai dapur.

Quote:

Biarkan hujan badai membasahi bumi. Mungkin dia tidak selalu memberikan dampak baik bagi penghuni alam ini. Namun, percayalah. Dia tetap akan membawa kebaikan untuk kalian serta warna-warna yang akan tergores indah bak pelangi saat kalian menyadari bahwa selalu ada kebaikan yang akan menjadikan pelajaran di setiap musibah. _KwanSaga_

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Mimah e Gibran
piye toh kihhh......
goodnovel comment avatar
Suci Komala
Nanggung Thor... aduuuh.. wkwkwk
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Skandal Sang Sopir   98 || Raka Danu [TAMAT]

    Waktu bergulir begitu cepat. Tidak terasa usia pernikahan Calvin dan Diandra sudah menginjak dua tahun. Tepat di hari pernikahan mereka yang kedua, perut Diandra terasa mulas saat siang hari. Betapa syoknya dia ketika melihat celana dalamnya ada bercak darah dan ia pun berteriak."Bi! Bibi! Tolong aku!" teriakan itu menggelegar ketika rasa mulas sedikit mereda. Rasa mulas bercampur sakit yang datang lalu menghilang, datang dan menghilang, terus saja terulang hingga ritmenya semakin cepat. "Iya, Non." Pembantunya datang menghampiri. "Aku udah mules-mules, Bi. Di celanaku juga udah ada bercak darah. Apa aku mau melahirkan, ya?" tanya Diandra sambil memejamkan mata menahan rasa sakit dan mules. "Iya, Non, sepertinya cepat itu. Mari Bibi tolong, Non Diandra duduk dulu di tempat tidur dan Bibi akan panggil dulu Pak Winoto," ujar asisten rumah tangga itu yang akan memanggil laki-laki yang menjadi sopir. Diandra mengangguk dan berjalan ke tepi ranjang dibantu oleh asisten rumah tanggany

  • Skandal Sang Sopir   97 || Fusena Andaru

    Rumah dua lantai yang terlihat elegan di atas lahan yang luas di depan, belakang serta samping kiri dan kanannya kini sudah selesai dengan rentan waktu sekitar enam bulan pengerjaan. Calvin dan Diandra kini sudah tinggal di rumah tersebut. Diandra mengatur segala perabotan di rumah itu. Ia merasa bahagia hidup bersama Calvin. Rasa syukur atas limpahan rahmat dan kebahagiaan yang menurutnya sempurna dari Tuhan. Mulai dari memiliki suami yang baik, sabar, tampan dan begitu perhatian padanya. Keadaan mereka yang tentu saja tidak merasa kekurangan bahkan dapat dikatakan bergelimang harta tetapi tidak sama sekali membuat mereka merasa tinggi hati. Seperti saat ini, Diandra dan Calvin berencana ke panti asuhan sekadar ingin memberikan santunan wajib untuk anak-anak yang mungkin kurang beruntung. "Sudah siap, Sayang?" Calvin berbisik pada istrinya yang sedang duduk di kursi riasnya. "Dikit lagi, kamu tunggu di mobil aja, Ko. Enggak lama, tinggal dikit lagi," jawab Diandra sambil menepuk-

  • Skandal Sang Sopir   96 || Over Thinking

    Calvin terbangun. Antara merasa sadar dan bermimpi saat ia merasa ada seseorang yang terisak. Perlahan matanya terbuka dan ia sempat terkejut saat istrinya terlihat duduk memunggunginya dengan suara tangis pelan. "Sayang? Kamu kenapa?" tanya Calvin setelah ia duduk di samping Diandra. Diandra tidak menjawab, ia masih terisak dan tidak mau menatap suaminya. Lagi-lagi Calvin cukup kesulitan mengorek tentang apa yang sedang dirasakan oleh Diandra. Padahal seharusnya Diandra sudah lebih bisa terbuka pada Calvin. Namun, nyatanya traumatik itu cukup sulit dihilangkan. Trauma tentang kepercayaan yang ternodai oleh perselingkuhan masih terbawa hingga dipernikahannya yang kedua. "Coba jelaskan, please, Ket. Kalau seperti ini terus, gimana aku tau salah aku di mana?" "Maafin aku." Diandra berucap bersama suara tangis serta air mata yang tertumpah di pipi, bahkan pangkal hidungnya pun sudah memerah karena terus-menerus menangis. "Sini." Calvin memeluk erat Diandra. Calvin memberikan waktu b

  • Skandal Sang Sopir   95 || Curiga

    Pernikahan Calvin dan Diandra sudah berjalan tiga bulan. Mereka tampak bahagia meski di awal-awal pernikahan cukup banyak penyesuaian. Ya, pasti akan ada banyak hal yang harus diterima, dimaklumi dan diubah. Mereka saat ini dua kepala yang harus menjadi satu hati. Dua pemikiran yang harus bisa sejalan tentu saja sulit. Namun dengan saling menerima dan saling melengkapi akan dapat dijalani dengan baik, meski di awal-awal pasti akan terasa sulit. "Sarapan dulu, Ko!" Diandra berteriak di meja makan memanggil Calvin. Saat ini Diandra memilih menjadi istri yang full time di rumah, tentu saja mengurus rumah dan suaminya. Memanjakan diri dengan aktivitas yang ia sukai dan meninggalkan kantor di mana ia bekerja. Hal ini atas kesepakatan mereka berdua tentunya. "Iya, Sayang!" jawab Calvin yang keluar dari kamar bersama dasi yang ia pegang. Diandra bangkit dari kursi, lalu meraih dasi itu untuk dipakaikan di kerah kemeja suaminya. Calvin menatap wajah yang terlihat khusuk memasangkan dasi,

  • Skandal Sang Sopir   94 || Pernikahan.

    Calvin dan Diandra saling menatap, wajah mereka berdua terlihat bingung dan juga panik. "Mas? Mas Dewa?" Diandra mencoba menepuk-nepuk tangan Dewa, tetapi tidak ada pergerakan. Calvin meletakkan telunjuk di bawah hidung Dewa bermaksud mengecek napas laki-laki yang tiba-tiba tidak sadarkan diri. Lalu melanjutkan pada pergelangan tangan untuk mengecek detak nadinya. Hilang. "Kamu tunggu di sini, aku akan kembali secepatnya." Calvin gegas persegi dari ruang inap Dewa. Diandra bingung dengan sikap Calvin, hatinya berkata kalau ada hal buruk menimpa Dewa. Ia ingin mengecek tubuh Dewa, tetapi rasa takutnya membuat nyalinya menciut. Lima, sepuluh, lima belas menit berlalu Calvin belum juga kembali hingga akhirnya Diandra nekat untuk mengecek keadaan mantan suaminya. Mulai napas dari hidung, detak di nadi dan perlahan meski terasa sesak, ia memberanikan menempelkan telinganya pada dada Dewa yang masih terpejam tak berdaya. Mata Diandra membulat ketika tanda-tanda kehidupan tidak ditunjuk

  • Skandal Sang Sopir   93 || Sesal

    Dewa telah dipindah ruangan. Saat ini Magdalena masih setia menjaganya. Kekhawatiran menyelimuti wajah cantik Magdalena setelah enam jam berlalu, Dewa belum juga siuman. Padahal, kata dokter kondisinya sudah stabil. Sekitar jam delapan malam akhirnya ada pergerakan dari tubuh Dewa. Bibirnya mengatup-atup, tetapi belum ada suara. Sontak, Magdalena pun terlihat bahagia dan takjub bahwasannya seseorang yang ia cintai telah sadar dari komanya. "Dewa?" Magdalena menggenggam tangan Dewa dengan hangat. "Andraaaa ...." lirih Dewa dengan tatapan kosong melihat langit-langit kamar inap. Ada yang sakit, tetapi tidak berdarah ketika Dewa malah menyebutkan nama wanita lain padahal yang menjaga dan membawanya ke rumah sakit itu Magdalena. Namun, ia tidak bisa marah ketika menyadari begitu mengkhawatirkannya keadaan Dewa saat ini. Rasa ibanya mengalahkan rasa kecewa yang dirasakan Magdalena. **Pernikahan Diandra semakin dekat. Semuanya sudah dipersiapkan dengan matang. Perbincangan hangat pun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status