Beranda / Romansa / Skandal Terlarang Bersama Mertuaku / Bab 3 : Buka Bajumu, Sekarang!

Share

Bab 3 : Buka Bajumu, Sekarang!

Penulis: NACL
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-18 00:37:38

Laras menelan ludah saat menyadari bahwa Dirga tak berpaling darinya. Tangannya meremas celana hitam di atas paha, tatkala ia melirik kening memar pria itu.

Kini ia mengutuk diri karena serba salah, yakin bahwa pria itu pasti akan menghukumnya.

Habislah ia jika Dirga mengumumkan kejadian pagi tadi pada semua orang.

“Ya, saya Dokter Dirgantara Bradley.” Dirga tersenyum, dan tangan yang sebelumnya masuk ke dalam saku tiba-tiba menunjuk Laras. “Kamu.”

Seketika Laras mendongak dan wajahnya menjadi pucat. Tubuhnya mendadak dingin setelah Dirga menunjuknya, mungkin … Dokter itu akan membongkar semua.

“Umm … saya, Dok?” Laras menunjuk dirinya sendiri. Nahas nian nasibnya kini menjadi pusat perhatian para staf klinik dan aparat desa. Kalau hanya menghadapi Dirga sendirian mungkin ia bisa, tetapi ini di hadapan semua orang.

Sebelum bicara, Laras menarik napasnya lebih dulu. Namun, saat ia baru saja membuka mulut, pria itu berkata lagi padanya.

“Silakan perkenalkan diri.” Nada bicara pria itu begitu ringan dan … sekarang ekspresi wajahnya seolah memberi pelajaran pada Laras. Mata Dirga yang tajam dan alis tebalnya benar-benar mengintimidasi.

Laras mengembus napas panjang. “Selamat siang, semuanya. Saya Ayu Larasati. Asal dari Jakarta Selatan, dan lulusan Universitas Adhiwarsa. Biasa dipanggil Laras.”

Dirga mangut-mangut dan menyentuh dagunya yang berjanggut tipis itu. “Ya, selanjutnya.”

Rekan dokter muda satu per satu mulai perkenalan. Laras pun mengamati cara pandang Dirga yang berbeda, biasa saja tidak seperti padanya—sangat intens hingga bulu kuduknya merinding.

Selesai sesi perkenalan dengan semua staf, Laras dan dua rekannya dipisah. Satunya mengikuti dokter umum, dan yang lainnya dibutuhkan oleh dokter spesialis penyakit dalam.

Sementara Laras terdiam di tengah ruangan dengan perasaan yang tidak karuan. Hatinya berkata bahwa ia akan ….

Seorang wanita berpakaian perawat menghampirinya, lalu tersenyum. “Dokter Laras, sudah ditunggu di ruang Dokter Dirga. Mari, ikut saya.”

Perawat itu menggiring Laras, dan berjalan di depannya.

Langkahnya terasa berat, dan napasnya makin sesak mengingat ia ditugaskan bersama pria itu.

Sambil terus mengayunkan kaki, Laras mengusap dada. Debar jantungnya ini sungguh menggila karena mendapat kondisi di luar prediksi.

Pintu ruangan Dokter Dirgantara Bradley dibuka. Perawat mengulurkan tangan kanan, “Silakan, Dokter Laras.”

Laras mengangguk sekali, tangannya meremas jas putih miliknya. Mata hitamnya langsung menangkap sosok tubuh tinggi yang dibalut jas dokter dengan stetoskop menggantung di leher. Pria itu tengah berdiri sambil menunduk, memeriksa berkas medis.

Ia terkesiap kala perawat meninggalkannya di sini. Pintu pun tertutup. Spontan Laras menoleh, memperhatikan celah pintu yang benar-benar rapat.

“Kenapa melihat ke belakang?” Suara itu tiba-tiba saja menggema dalam telinganya.

Laras memutar pandangan. Pria itu baru saja menaruh berkas di atas meja. Kini melipat tangan depan dada, menunjukkan otot-otot lengan yang menonjol. Tatapannya juga seakan menguliti Laras.

“Saya … minta maaf karena sudah … menuduh kalau ….” Laras tak kuasa menyelesaikan ucapannya, kala melirik kening pria itu.

“Menuduh apa?” Pertanyaan Dirga membuat Laras berkeringat dingin.

Entah harus menjawab apa, yang jelas ia dibuat mati kutu. Salahnya memangnya tidak sempat mencari tahu informasi lebih tentang Dokter Dirga. Setidaknya foto pria itu.

“Saya bisa laporkan balik, atas dasar penganiayaan.” Alis Dirga terangkat dan sudut bibirnya berkedut.

Refleks Laras maju beberapa langkah, dan mengatupkan telapak tangannya.

“Tolong jangan laporkan balik, saya butuh intership di sini.” Laras sedikit menunduk.

Dirga duduk di kursinya. Nampak mengetuk-ngetuk meja, dan tatapannya datar. “Sampai malam, kamu di sini. Jangan ke mana-mana.”

Seketika Laras menatap Dirga. Ia meragu apakah itu perintah kerja … atau hukuman. Dirga tidak menjelaskan apa pun.

“Panggil pasien anak nomor satu,” titah Dirga, seraya memberikan tumpukan map tipis padanya.

“Siap, Dok.” Laras meraih map itu. Tanpa disadari jemarinya menyentuh kulit punggung tangan Dirga yang hangat dan lembut.

Entah sengaja atau tidak, Laras dapat merasakan bahwa Dokter itu membiarkan sentuhan itu terjadi, terlepas dari fokusnya yang tetap pada laptop.

Gegas Laras melaksanakan tugas pertamanya di klinik ini. Meskipun berbalut rasa tak enak hati lantaran Dirga kedapatan mengusap pelan memarnya. Namun, ia tidak bisa melakukan apa-apa untuk mengembalikan keadaan seperti semula, kecuali hanya mematuhi perintah pria itu.

Menjelang malam, klinik mulai kosong.

Suara pintu dari pasien anak terakhir membuat suasana di ruangan menjadi hening. Antiseptik yang sebelumnya tercium samar, sekarang mengendap pekat di udara. Bahkan perawat yang sedari tadi mondar-mandir, pulang satu per satu. Semua lampu mulai menyala, suhu meningkat, dan hanya mereka berdua di ruangan praktik ini.

Laras pura-pura sibuk memindahkan map rekam medis dari meja ke lemari, padahal matanya selalu menangkap keberadaan Dirga di kursi kerja.

Setiap kali ia mengambil map dari meja, jarak mereka cuma setengah lengan.

Sentuhan singkat di punggung tangannya tadi masih membekas, seolah ada arus yang sengaja dibiarkan mengalir.

Keringat di pelipisnya jatuh lagi. Laras menunduk dan menyekanya, tetapi bisa merasakan tatapan pria itu yang tajam, dingin, dan entah kenapa menjadikan napasnya berat.

“Buka jasnya.” Suara itu tiba-tiba terdengar begitu saja, membuat jantung Laras memukul keras dari dalam.

Ia gelagapan, “A–apa? Buka, Dok?”

Laras yang sedang berdiri, melangkah mundur. Sial, punggungnya membentur lemari berkas. Pikiran-pikiran buruk mulai singgah dalam benaknya.

Dirga mendekat dan tangannya terulur pada Laras. Spontan wanita itu menggeleng tegas.

“Saya nggak mau, Dok,” ucapnya dengan bibir gemetaran.

Dirga hanya mengangkat dagu, tatapannya tertuju pada mata Laras. “Kepanasan?”

Laras mengerjap. “Maksud Dokter …?”

Baru setelahnya pria itu menunjuk AC dan lampu. “Pilih salah satu.”

Butuh beberapa detik bagi Laras untuk tersambung dengan ucapan itu, dan rasa malu baru merayap begitu ia sadar maksudnya.

Mata Laras perlahan mengikuti gerakan tangan pria itu. Ia terdiam dan bibirnya separuh terbuka. Apa benar maksudnya cuma itu?

“Jaringan listrik di sini lemah,” sambung Dirga.

Bila dipikir-pikir memang benar. Sekarang lampu sudah menyala, berbeda dengan siang tadi, lebih banyak mengandalkan pencahayaan matahari yang menembus dari jendela-jendela besar.

“Lampu saja, Dok,” sahut Laras. Saat menyadari bahwa Dirga terus memperhatikannya, ia memilih buru-buru menyelesaikan pekerjaannya.

Diam-diam wanita itu juga melihat apa yang dilakukan Dokter itu lewat pantulan kaca di lemari.

Seketika matanya membelalak dan napasnya tercekat, saat mengetahui Dirga melepas kancing kemejanya hingga menunjukkan pahatan terlatih di baliknya. Peluh di tubuh Laras makin bercucuran kala matanya benar-benar terpaku pada bayangan pria itu.

Tidak fokus, Laras pun salah menyelipkan berkas hingga kotak obat yang ada di atasnya terjatuh. Refleks ia menutupi kepala dengan kedua tangannya.

Kotak obat itu nyaris menghantam kepalanya, hanya saja postur tinggi Dirga sudah lebih dulu menutupi tubuhnya. Punggung Laras merapat pada lemari, dan dadanya sedikit lagi menempel pada dada bidang pria itu. Napas hangat pria itu membawa aroma maskulin, membuat detak jantung menggila—entah miliknya, atau milik Dirga.

Tatapan Dokter itu menahan Laras, terpaku di tempat.

“Laras …,” bisik Dirga rendah, “apa kamu ….”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Koirul
masih ......... penasaran .....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Skandal Terlarang Bersama Mertuaku   Bab 126: Dituduh KDRT

    Berkat bantuan tetangga yang memiliki mobil, Paman Laras dibawa ke klinik. Dirga pun tidak mengangkat sendirian. Sampai di klinik 24 jam terdekat, Rahul segera diperiksa.Sementara Dirga berkoordinasi dengan dokter umum, Laras dan bibinya duduk gelisah di ruang tunggu.“Sejak kapan Mamang punya penyakit jantung, Bi?” Suara Laras mengalun pelan. Sepengetahuannya, Rahul selalu sehat. Bahkan tak pernah minum obat.Ratih menghela napas. “Nggak lama setelah kamu nikah sama Den Rama. Maaf, Bibi nggak cerita, takut ganggu rumah tangga kamu sama suami.”Laras makin prihatin mendengarnya. Sekarang pamannya baru tahu kalau Rama dipenjara dan melakukan KDRT, apa jadinya jika ia membongkar tentang perceraian dan tujuannya pulang kampung untuk meminta restu? Parahnya, ia akan menikahi mantan ayah mertuanya sendiri. Mungkin … dunia Rahul bisa luluh lantak.Laras menunduk, tatapannya jatuh pada perut. Teringat janinnya, sepertinya ia akan menutup rapat-rapat peristiwa kelam itu dari keluarga besar.

  • Skandal Terlarang Bersama Mertuaku   Bab 125: Minta Restu 2

    Laras menahan napas seketika. Jantungnya serasa merosot ke lambung. Ia bingung menjawab pertanyaan itu. Bukan tak pernah terpikir sebelumnya, ia sudah menyiapkan jawaban. Hanya saja, pada praktiknya, terasa sangat sulit.“Umm … itu … ituu—”“Ya ampun, Ras! Ih, kamu pulang nggak bilang-bilang. Padahal Bibi bisa masak enak buat kamu sama Den Rama. Mana atuh suami sultan kamu itu?” celetuk bibinya dari arah dapur, dengan wajah berkeringat dan daster penuh cipratan minyak.Laras tersenyum kecil sambil memelintir ujung cardigan krem-nya. Ia juga melirik sang paman yang masih menunggu jawaban.“Eh, itu siapa laki-laki ganteng? Sopir Den Rama, ya?” gumam bibinya, membuat Laras membelalak dan menoleh. Wajah Dirga tampak kecut dan kusut. Sudah pasti pria itu mendengar celotehan sang bibi.“Siapa dia, Ras? Kenapa juga kamu nggak pulang sama Den Rama?” tegur sang paman, lagi Dirga yang baru saja selesai menurunkan barang-barang dari mobil bergegas mendekat. Ia langsung mengulurkan tangan.“Sela

  • Skandal Terlarang Bersama Mertuaku   Bab 124: Minta Restu 1

    Melihat kecemasan di wajah Laras, Dirga memeluk erat tubuh mungil wanitanya yang agak kurus setelah keguguran. Ia mengecup berkali-kali pucuk kepala rambut hitam. Namun, tak ada kata yang disampaikan, hanya sentuhan menenangkan.“Dokter jangan siang-siang pulangnya, nanti di jalan keburu banyak orang.” Laras memainkan jemarinya di atas dada bidang pria itu.“Hm. Yang, saya masih kangen. Tapi kamu benar.” Dirga mengurai pelukan dan mencium bibir kekasihnya. “Makasih sarapannya, calon istri.” Sebelah matanya mengedip nakal.Laras hanya terkekeh kaku melihat tingkah mantan ayah mertua yang selalu bisa menghibur.“Belum juga resmi dilamar, udah bilang calon istri aja,” celetuk Laras sambil mencubit perut keras pria itu.“Maunya apa? Istri? Boleh,” goda Dirga makin menjadi-jadi.Tak ingin menahan pria itu lebih lama di rumahnya, Laras mendorong pelan Dirga keluar dari pintu belakang.Sebelum Dirga meninggalkan rumah, pria itu membaca pesan di ponsel. Wajahnya agak tegang dan napasnya menja

  • Skandal Terlarang Bersama Mertuaku   Bab 123: Cemburu Pada Anak 

    ​ ​“Gila, kamu Rama!” geram Leo, sambil melangkah mundur dan melindungi kepalanya. ​Baru saja nampan itu nyaris menyentuh kepalanya, pintu terbuka lebar. Dua orang petugas kepolisian gegas meringkus Rama. Leo pun segera keluar dan menatap putra dari kliennya dengan perasaan setengah iba, setengah mengutuk. ​“Argh … ini semua salah om, dasar penipu kalian semua. Gue nggak bakalan tinggal diam,” teriak Rama yang sudah kesurupan oleh amarahnya sendiri. ​Kedua tangannya pun diborgol dan dipaksa untuk duduk dengan tenang. ​Dari luar jeruji besi, Leo berkata, “jalani saja hukuman ini Rama. Anggap ini sebagai pelajaran berharga dalam hidup.” ​“Jangan sok tahu lu Om. Lu nggak ngerti rasanya jadi gue kayak gimana!” Bentak pria itu. ​Meskipun tubuhnya sudah tak berdaya, Rama masih berusaha bangkit untuk mengejar Leo dan menuntaskan amarahnya. ​Sementara Leo memilih keluar dari gedung kepolisian. Pria itu mau hubungi Dirga, tetapi karena jaringan yang buruk akhirnya ia hanya mengirimkan p

  • Skandal Terlarang Bersama Mertuaku   Bab 122: Ditipu

    Laras membekap mulutnya sendiri. Cairan bening nan asin luruh di pipinya. Ia seolah tak percaya bahwa semua ini adalah kenyataan.“Mimpi, ya?” gumamnya, karena untuk dibayangkan saja … itu terlalu indah. Laras tidak sanggup.Jika dulu menikahi seorang Rama—sang idola kampus adalah mimpi indah, sekarang justru bercerai darinya adalah anugerah terindah.“Bukan mimpi, Yang,” bisik Dirga, sensual, tepat di telinga sang kekasih.Dengan cepat pria itu memutar badan Laras, mencium bibirnya di bawah jemuran pakaian yang berkibar tersapu angin. Untuk membuktikan semua kenyataan, Dirga menggigit dan melumat bibir atas dan bawah bergantian.Laras melenguh sambil mengalungkan lengannya di leher pria itu. Menikmati setiap gerakan lidah panas yang membakar gairahnya.Tangan duda nakal tak lagi memegangi pinggul Laras, melainkan menyelinap masuk ke dalam piyama kucing ungu muda.“Hng … Dokter,” lenguh Laras, tubuhnya sudah merespon untuk dibawa melintasi kenikmatan dunia.“Kita masuk, Yang,” ajak Di

  • Skandal Terlarang Bersama Mertuaku   Bab 121: Duda Nakal dan Janda Muda

    Leo tidak lantas turun dari mobilnya, melainkan tetap bertahan. Orang itu tampak mencurigakan, meskipun menggunakan pakaian training kuning menyala. Leo kembali menghubungi kliennya, tetapi gagal. Sinyal di sini sangat buruk. Kaca mobil di samping kemudi diketuk. Leo melirik tajam dan menyembunyikan bukti-bukti ke jok belakang. Ia pun menggeleng. “Buka, Pak!” Suara itu terdengar lantang. Leo pun menancap gas untuk mundur, tetapi bannya kehilangan daya cengkeram sehingga hanya berputar terus karena jalan tanah yang licin. “Apa mereka ini orang suruhan Rama?” gumam Leo yang tahu betapa liciknya anak itu. Leo berusaha tetap tenang, hingga ponselnya berpendar. Ada satu pesan masuk yang sedari tadi ia tunggu. [Ada orang yang jemput di perbatasan desa. Namanya Pak Dading. Ini fotonya.] Setelah mencocokkan wajah pria di sampingnya dengan gambar di ponsel, barulah Leo berani membuka kaca dan menyapa, “Pak Dading, ya?” “Oh, iya, betul, Pak Leo. Saya diminta Dokter Dirga jemput ke sini.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status