Share

Angin

Serena dan Rafael berjalan bersama, ke ruang makan yang ada di villa keluarga Azam -- jauh dari perkotaan dan berada di perkebunan milik keluarga Azam.

Setelah pesta pernikahan Serena dan Rafael, tadi malam mereka semua langsung ke mari. Entah ini pengalihan masalah, tapi berkumpul di villa ini adalah ide Rafael.

Dia yang menyarankan keluarga Azam dan keluarga Lucard berkumpul di villa-- dengan embel-embel merayakan kebahagiaan bersama karena telah berhasil mewujudkan impian mendiang Kakek mereka.

Yah, Rafael se licik dan cerdik itu! Semua orang bisa ia manipulasi. 

"Oh, Serena."

Serena seketika menampilkan senyuman manis saat Mama mertuanya-- Satiya Adini Azam-- menyapanya. Mommy dari suaminya tersebut menghampirinya dan langsung membawanya untuk duduk di sebuah kursi meja makan -- ruang makan villa tersebut.

"Kamu ingin sarapan dengan apa, Sayang?"

"Ah, tidak perlu repot, Tante. Aku bisa ambil sendiri," ucap Serena dengan cepat karena tak enak pada Sati.

"Mommy dong, Sayang. Kamu kan sudah menikah dengan Rafael, sudah menjadi putri Mommy juga." Sati menegur halus. Cik cik cik, bisa-bisanya Serena masih memanggilnya Tante.

"Kak Serena belum terbiasa, Mom." Aesya, adik perempuan Rafael menimpali. "Pengantin baru memang suka kaku," tambahnya yang mendapat kekehan dari Sati maupun Ica (Mama Serena).

Serena hanya bisa senyum tersipu malu. Sial! Satiya -- Mama mertuanya ini begitu baik dan sempurna sekali sebagai seorang mama. Sayang sekali anaknya yang bernama Rafael itu sangat Dajjal dan setengah iblis juga.

Itu letak sialnya Serena. Yah, dari tiga putra Satiya kenapa Serena harus terjebak dan terikat dengan yang paling bastard. Rafael itu sangat sangat brengsek! Tapi manipulasi jadi Serena sulit mengungkapnya!

"Kak Rena, kau ingin sarapan apa?" tanya Aesya -- sengaja karena Serena hanya bengong saja.

"A--aku bisa, Eca." Serena menolak lagi, tak enak dengan adik iparnya tersebut.

"Tenang tenang!" Aesya dengan gercap menyiapkan sarapan untuk Serena. "Aku sangat senang karena aku punya Kakak perempuan, jadi biarkan aku menyambut Kakak dengan kesan yang manis."

Serena semakin kikuk, hanya bisa senyum kaku dengan tatapan tak enak pada adik iparnya tersebut.

Demi Tuhan! Keluarga ini sangat sempurna. Ayah mertua yang tampan dan tegas, Mama mertua yang baik seperti Dewi, para adik ipar yang juga sangat baik. Masalahnya hanya satu! Yah, suaminya yang bangke dan bastard. Hanya itu letak salahnya!

'Kenapa aku tidak menikah dengan Reigha saja. Cik, dia lebih tampan dari Rafael bangke. Ya … nggak apa-apa lah Ega lebih muda dua tahun, yang penting tampan dan setia. Daripada Rafael, benar-benar bajingan! Aku belum ikhlas menjadi istri Rafael, Tuhan.' batin Serena, memperhatikan adik iparnya -- Reigha yang merupakan kembaran Aesya -- dengan tatapan intens.

Laki-laki cuek itu sangat tampan, cara makannya anggunly dan mempesona.

Sret'

Suara kursi ditarik dari sebelahnya terdengar, Serena menoleh sekilas -- menatap gugup dan berkeringat dingin ke arah Rafael yang sudah duduk di sebelahnya.

Padahal tadi Serena datang ke sini bersama dengan Rafael. Namun dia tak gugup. Kenapa ketika Rafael duduk di sebelahnya dia jadi gugup?

"Jaga matamu!" bisik Rafael pelan -- berpura-pura mengambil selai hanya agar bisa memperingati Serena, tanpa ada yang curiga.

Serena melirik sinis ke arah Rafael, dia diam-diam mendengkus dongkol-- meraih roti yang tadi disiapkan oleh Aesya padanya lalu makamnya. 'Bangke! Dia nyuruh aku jaga mata?! Dia yang seharusnya diperingati. Jaga burung! Sialan!' batin Serena dengan pipi yang tiba-tiba memerah sendiri.

Bu--burung itu bukan hal yang negatif kan?!

Diam-diam Ica terus memperhatikan Serena dan Rafael. Walau putrinya sudah resmi menikah dengan Rafael, namun hatinya masih belum lega. Dia masih ingat tangisan Serena ketika meminta batal menikah dengan Rafael. Ada sesuatu!

'Mama sangat mengkhawatirkanmu, Nak. Tapi … maafkan Mama, Sayang. Papa yang akan kena masalah jika kamu batal menikah dengan Tuan Rafael,' batin Ica dengan menatap sendu pada putrinya yang terlihat gugup di sebelah Rafael.

Bahkan duduk di sebelah Rafael pun Serena berkeringat dingin. Apa putrinya benar-benar diperlakukan buruk oleh Rafael?

Uhuk' uhuk' uhuk'

Tiba-tiba Serena terbatuk-batuk, dengan sigap Rafael langsung menyodorkan gelasnya yang berisi air minum pada Serena. Begitu juga dengan Aesya, serta Thomas (Papa Serena) yang juga berniat memberikan air minum pada putrinya. Namun dia menahannya.

Ah, sudah ada Rafael yang menjaga putrinya. Melihat Rafael lebih sigap dibandingkan dia, Thomas diam-diam tersenyum tipis.

"Cik, singkirkan gelasmu!" ketus Rafael pada Aesya, menatap datar pada adiknya tersebut yang berniat memberikan air minum pada Serena ketika batuk tadi.

"Laki-laki sensi!" sinis Aesya, menarik gelasnya dan memilih menaruh gelas itu di depan Reigha -- kembarannya yang tampan dan … manis.

Melihat itu, Ica juga tersenyum tipis dan lega. Mungkin Rafael tak seburuk itu juga. Yah, mengingat Serena sejak awal memang tak ingin menikah dengan Rafael.

***

"Cik, Rafael!" kesal Serena, berusaha melepas tangan Rafael dari pinggangnya. Dia sedang di balkon villa -- rooftop, menatap luasnya perkebunan sembari menikmati senja. Lalu tiba-tiba Rafael datang dan sok romantis dengan memeluknya dari belakang.

"Darling, kita diperhatikan keluarga kita. Jadi bersikaplah yang manis," tegur Rafael dengan berbisik, enggan melepas pelukannya di pinggang Serena.

Serena menoleh untuk memastikan. Shit, benar saja! Papanya dan Pamanya -- ah, maksudnya Ayah mertuanya, juga yang lain menoleh ke arahnya dan Rafael.

'Apa karena masalah aku yang sempat ingin kabur mereka jadi suka merhatiin aku dan El yah?' batin Serena, tersenyum kikuk ke arah keluarganya. Lalu dia kembali menghadap pemandangan, memasang wajah masam dan tertekan.

"Bajingan! Kamu memanfaatkan situasi. Aku benci kamu, El!" desis Serena dengan sengaja menyikut perut Rafael secara kuat.

"Stupid, apa salahnya aku memeluk istriku sendiri?!" Rafael menggeram datar, menekuk alis dengan tajam sembari memperingati Serena. "Jadi kau ingin dipeluk oleh siapa, hah?!"

"Idih!" Serena mendelik, menatap Rafael julid lalu kembali menatap pemandangan. "Kenapa kau tidak dengan Jenner saja? Seperti sebelum kita menikah. Kau bisa memeluknya sepuas hatimu dan dia juga suka dipeluk olehmu. Dia akan bilang 'Ayo, El sayang, peluk aku lebih erat, aku kedinginan, Rafael," nyinyir Serena, nadanya julid dan sengaja dipelankan juga agar yang lain tak mendengar percapakan mereka.

Rafael hanya diam dan memperhatikan. Lebih tepatnya dia menatap bibir Serena yang ranum dan menggoda -- terlebih saat Serena mencerocos begini. Gluk'

"Jika aku beri tahu foto yang kekasihmu itu kirimkan ke aku pada Paman Gabriel, menurutmu apa aku akan tetap menjadi istrimu?!" lanjut Serena dengan nada mengancam, sudah menghadap Rafael dengan menatap penuh kebencian pada Rafael.

"Foto apa yang kau maksud?" Rafael mengerutkan kening, terlihat bingung dan seolah tak tahu apa-apa.

"Ini." Serena mengambil handphone -- kebetulan dia membawanya juga. Lalu dia menunjukkan sesuatu dilayar handphonenya tersebut pada Rafael.

Sebuah foto yang dikirimkan Jenner padanya di detik-detik dia akan menjadi istri pria bajingan ini.

Rafael merampas handphone tersebut, memperhatikan foto itu. Lalu tiba-tiba dia menyeringai tipis, mengembalikan handphone Serena  dengan santai. "Cik, Baby Girl, maaf … tapi aku tidak sengaja menghapusnya."

Serena melotot horor, sontak dia mencari foto tadi dalam file penyimpanan. Namun hasilnya nihil! Rafael menghapusnya, bahkan semua salinan yang sudah Serena siapkan.

'Aaaa … aku bodoh sekali! Kenapa tadi aku memberikan handphoneku pada si Bangke ini?! Ya Tuhan!! Buktinya hilang. Padahal aku ingin melihatnya babak belur oleh Paman.'

"Ka--Kau!!" Serena benar-benar tak habis pikir dengan pria kejam bastard satu ini!

Rafael menyeringai puas, tiba-tiba dia memajukan kepalanya dengan cepat dan langsung menempelkan bibirnya di atas bibir Serena -- semakin membuat Serena syok dan membatu karena …--

Cup'

Hell! Keluarga mereka ada di sini. Semuanya!

"Rafael!" Suara tegas dan nada tinggi Gabriel mengalun-- membuat Rafael menarik bibirnya dari atas bibir ranum Serena. "Ada Zayyan di sini. Jaga sikapmu!" peringatnya.

Bukan hanya Zayyan, tapi masih ada keponakannya juga di sini -- Jabir Darion De Felix yang sama usianya dengan Zayyan LavRoy Azam. Yah, dua belas tahun masih dibawah umur untuk melihat hal seperti yang dipertontonkan oleh Rafael. Terlebih  Zayyan sangat mengidolakan Abang El-nya.

"Angin, Daddy." Rafael menjawab dengan santai. Dia tiba-tiba mengangkat satu tangan-- memegang sapu tangan yang berkibar, menunjukkan pada Daddynya jika memang ada angin.

"Angin," tambahnya setelah membuktikan jika memang angin sedang bertiup di sini, memasang tampang tanpa merasa bersalah sedikitpun pada Daddynya yang sudah mengatupkan rahang -- geram dan tak habis pikir dengan Rafael.

Anak nakal itu entah mencontoh siapa. Sikapnya sangat …-- Shit! Rafael seperti bukan anak kandungnya Gabriel saja. Rafael sangat berbeda dengannya!

"Heran. Anak itu kenapa bisa tidak punya kesopanan!" gerutu Gabriel yang sudah kembali fokus pada tablet mahalnya. "Dia bukan anakku! Atau jangan-jangan dia anak yang dipungut oleh Satiya," lanjutnya sangking kesalnya dengan sikap putranya itu.

Babak belur beberapa kali oleh Gabriel, tapi Rafael tak pernah tobat!

"Kalian mirip, Tuan." Thomas menggelengkan kepala karena tak habis pikir.

"Little monster dan Tuanku sangat mirip. Jangan menyengkal, Geb," kekeh Marcus yang mendapat anggukan dari yang lainnya.

Marcus merupakan sahabat sekaligus kepercayaan Gabriel juga.

Di sisi lain, Rafael menarik Serena dari sana. Wajah Rafael sangat tak bersahabat, dia tak suka melihat Maxim dan Serena saling berpandangan.

Sial! Jika saja Daddynya dan Paman Alfa-nya tak ada di sini, Rafael sudah memukul Maxim hingga pria itu masuk rumah sakit ruang VIP.

"Ikut denganku!" geram Rafael, berdesis dan terlihat marah.

"Aku tidak mau, El. Aku masih …-"

"Diam kau!"

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Ristiana Cakrawangsa
kenapa dihapus?
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
kasihan serena
goodnovel comment avatar
CacaCici
Wkwkwk ... ya, nggak berani dong si Bapak Gab.>.<
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status