Share

Sebuah Perpisahan

Author: Kayinkayinn
last update Last Updated: 2023-12-06 09:41:05

"Jadi, apa keputusanmu"? tanya Haris sambil memandangi wajah Harum dengan ekspresi wajah yang cukup khawatir, kedua bola mata yang terlihat sedih, sendu juga gugup.

"Har, aku . . ."

"Kamu mau kita putus seperti ini?" tanya Haris memotong pembicaraan hingga membuat Harum yang mendengar kata putus meluncur dari mulut Haris begitu terkejut dan tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Kamu mau kita putus, Har?" tanya Harum dengan mata berkaca-kaca.

"Kamu tidak bisa menolak perjodohan ini bukan? Kamu juga tidak mau memperjuangkan hubungan kita kan, Rum? Jadi, salah satu caranya mungkin kita ya harus putus."

"Semudah itu kamu bilang kata putus setelah 3 tahun kita mengukir kenangan manis kita bersama?" Harum menitikkan air matanya hingga membuat Dewa yang melihat air mata Harum membasahi kelopak matanya merasa bersalah karena sudah membuat mereka bertengkar.

"Lalu, aku harus bagaimana? Kamu juga tidak bisa menolak perjodohan ini karena rasa sayang kamu terhadap orang tua kamu bukan? Apa aku harus membuatmu untuk menjadi anak yang tak berbakti kepada orang tuanya?"

Harum terdiam sejenak. Selama menjalin hubungan hampir 3 tahun lamanya, Haris memang tahu sikap dan karakter Harum selama ini. Walau dia adalah gadis yang manja dan memiliki segalanya karena keluarganya yang berada, namun Harum selalu memprioritaskan keluarga di atas segalanya.

Haris juga tak pernah memaksakan kehendaknya karena selama ini, mereka selalu menjunjung tinggi prinsip hidup mereka yang kuat dan saling menghargai apapun pilihan dan keputusan mereka selama ini. Maka dari itu, hubungan mereka berlangsung lama karena sifat mereka yang jarang di temukan di dalam pasangan muda saat ini.

"Kita putus saja, Rum. Aku akan selalu kalah jika disandingkan dengan keluargamu.Jadi, aku tidak mau memaksakan hubungan kita lagi yang ujung-ujungnya pun kita tidak akan bahagia, apalagi bisa bersama," tutur Haris pelan sambil menundukkan kepalanya, tak berani menatap wajah Harum yang sejak tadi hanya bisa meneteskan air matanya secara diam-diam.

"Maaffin aku, Har," katanya terbata-bata.

"Kamu tidak salah, ini juga bukan keinginanmu."

"Maaffkan aku yang tidak bisa mempertahankan hubungan kita dan tidak bisa memperjuangkannya bersama-sama."

"Tidak apa-apa, aku bisa mengerti. Terimakasih untuk 3 tahunnya, Rum. Aku bahagia bisa mengenalmu dan bisa menjalin hubungan yang singkat ini bersamamu."

"Terimakasih juga untuk semuanya, kekasihku."

Harum memberanikan dirinya untuk menatap wajah Haris yang kini hanya akan menjadi mantan kekasih terindahnya dengan mata berkaca-kaca dan juga perasaan bersalah yang menyelimutinya.

Haris tersenyum lebar. Ia mendekap tubuh Harum yang mungil dan memeluknya dengan erat. Harum yang dipeluk seperti ini hanya bisa kembali menangis hingga membuat Dewa yang melihat perpisahan menyakitkan mereka semakin merasa bersalah. Karena perjodohan ini, dirinya juga merasa bersalah karena hubungan mereka jadi kandas begitu saja.

Padahal, Dewa bisa melihat kalau mereka saling mencintai, bahkan sepertinya Haris adalah pria yang baik untuk Harum.

Jika saja Dewa tidak hadir di antara mereka, mereka mungkin akan menjadi pasangan yang bahagia bahkan, bisa berlanjut ke dalam hubungan yang lebih serius. walau pun mereka masih muda, tapi Dewa melihat ada keseriusan di dalam diri Haris.

Haris melepaskan pelukannya. Ini mungkin tidak mudah untuk Haris dan untuk keduanya yang awalnya hubungan mereka baik-baik saja, kini kandas di tengah jalan dan berpisah secara tiba-tiba tanpa di minta. Haris berjalan satu langkah untuk lebih dekat dengan Harum. Ia memberanikan dirinya untuk mencium kening mantan kekasihnya untuk terakhir kalinya.

" I love you, Bunga Harum Permata Sari."

"I love you to, Haris Hermawan Permana."

Setelah menggenggan kedua tangan harum, secara perlahan Haris melepaskan genggaman tangannya kemudian pergi setelah melirik ke arah Dewa sebentar.

"Jaga Harum baik-baik," katahnya pelan kepada Dewa kemudian pergi.

Melihat kepergian Haris, Harum sungguh tak rela. Bagaimana ia harus menjalani hari-harinya ke depan? Di kampus, walau tidak satu jurusan tapi mereka pasti akan sering bertemu karena mereka berada di dalam ruang lingkup yang sama. Yang awalnya berteman baik, kemudian menjalin hubungan kini hanya akan menjadi orang asing. Dan, Harum sungguh tak rela melepaskan hubungan ini begitu saja.

Melihat Harum yang menangis sambil memandangi kepergian Haris, Dewa memberanikan dirinya untuk berjalan dan menghampiri Harum.

"Maafkan saya, Rum. Karena saya, hubungan kalian jadi tidak baik."

"Kamu nggak salah, Kak. Ini sudah menjadi takdir kami berdua. Kalau di lanjutkan pun tetap akan berpisah pada akhirnya karena kita hanya akan saling menyakiti saja. Dan, itu akan membuat hubungan kami jadi tidak sehat. Dan, itu juga tidak akan baik untuk kami berdua."

"Kamu sangat dewasa sekali. Bisa berpikir terbuka dan bersikap bijaksana dalam menyikapi permasalahanmu di usiamu, itu sangatlah hebat."

Harum menoleh ke arah Dewa dan memandanginya cukup lama.

"Aku kagum padamu, Kak," katanya tiba-tiba.

"Kagum kenapa?" Dewa terlihat bingung.

"Kagum karena walau kakak tahu kita dijodohkan, tapi kakak tidak memaksakan kehendak kakak dan tidak ingin hubunganku rusak dengan Haris. Kakak pria yang hebat. Kelak, perempuan yang menjadi istri kakak pasti bahagia bisa dicintai oleh kakak."

Dewa tersenyum tipis. Ia berjalan mendekati Harum dan berdiri di hadapannya sambil memandangi kedua bola matanya dengan tatapan mata yang begitu tulus.

"Boleh saya menggenggam tanganmu?" tanya Dewa meminta izin.

Harum tertawa kecil. Ia menghapus air matanya kemudian menganggukkan kepala. Setelah diizinkan sang pemilik tangan, Dewa menggenggam kedua tangan Harum dan kembali menatapnya.

"Di masa depan saya, hanya akan ada kamu. Calon istri saya hanyalah kamu. Pria yang akan menjadi masa depanmu sebagai suamimu itu dan akan selalu mencintaimu pun itu adalah saya. Jadi, perempuan beruntung itu adalah kamu, Gadisku."

Harum kembali meneteskan air matanya begitu mendengar pernyataan Dewa dengan sebuah kalimat yang begitu indah.

"Saya tahu, ini adalah waktu yang salah bagi saya karena sudah mengatakan hal ini. Karena secara tidak langsung, saya mengambil kesempatan dalam kesempitan setelah perpisahanmu dengan kekasihmu. Tapi, Harum, saya cuma akan mengatakan kepadamu, bahwa saya tulus kepadamu. Dan, saya serius ingin mempersuntingmu. Saya selalu bilang kan, saya sudah menyukaimu sejak lama. Kalau saya bilang saya sudah menyukai kamu sejak dulu, apa kamu akan percaya?"

Harum mengernyitkan keningnya bingung. "Kenapa bisa? Memangnya, dulu kita pernah bertemu, yah? Ko, rasanya, aku lupa akan kenangan itu."

Dewa mempererat genggaman tangannya dan menatap wajah Harum begitu lekat.

"Kita pernah bertemu saat kamu masih SMA. Di kota Bandung, tepatnya saat kamu berlibur dengan keluargamu di sebuah villa. Saat itu kita bertemu dan saat itulah pertama kalinya saya jatuh cinta kepada seorang gadis berusia 16 tahun dan berharap suatu hari nanti kita bisa bersama dan di sandingkan di atas pelaminan."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Suami Dadakanku CEO Tampan   Hubungan yang Semakin Intim

    Malam hari itu, cahaya senja memancar memasuki jendela rumah Harum dan Dewa. Ruangan itu dihiasi dengan bunga segar yang menyebar wangi dengab lembut. Setelah kejadian di kantor tadi siang, Dewa dengan senyum lembut di wajahnya, menciptakan suasana makan malam yang indah dan romantis di tengah-tengah rumah mereka. Meja makan mereka terhias dengan kain putih yang elegan, piring-piring cantik, dan lilin-lilin kecil yang menyala dengan lembut. Malam hari ini Dewa sengaja menciptakan makan malam romantis, sebagai tanda permintaan maafnya dan kesungguhannya atas rasa cintanya kepada istrinya itu."Harum, aku ingin membuat malam ini istimewa. Aku ingin kita merayakan hari ini bersama, baik sebagai pasangan maupun sebagai rekan bisnis yang sukses. Ayo duduk, makan malam kita sudah siap."Harum terkesima dengan keindahan yang dibuat suaminya, dengan hati yg berdebar-debar ia duduk dengan lembut di kursi yang telah disiapkan sang suami. Dewa yang begitu perhatian dan romantis, membuat hati Ha

  • Suami Dadakanku CEO Tampan   Percikan Api

    "Hay, Martin. Sudah lama yah kita tak berjumpa!" katanya menyapa ramah, dengan sorotan matanya yang terlihat bersahabat, dan merindukan sosok pria bernama Martin itu."Jesika? Sedang apa kau ada di sini?" Martin membelalak.Kedua bola matanya membulat tajam dengan sempurna. Ia terlalu terkejut begitu melihat sosok perempuan tinggi semapai, dengan rambut bergelombang kecoklatan itu, tiba-tiba saja membuka pintu dan masuk ke dalam ruang kerja Dewa.Perempuan cantik bernama Jesika itu melangkahkan kakinya berjalan menghampiri Martin, bersama dengan Gladis yang berada dibelakangnya."Dia jadi brand ambassador new brand fashion milik perusahaan Dewa bersamaku. Bagaimana kabarmu, Martin?" tanya Gladis sambil mengulurkan tangannya.Martin tersenyum dan membalas uluran tangan Gladis. "Aku baik, bagaimana kabarmu?""Nice. Kapan kamu kembali ke Indonesia?" tanyanya kembali dan sedikit melirik ke arah Dewa yang sejak tadi hanya diam saja dan tampak kaku."2 hari yang lalu," tutur Martin menjawab

  • Suami Dadakanku CEO Tampan   Inovasi Baru

    Hari itu, Harum membantu Dewa seharian penuh di perusahaannya. Dengan kemampuan yang ia miliki dan mengerti sangat jelas tentang dunia fashion dan desain, ia berada di ruang rapat bersama tim riset dan tim desain perusahaan Dewa. Mereka semua tampak sibuk mempersiapkan acara peluncuran brand baru fashion yang akan menjadi tonggak bersejarah bagi perusahaan Lumiere Mode."Wah, koleksi ini sudah sangat bagus, tapi saya punya ide untuk sedikit mengubah dan memperbaharui desainnya," ujar Harum sambil melihat-lihat desain fashion milik perusahaan suaminya."Tentu, Ibu Harum. Kami sangat terbuka dengan saran dan ide Anda. Bagaimana Anda ingin merubahnya?" tanya salah satu tim desain."Pertama, saya pikir kita bisa menambahkan sedikit sentuhan warna yang lebih cerah. Mungkin dengan menambahkan aksen warna cerah seperti kuning, merah, atau biru pada beberapa busana, ini akan membuat koleksi kita lebih menarik dan mencuri perhatian," katanya memberi saran."Itu ide yang bagus. Warna cerah bisa

  • Suami Dadakanku CEO Tampan   Elysian

    "Ini tidak mungkin terjadi! Bagaimana bisa Startlight menciptakan brand yang sangat mirip dengan brand baru kita? Ini bisa mengacaukan peluncuran kita nanti!" seru Dewa dengan ekspresi terkejut dan rasa cemas begitu ia sampai di ruang meeting, ketika pagi tadi dihubungi oleh sekertarisnya, untuk segera datang ke kantor."Kami juga sangat terkejut dengan situasinya. Kami sedang menyelidikinya untuk melihat, apakah ada pelanggaran hak cipta yang terjadi. Namun, sepertinya mereka telah menemukan celah dalam sistem perlindungan kita, Pak," tutur Ria menjelaskan.Dewa menggenggam tangannya dengan ketat, ekspresi wajahnya terlihat kecewa dan amarahnya sangat terlihat diwajahnya."Ini benar-benar tidak masuk akal. Peluncuran brand baru kita adalah langkah besar bagi perusahaan kita.""Kami sepenuhnya memahami, Pak. Kami sudah memeriksa legalitas desain dan nama merk kita, dan kami meyakini bahwa kita memiliki hak yang sah atas brand ini. Namun, kita harus mencari tahu langkah apa yang harus d

  • Suami Dadakanku CEO Tampan   Sarapan Romantis

    Pagi yang cerah menyambut Harum dan Dewa, sepasang pengantin muda yang baru saja bangun tidur. Matahari terbit dengan lembut, menerangi kamar mereka yang dipenuhi dengan cahaya hangat. Harum membuka matanya perlahan dan tersenyum melihat Dewa yang masih terlelap di sampingnya.Ah, pagi yang indah," tutur Harum pelan begitu membuka mata dari mimpi indahnya, serta menggaruk-garuk ke dua matanya sambil tersenyum lebar. "Selamat pagi, Sayangku. Sudah siap menyambut hari yang penuh kebahagiaan?" ucap Dewa lembut sambil memandangi wajah istrinya yang berbaring disampingnya, kemudian memeluk istrinya dengan mesra.Harum tersipu malu begitu suaminya memeluknya dengan mesra. Rasanya sangat aneh, seperti mimpi ia telah resmi menjadi istri sah dari seorang CEO muda dan tampan seperti Dewa. "Pagi, Sayangku. Aku selalu siap menghadapi hari yang cerah seperti ini," sahutnya sambil membalas pelukan suaminya, kemudian bermanja-manja dalam pelukan suaminya itu."Oya, bgaimana kalau kita memulai hari

  • Suami Dadakanku CEO Tampan   Kejutan Harum

    "Martin? Sedang apa kau di sini?" Pria berbadan tinggi tegap itu datang menghampiri Dewa. Begitu jarak ke duanya cukup dekat, ia tiba-tiba saja mengulurkan tangannya seraya tersenyum lebar."How are you, Dewa?""Fine. Long time no see, Martin!" serunya sembari membalas uluran tangan pria bernama Martin itu kemudian memeluknya dengan erat, "jadi, kapan lo balik ke Indonesia?" tanyanya begitu mereka berdua berada di ruangan kerja Dewa."Hm, yesterday the day after. How?" tanya Martin yang membuat Dewa bingung."Bagaimana apanya?" Dewa mengernyitkan keningnya bingung."Life after marriage?"Dewa tertawa lebar. Ia melipat ke dua tangannya kemudian menatap Martin, sepupunya yang sudah lama tinggal di New York dan baru saja kembali lagi ke Indonesia."Kenapa lo tertawa? Apa pernikahanmu tidak menyenangkan?" tanya Martin dengan mata menyelidik."It's fun. It's amazing and just what i imagined all along. Menyusullah kalau sudah ada pasangan," tutur Dewa menggoda sepupunya.Martin hanya terta

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status