Share

Membayangkan Indahnya Pernikahan

Kami makan malam bersama. Karena dari tadi membahas tentang pernikahan, aku jadi membayangkan kalau nanti aku sudah menikah, lalu aku ikut dengan suamiku, pasti dirumah ini akan terasa sepi, hanya ada Mama dan Papa. Rasanya aku ingin tetap tinggal disini bersama mereka, menemani sisa usianya. Menjaganya jika mereka sakit, itu adalah tugasku sebagai seorang anak satu-satunya, karena hanya aku harapannya. Hanya aku yang mereka punya.

"Ma, nanti kalau aku sudah menikah, aku masih boleh tinggal disini kan?" Tanyaku sambil menyantap makan malam.

"Boleh, tapi kalau suamimu mau membawa kamu untuk tinggal dirumahnya, kamu harus ikuti dia. Karena kan surga seorang istri ada ditelapak kaki suaminya."

"Kalau surga seorang suami, ada dimana?" Tanyaku lagi.

"Dibawah telapak kaki ibunya, dia akan tetap menjadi milik ibunya sampai dia meninggal."

Semoga kelak aku bisa mendapatkan suami yang sholeh, pengertian, membolehkan aku untuk tetap berkarir diluar tapi aku juga tidak meninggalkan tugas utamaku sebagai seorang istri dan ibu. Ah membayangkan itu, aku jadi ingin secepatnya menjadi dewasa, kuliah, bekerja, lalu menikah dengan orang yang aku cintai. Kalau aku melihat pasangan yang baru menikah, rasanya mereka bahagia sekali, karena sudah bisa terikat dalam hubungan yang halal. Ah sudahlah, aku tidak ingin membayangkan terlalu jauh, karena prosesku untuk sampai kesana masih lama.

Selesai makan, aku memasukkan lagi makanan yang masih tersisa ke dalam tudung saji, lalu aku mencuci piring-piring kotor. Selesai mencuci piring, aku masuk ke dalam kamar, aku membuka buku yang tadi kupelajari disekolah. Aku membacanya lagi, agar tidak lupa. Aku juga mengecek apakah ada PR atau tidak. Alhamdulillah, ternyata tidak ada.

Ingat sekolah, aku jadi ingat lagi dengan Pak Aidan. Guru baru yang membuatku senyum-senyum sendiri itu. Feeling-ku mengatakan bahwa ia belum menikah.

Ada kesan yang berbeda, saat pertama kali aku melihatnya, mungkin ini adalah rasa kagum. Sudah lama aku tidak mengagumi seorang laki-laki, sampai lupa bagaimana rasanya antara kagum dan cinta.

Aku termasuk orang yang sulit jatuh cinta, entah mengapa, apakah ekspektasiku yang terlalu tinggi ataukah belum ada orang yang benar-benar layak untuk aku cintai. Aku merasa bahagia dengan diriku yang seperti ini, dengan begitu, aku tidak merasakan sakit hati. Karena biasanya kalau sudah jatuh cinta, ada perasaan ingin memiliki atau cemburu jika orang yang kita cintai ternyata jatuh cinta dengan orang lain.

Teman-temanku sering sekali curhat denganku tentang pasangannya atau tentang orang yang sedang mereka sukai, lalu mereka sering sakit hati karena laki-laki yang mereka taksir, ternyata suka dengan temannya sendiri atau dengan orang lain. Beruntungnya aku, yang tidak pernah merasakan hal seperti itu.

Drrttt… Drrtttt…

Handphone-ku bergetar, kulihat Tiara meneleponku.

"Hallo, Ti!"

"Iya Deev!"

"Kenapa? Kamu nangis ya?"

"Aku diputusin sama Rangga!"

"Kok bisa diputusin?"

"Ga tau sebabnya apa, tiba-tiba aja dia mutusin aku!"

"Kamu sabar ya! Cowok kan bukan cuma dia aja."

"Tapi aku masih cinta banget sama dia Deev! Aku curiga, kayaknya dia udah punya cewek lain deh."

"Kamu kok bisa curiga gitu?"

"Feeling aja! Kalau emang dia ga selingkuh, masa tau-tau dia pergi gitu aja dari aku?"

"Yaudah biarin aja cowok kayak gitu pergi, kalau dia sudah mutusin kamu begitu, itu berati dia bukan yang terbaik untuk kamu."

"Tapi aku sedih Deev!"

"Iya, sedih itu wajar, tapi jangan berlarut-larut ya! Masih banyak cowok lain yang lebih baik dari dia!"

"Iya, mungkin Rangga emang bukan yang terbaik untuk aku."

"Iya, aku yakin setelah Rangga, akan ada cowok yang lebih baik yang akan menyatakan cinta kepadamu lagi"

"Iya, aku harus sabar, aku harus kuat!"

"Benar banget, kamu juga harus semangat ya!"

"Makasih ya Deev. Yaudah deh, aku mau isrirahat dulu."

"Iya, met istirahat, bye!"

"Bye!"

Aku menutup teleponnya. Mungkin aku bisa bilang begitu pada Tiara, karena aku belum pernah merasakan berada diposisinya. Aku belum pernah merasakan jatuh cinta yang mendalam terhadap laki-laki, aku belum pernah merasakan sakit hati karena diputusi cowok. Kalau boleh memilih, aku tidak ingin merasakan sakit hati karena cinta.

Tiba-tiba aku teringat dengan Pak Aidan, aku membuka i*******m, lalu kucari nama Aidan, mungkin saja aku bisa menemukan akun i*******mnya.

Ada banyak nama Aidan, aku buka profilnya satu persatu, akhirnya aku menemukan akun instagramnya Pak Aidan. Kulihat fotonya satu persatu, ada foto kebersamaannya dengan keluarganya, tapi tak ada foto kebersamaan dengan wanita, sepertinya ia belum menikah. Aku memfollow akun instagramnya. Aku berharap pak Aidan juga memfollow akun instagramku. Benar saja, beberapa menit kemudian ia memfollow akun instagramku. Apakah ia tahu kalau aku ini anak muridnya? Aku jadi deg-degan seperti ini. Semoga saja ia tidak mengenaliku.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status