Share

Suami Pilihan Bunda
Suami Pilihan Bunda
Penulis: Rani

perjodohan

Matahari terbenam, digantikan oleh bulan dan bintang yang bersinar terang, Embun Zuffani Rachalia, seorang gadis berkerudung hitam sedang duduk melamun di teras rumah.

Sinta Wulandari, bunda Embun menghampiri anaknya. "Jangan melamun, nanti kesambet."

"Bunda yakin ingin menjodohkan aku dengan lelaki itu, aku belum tahu bagaimana sifatnya, emangnya Bunda mau lihat aku disakiti olehnya."

Bunda memegang tangan Embun. "Insyaallah dia lelaki yang tepat untuk bersanding denganmu."

"Bunda sudah tua dan sering sakit-sakitan, Bunda tidak akan bisa menemani kamu selamanya."

"Bunda ga boleh ngomong gitu, Embun hanya punya Bunda, cukup Ayah yang meninggalkan Embun, Bunda jangan."

"Sekarang kamu siap-siap, Bunda sudah menyiapkan pakaian kamu diatas ranjang."

Embun menarik napas panjang. "Baik Bun." Mau tidak mau Ia harus menuruti permintaan Bunda.

Embun melihat dirinya dipantulan kaca, baju gamis berwarna sage yang di padukan dengan jilbab berwarna senada, Ia masih tidak menyangka akan dijodohkan dengan lelaki yang tak Ia kenal sebelumnya.

Sesampainya di sebuah cafe yang sangat terkenal dengan makannya yang lezat dan pasti harganya menguras kantong, mereka berjalan menuju meja yang telah dipesankan oleh Laura, Mama Aksa.

"Maaf kita terlambat, tadi jalannya macet."

"Tidak apa-apa Jeng, kita juga baru sampai."

"Cantik banget calon mantu Mama."

"Makasih Tan," ujar Embun tersenyum.

"Panggil Mama dan Papa, sebentar lagi kamu akan jadi bagian dari keluarga Mama."

"Iya Mama, Papa," ujar Embun gugup.

Mereka bercanda ria, berbeda dengan Embun dan Aksa yang sedari tadi hanya terdiam tanpa ingin bergabung dengan pembicaraan orang tuanya.

"Bisa bicara sebentar?" tanya Embun kepada Aksa.

"Mama, Papa, Bunda, kita izin keluar dulu," pamit mereka.

Mereka duduk dikursi panjang di samping cafe. "Apa kakak yakin menerima perjodohan ini?" tanya Embun

Aksa melihat Embun sejenak. "Bagaimana dengan kamu?"

"Aku tidak ingin mengecewakan Bunda dan almarhum Ayah, tapi kalau kakak yang menolak Bunda ga akan memaksakan perjodohan ini."

"Awalnya aku ingin menolak tapi aku ga tega melihat mereka kecewa," ujar Aksa.

Aksa memegang tangan Embun dengan tatapan yang sangat dalam. "Aku mohon kamu menerima semua ini demi kebahagiaan orang tua kita, aku akan berusaha menjadi suami yang terbaik untukmu."

Embun terdiam seribu bahasa, ini semua diluar ekspektasinya. "Mohon bimbing aku agar bisa menjadi istri idaman kakak."

******

Aksa berdiri di depan sebuah rumah yang sederhana dan dikelilingi oleh pepohonan hijau yang terlihat sangat indah dan sejuk, Ia mengetuk pintu. "Assalamualaikum Bun."

Bunda membuka pintu dan terlihat kedatangan calon menantunya, "silahkan masuk anggap saja rumah sendiri, Bunda panggil Embun dulu."

"Embun, Aska sudah datang," ujar Bunda di depan pintu kamar.

"Iya Bun, bentar lagi aku selesai."

"Maaf nunggu lama." Embun menghampiri Aska dan juga Bunda di ruang keluarga.

Mereka pergi menuju butik menggunakan mobil sedan hitam milik Aska.

Sesampainya di butik mereka disambut hangat oleh Mama dan seorang pelayan yang akan melayani mereka, kebetulan butiknya milik Mama.

Embun dan Aska memilih baju yang cocok untuk dipakai keduanya ditemani oleh seorang pelayan.

Jujur Embun sangat bingung memilih bajunya karena semua baju yang ada disini sangat bagus dan satu hal yang pasti semua keperluan Embun selalu dipilihkan oleh Bunda.

"Kakak mau baju yang mana?"

"Terserah kamu, aku ngikut."

Setelah berkeliling cukup lama, Embun tertarik dengan satu baju yang simpel tapi terlihat mewah. "Bagaimana dengan yang ini kak?"

"Bagus, sangat cocok." Mereka pergi ke ruang ganti untuk mencoba pakaian tersebut.

"Gimana?" tanya Claudia.

"Bagus banget sayang, baju ini sangat cocok untuk mu," puji Bunda.

"Cantik banget mantu Mama sampai Aksa dari tadi ga ngedip lihat kamu."

"Mama apaan sih," ujar Aksa malu.

Tidak terasa sudah waktunya makan siang, "kamu lapar ga?" tanya Aksa.

"Lapar kak dari pagi belum ada makan."

"Gimana kalau kita makan dulu?"

"Iya kak." Mereka pergi menuju ke sebuah cafe.

Selesai makan, Aksa mengantarkan Embun pulang ke rumah. "Istirahat, tidurnya jangan kemalaman."

"I-Iya kak, kakak juga."

Aksa menjalankan mobil menjauh dari rumah Embun, ada sedikit rasa bahagia dalam hati Embun karena Ia yakin calon suaminya memang leleki tepat untuk menemani masa hidupnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status