Hari ini ialah hari yang paling ditunggu oleh kedua orang tua Aksa maupun Bunda Embun, mereka sangat antusias menyambut para tamu undangan.
Embun sedang berada di dalam kamarnya yang dihias begitu cantik dan mewah bersama Azila Putri Maharani, sabahatnya."Akhirnya bentar lagi sahabat aku nikah, jangan pernah lupakan aku, cuma kamu satu-satunya sahabat yang aku punya." Zila memeluk Embun erat."Ga usah lebay, aku cuma nikah bukannya pindah ke planet mars, oh iya satu lagi kamu adalah satu-satunya sahabat aku, ga mungkin aku lupakan kamu gitu saja.""Pintu rumahku akan selalu terbuka untukmu, jadi jangan sungkan main kesini.""Tapi aku segan dengan suami kamu, gimana kalau dia ga suka lihat kamu main denganku?" tanya Zila takut."Kak Aska orangnya baik kok dia ga akan marah kalau aku main dengan kamu."*******"Saya terima nikah dan kawinnya Embun Zuffani Rachalia binti Dimas Aditya dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai!""Bagaimana para saksi?""Sah.""Alhamdulillah."Dengan perasaan campur aduk, Embun mencium tangan lelaki yang sudah resmi menjadi suaminya.Air mata haru menetes dikelopak mata Bunda, anak yang selama ini Ia besarkan sekarang sudah menjadi seorang istri dari lelaki pilihannya. "Jadilah istri yang baik untuk suamimu, hormati dia dan taati semua perintahnya.""Iya Bun." Embun memeluk Bunda erat.Setelah selesai ijab qobul, mereka melakukan sesi foto dan bersalaman dengan para tamu undangan, banyak yang memberikan ucapan selamat serta doa untuk pernikahan mereka.Hari sudah mulai sore para tamu sudah pulang, mereka menghampiri sahabatnya. "Selamat atas pernikahan kalian, semoga sakinah mawadah warahmah dan cepat kasih aku ponakan yang lucu," ujar Gilang Frazan Pradana, sahabat Aksa."Semoga kamu cepat nyusul ya, ga capek apa jomblo terus," ledek Aksa."Iya deh iya yang sudah punya istri."Embun memandang Gilang dan Zila secara bergantian, tiba-tiba suatu ide muncul dalam benaknya. "Kalau ga kalian berdua pacaran aja, kan sama-sama jomblo.""Nah setuju," ujar Aksa."Aku pamit dulu ada sesuatu yang harus aku selesaikan, semoga kalian samawa dan jangan lupa bikin dedek gemoy yang banyak." Zila berdiri lalu berpamitan dengan Bunda."Aku juga pamit, kalian istirahat dan jangan lupa minum jamu kuat biar bisa sampai subuh," pamit Gilang."Mereka kenapa?" tanya Embun bingung."Ga tahu," jawab Aksa tidak kalah bingung.Embun pergi ke kamar untuk membersihkan badannya yang terasa lengket lalu berbaring sebentar di ranjang, Ia ingin membuka hijabnya tetapi niatnya diurungkan karena melihat Aksa yang masuk ke dalam kamar."Kenapa ga jadi dibuka?" tanya Aksa melihat Embun kembali memakai hijabnya."Eh ga papa kak," jawab Embun gugup.Aksa tersenyum, Jujur saat pertama kali melihat Embun, Ia terpesona. Perempuan yang selalu memakai hijab membuat penampilannya semakin cantik dan manis, alisnya yang terukir rapi, bola matanya berwarna kecoklatan, hidung yang tidak mancung, bibir yang tipis membuat, semua itu membuat Aksa terpesona.Aksa keluar dari kamar mandi dan melihat Embun yang sudah terpejam, Ia menarik napas panjang lalu ikut berbaring disamping Embun.Apa yang diharapkan oleh pasutri yang didasarkan perjodohan?Lelah yang didera Aksa membuatnya ikut tertidur disamping Embun. Besok Ia bangun dengan status barunya sebagai seorang suami begitupun Embun yang menjadi seorang istri. Semoga besok menjadi awal yang lebih baik untuk rumah tangga mereka.*******Embun pergi ke dapur untuk menolong Bunda dan Mama memasak sarapan, tadi malam Mama dan Papa memutuskan untuk menginap dirumah Embun."Dimana suami kamu?" tanya Bunda."Masih di kamar Bun."Pintu terbuka memperlihatkan Aksa dengan Ayah yang memakai baju kokoh serta sarung dan peci, Embun terdiam sesaat sehingga suara Bunda membuyarkan lamunannya."Kan apa Bunda bilang, Aksa sangat cocok menjadi pendamping hidupmu," goda Bunda.Setelah selesai memasak, Embun menyajikan makanan dan membawanya ke meja makan, mereka sarapan dan sesekali menggoda Embun dan juga Aksa.Selesai makan mereka berkumpul di ruang keluarga untuk berbincang-bincang agar semakin akrab."Kak Aksa mana?" tanya Embun karena tidak melihat keberadaan suaminya."Mungkin dia lagi kemasi barang-barangnya," jawab Mama."Emangnya kak Aksa mau kemana?" tanya Embun bingung."Aksa mau membawamu tinggal bersamanya, biar kalian bisa hidup mandiri dan juga semakin akrab," jelas Bunda."Embun ga mau ninggalin Bunda? Nanti kalau Embun pergi, Bunda dengan siapa?""Kamu ga usah khawatirkan Bunda, selagi kamu bahagia, Bunda juga ikut bahagia."Dengan sangat terpaksa Embun pergi ke kamar untuk mengemasi barang-barangnya."Harus ya kita pindah dari sini?" tanya Embun sedih.Aksa memandang Embun, Ia mengerti bagaimana perasaan Embun. "Kamu ga usah sedih, nanti kita akan sering main ke rumah Bunda."Selesai berkemas, mereka pergi menemui Bunda dan kedua orang tua Aksa. "Kita pamit dulu Bun." Embun memeluk Bunda erat."Ingat pesan Bunda, kamu harus menjadi istri yang berbakti kepada suami, tidak boleh membantah omongan suami, semoga kalian selalu bahagia.""Aksa, Bunda titip Embun, tolong jaga dia baik-baik, jangan pernah bentak maupun marahi dia karena dia mudah menangis.""Semoga kalian menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah, selalu bahagia, menjalani bahtera rumah tangga tidaklah mudah, kalian harus terbuka satu sama lain, saling percaya kunci utama dalam rumah tangga, selesaikan masalah dengan tenang jangan pernah gegabah dalam mengambil keputusan." Mereka menasehati Aksa dan Embun."Kita akan selalu mengingat nasihat itu, kalau Bunda, Mama dan Papa mau berkunjung, pintu rumah selalu terbuka untuk kalian.""Nanti misalnya kamu sudah tidak sanggup menjaga Embun, Bunda minta kamu pulangkan dia baik-baik, Bunda sangat menyayangi Embun, Embun penyemangat hidup Bunda.""Bunda, Aksa tidak ada berpikiran kesana walaupun pernikahan ini atas dasar perjodohan, Aksa hanya ingin menikah sekali seumur hidup dan mempunyai satu istri. Kita akan sama-sama belajar mencintai dan menerima satu sama lain.""Kita akan selalu mendoakan kalian semoga selalu bahagia dan selalu bersama sampai akhir hayat.""Kita pamit dulu." Aksa mencium tangan Bunda dan kedua orang tuanya diikuti oleh Embun."Kalian hati-hati ya."Rumah bernuansa modern, Aksa beli sehari sebelum menikah secara cash dengan uang tabungannya.Mereka terdiam sejenak di depan rumah. "Kamu suka dengan rumahnya?" tanya Aksa."Suka kak, persis dengan rumah yang aku idamkan," jawab Embun, tersenyum."Syukurlah kalau kamu suka."Setelah membersihkan rumah, Aksa menggeret koper dan Embun membawa tas menuju ke kamarnya."Kakak mandi aja dulu, biar aku yang menata baju ke dalam lemari.""Makasih ya."Aksa pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya yang terasa lengket."Embun."Embun yang sedang melamun kaget mendengar ada yang memanggil dirinya dan melihat kepala yang menonjol dari kamar mandi."Astaghfirullah, untung jantungku ga copot," ujar Embun mengelus dadanya."Maaf, aku mau minta tolong ambilkan handuk di dalam koper, aku kelupaan bawa handuk.""Nih kak." Embun memberikan handuk kepada Aksa.Setelah Aksa selesai mandi, sekarang giliran Embun yang mandi karena sedari tadi badannya sagat gerah dan lengket.Hari sudah malam, peru
Tidak terasa pernikahan mereka sudah menginjak satu bulan, Aksa selalu berusaha menjadi suami yang terbaik untuk Embun, begitupun dengan Embun yang berusaha menjadi istri yang baik untuk Aksa."Engga terasa ya, sudah satu bulan kita menjadi suami istri, apakah belum ada timbul rasa cinta di hatimu?" tanya Aksa. Mereka sedang berada di ruang keluarga sambil menonton drama Korea kesukaan Embun."Jujur, dari awal kita bertemu aku sudah jatuh cinta kepadamu, apalagi selama satu bulan ini kita selalu bersama, rasa cinta itu semakin besar dan rasa ingin memilikimu juga semakin besar," lanjut Aksa."Aku masih bingung dengan perasaanku sendiri, aku akan selalu berusaha menjadi istri yang terbaik untuk Mas, tapi maaf Mas, aku belum bisa memberikan yang seharusnya menjadi milik Mas." "Aku lelaki normal yang terkadang hasrat itu datang ketika melihatmu, aku memang selalu menjaganya dari perempuan lain tapi berbeda dengan kamu, kamu istri sah aku yang sudah tercatat di negara maupun agama.""M-M
Setelah pulang dari rumah Bunda, Aksa selalu bolak balik ke kamar mandi, Ia memuntahkan semua makanan yang ada didalam perutnya dan juga timbul bintik-bintik merah di tubuhnya.Embun merasa kasihan melihat suaminya yang sudah pucat dan tidak bertenaga, Embun memutuskan untuk memijat tengkuk suaminya. "Mas kenapa ga bilang kalau alergi makanan seafood?""Aku ga enak menolak makanan yang sudah di bikin oleh Bunda.""Kita kedokter aja ya, aku takut terjadi sesuatu dengan Mas," bujuk Embun."Ga usah, bentar lagi juga sembuh.""Tapi wajah Mas pucat banget loh, aku bingung harus bagaimana." Embun tipikal orang kalau sudah panik pasti tidak bisa berpikir lagi."Biasanya Mama kompres badan aku dan suruh aku minum air gula biar bintik merahnya ga timbul lagi."Setelah selesai membuat air gula, Embun kembali ke kamar. "Diminum Mas, aku mau ambil air hangat dulu."Embun mengompres tangan Aksa dan kaki Aksa dengan telaten, setelah selesai, Embun terdiam sejenak. 'Apakah aku juga harus kompres per
"Cepat Embun, nanti kita telat loh!" teriak Aksa dari luar."Iya bentar lagi selesai Mas," ujar Embun dari dalam kamar.Embun melihat tampilannya di kaca. Ia sangat gugup karena pertama kalinya Ia menghadiri acara bersama Aksa.Embun akan mendampingi Aksa menghadiri acara ulang tahun perusahaan kliennya. Maka dari itu Embun harus tampil secantik mungkin karena disana akan bertemu dengan teman dan rekan kerja Aksa yang lain. Ia tidak ingin mempermalukan Aksa didepan rekan kerjanya.Balutan dress korean style berwarna coksu yang dibaluti dengan hijab berwarna senada dan make up tipis membuat Embun semakin cantik.Setelah merasa sudah siap, Embun mengambil tas kecil. Saat pintu terbuka terlihat Aksa juga memakai tuxedo berwarna coksu yang dipadukan dengan warna hitam di beberapa bagian dan juga sepatu pantofel berwarna hitam serta rambut yang disisir dengan rapi membuat Ia semakin tampan. Mereka berdua saling terpesona untuk beberapa saat."Ayo berangkat nanti kita telat.""Ayo."Mereka
Ting. Notifikasi whatsaap Aksa berbunyi, menandakan ada yang mengirim pesan kepadanya.Ia melihat pesan tersebut dari nomor yang tidak dikenal. Ia menggenggam keras ponselnya membaca isi pesan tersebut."Embun hanya milik aku, tidak akan ada satu orangpun yang bisa mengambilnya dari aku."Emosi Aksa benar-benar sudah di ubun-ubun, Ia lemparkan ponsel yang bermerek apel setengah itu di dinding sehingga lancarnya hancur lalu melemparkan semua barang sehingga ruangannya sangat berantakan.Gilang masuk keruangan Aksa, Ia kaget melihat wajah Aksa yang memerah dan semua barangnya berantakan."Kenapa? Apa ada masalah?" Gilang mendekati Aksa, Ia kenal Aksa mudah marah kalau sudah menyangkut orang yang Ia sayang.Aksa mengalihkan tatapannya dari Gilang. "Ga papa.""Gue kenal Lo bukan sehari dua hari. Kita sudah sahabatan dari kecil, jadi aku tahu semua tentang Lo.""Apa Embun nolak Lo lagi?" Gilang tahu kalau Embun belum siap memberikan hak Aksa. Jujur Ia sangat sedih melihat sahabatnya itu."
Setelah pulang dari kantor Aksa mengantarkan Embun kerumah Bunda."Assalamualaikum, Bun." "Waalaikumsalam, ayo silahkan masuk.""Kalian mau nginap disini?" tanya Bunda melihat Embun membawa koper.Mereka terdiam, butiran bening keluar membasahi pipi Embun. "Kamu kenapa nangis? Kalian lagi ada masalah?" tanya Bunda khawatir."Aksa minta maaf sebelumnya dengan Bunda. Maksud kedatangan kami disini, Aksa mau mengantarkan Embun, sepertinya pernikahan kita tidak bisa dilanjutkan."Bunda kaget mendengar penuturan Aksa. "Apa kalian sudah yakin dengan keputusan ini? Pernikahan kalian masih seumur jagung jadi menurut Bunda wajar kalau kalian belum bisa menerima satu sama lain. Apa tidak bisa dibicarakan lagi? Jujur Bunda tidak ingin kalian berpisah." "Kenapa kalian memilih untuk berpisah?""Kita tidak sejalan Bun. Tidak ada kecocokan antara aku dan Embun. Kalau kita maksa untuk lanjut itu akan membuat kita semakin tersiksa.""Apa orang tuamu sudah tahu tentang perpisahan kalian?" tanya Bunda
Malam harinya Aksa pergi ke restoran durian runtuh yang menyediakan berbagai macam durian."Udah dong makan duriannya, nanti Lo mabuk, ingat ga terakhir Lo makan durian Lo tidur dirumah sakit karena mabuk durian." Aksa bersama dengan Gilang, Ia sengaja menelpon Gilang untuk pergi ke restoran."Ga usah berisik, kalau Lo ga mau biar untuk gue aja, gue bawa Lo kesini bukan untuk menceramahi gue," ujar Aksa."Gue cuma mengingatkan, lagian ya kenapa Lo talak Embun kalau Lo tidak rela kehilangannya. Untung Om Dimas tidak menyetujui perceraian kalian.""Hati gue sakit melihat dia berpelukan dengan mantannya, mana mesra banget lagi. Percuma juga gue cerita, Lo ga akan tahu bagaimana rasanya, Lo kan jomblo dari lahir.""Untung Lo sahabat gue, kalau ga udah gue hajar Lo sampai bonyok. Oh iya gue udah menemukan tentang mantan Embun." "Ternyata Kevin sudah punya istri dan juga dua orang anak. Istrinya adalah sahabat Embun waktu SMA dan yang aku temukan dia menikah waktu masih pacaran dengan Embu
Embun bolak balik didepan cermin, Ia melihat penampilannya dari atas sampai bawah. Embun menggunakan dress diatas lutut berwarna merah. Malam ini Ia akan melayani suaminya dengan sepenuh hati. "Tenang Embun kamu pasti bisa, demi mempertahankan rumah tangga dan juga membahagiakan suamimu," ujarnya menyemangati diri sendiri.Jam menunjukkan pukul 23:30, hari ini suaminya lembur karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan.Dada Embun semakin berdegup kencang ketika melihat Aksa sudah berada diambang pintu kamar.Aksa bingung melihat Embun yang berpenampilan tidak seperti biasanya, Ia kira Embun sudah tidur tetapi perkiraannya salah. "Kamu mau pergi kemana? Besok aja ketemunya, sekarang sudah malam. Aku cuma mau ingatkan aja karena kamu masih menjadi istriku."Butiran bening keluar dari kelopak mata Embun. Dadanya sakit mendengar perkataan yang keluar dari mulut suaminya itu. "Sebegitu bencinya Mas dengan aku? Tadinya aku mau memperbaiki hubungan kita tapi kelihatannya Mas sudah tidak me