Share

46. Lebih Bermartabat

46. Lebih Bermartabat

***

Seorang laki-laki berkumis membuka tudung saji di atas meja makan. Tatapannya membulat kala tidak mendapati apa oun di baliknya. Suaranya menggeram, menandakan bahwa dia tengah jengkel. Menoleh ia menatap arah luar rumah.

"Munik!" teriaknya. Ya. Dialah wayan—suami Munik. "Kau tidak masak ala? Mana makanannya? Kok nggak ada?"  Ia bertanya dengan nada berteriak.

Munik yang sedang duduk selonjoran di atas matras dengan ponsel yang dimainkan pada tangan menjawab tanpa menoleh, "Nggak ada uang. Aku nggak masak."

Sontak saja jawaban itu membuat Wayan marah. Ia membanting tudung saji begitu saja, berjalan cepat mendekati istrinya. Pria itu berdiri menjulang tepat di hadapan Munik.

"Nggak ada uang? Jangan berlagak nggak ada uang, semalam aku sudah memberikanmu uang lagi."

Munik yang masih memandangi ponselnya memutar bola mata jengah. Ia menurunkan tangan dengan sedikit kasar dan menatap suaminya jengah.<

Evie Edha

sudah aku bilang, kan kalau mau bum up😁😁😁 ceritanya memang sudah tamat, yes. Makanya tinggal up.

| Like
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status