Home / Romansa / Suami Tantrum / Keraguan Leah

Share

Keraguan Leah

Author: Nathania Lee
last update Huling Na-update: 2021-12-29 21:22:47

Setelah dua hari, Nero menepati janjinya untuk datang kembali ke rumah Leah. Apapun yang terjadi dia harus menikah. Meski tidak mengenal Leah tapi entah kenapa seperti ada ikatan antara dia dengan gadis itu. Namun karena banyak sekali pekerjaan di perusahaan membuat Nero harus datang pada malam hari.

Leah sedang di kamar saat Nero datang, awalnya dia cukup kesal karena merasa Nero tidak menepati janji. “Mana? Katanya mau datang. Semua pria memang sama saja, kecuali ayah sih karena ayah selalu menepati janji.” Leah berbicara sendiri. Dia melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul tujuh malam. Namun Nero belum juga datang.

“Mikirin apa sih aku? Hei Leah, dia itu hanya orang iseng yang mau mempermainkan kamu. Sudah, tidak usah sedih.” Leah menyemangati dirinya sendiri.

“Tapi dia ganteng,” gumam Leah.

“Hei hati, sebenarnya kau itu punya siapa? Kenapa kau berdebar hanya dengan membayangkan wajahnya. Sudahlah, dia hanya orang aneh yang sedang iseng.” Leah merebahkan tubuhnya di kasur saat seseorang mengetuk pintu.

“Leah.” Suara ibu terdengar di balik pintu.

“Iya, Bu. Ada apa?” Leah setengah berteriak menjawab panggilan ibunya. Rasa kecewa membuatnya malas bergerak.

“Leah, keluar dulu.” Ibu tidak membuka pintu, wanita itu tetap sabar menunggu anaknya di luar.

Leah beranjak dari posisi rebahan, dia melangkah gontai menuju pintu. “Iya kenapa, Bu?” Leah membuka sedikit pintu dan hanya mengintip ibunya.

“Ada Nero di luar.”

“Katakan padanya aku sibuk.” Leah seperti ingin membalas perlakuan Nero.

“Hmm, ayah sudah menerima lamarannya. Mereka sedang membicarakan pernikahan sekarang.”

“Apa?” Leah terkejut, gadis itu membuka lebar pintu kamarnya. Walaupun dia berkata akan menerima tapi kan dia ingin mengatakannya sendiri.

“Ya sudah, sekarang perbaiki dulu wajahmu, anak ibu tidak akan menemui calon suaminya dengan wajah kusut seperti itu kan?”

Leah kembali menutup pintu setelah ibunya kembali ke tempat di mana Nero dan ayahnya berada. Gadis itu menatap dirinya di cermin. Tubuh langsing dengan rambut lurus alami, rambut yang semua orang bilang Leah selalu pergi ke salon untuk membuatnya seperti itu.

"Aku sudah cantik dari sananya," ucap Leah bangga.

Tak lama gadis itu keluar dari kamar setelah beberapa kali latihan tersenyum di depan cermin. Dilihatnya Nero yang masih terlihat tampan walaupun hari sudah malam. Namun dengan cepat dia merubah ekpresinya.

"Kemarilah." Ayah melihat Leah masih berdiri di sisi ruangan.

Leah mendekat, sekarang gadis itu sudah duduk di samping ayahnya. "Nak, persiapkan dirimu, kau akan menikah seminggu lagi," kata ayah.

"Apa?" Leah menutup mulutnya karena berteriak di depan Nero.

"Apa terlalu lama? Kau mau kita menikah dalam tiga hari atau besok?" tanya Nero.

Ayah terbahak mendengar pertanyaan pria yang kini jadi calon menantunya itu. "Benar begitu, Leah?" tanya ayah.

"Tidak." Leah menggeleng dengan cepat.

"Baiklah, ayah tinggal ya. Kalian bisa mengobrol." Ayah beranjak dari kursi lalu menarik istrinya yang belum bergerak sedikit pun dari sana. Ibu hanya pasrah mengikuti suaminya.

Kini hanya Leah dan Nero di sana. Mereka tampak canggung. Sesekali mereka saling menatap lalu mengalihkan pandangan secara bersamaan.

"Ada apa denganku? Aku tidak mungkin benar menyukai gadis ini kan?" tanya Nero dalam hati.

"Leah."

"Nero."

Mereka berbicara secara bersamaan.

"Apa sopan memanggil calon suami dengan sebutan nama?" Nero menatap Leah, mata hitam pekat milik Nero beradu dengan mata coklat milik Leah.

"Lalu aku harus panggil apa? Panggil bambang? Kan namamu Nero." Leah berbicara dengan nada ketus, gadis itu mencoba mengusir rasa gugupnya.

"Terserah, yang penting jangan nama."

"Mas?"

Nero menggelengkan kepala. "Memangnya aku terlihat seperti mas-mas."

"Abang?" tanya Leah lagi.

Nero mengerutkan keningnya, abang di benaknya adalah abang bakso yang ada pada sebuah lagu anak-anak.

"Jadi apa? Mas dan abang adalah bahasa nasional dan dipakai hampir di seluruh penjuru negeri," ucap Leah seolah tidak terima karena Nero seperti memandang rendah dua panggilan yang dia sebutkan tadi.

Nero biasa dipanggil tuan, hanya si kurang ajar Alton yang berani memanggilnya nama.

"Kau mau pernikahan seperti apa?" tanya Nero, mengalihkan topik mas-mas dan abang-abang.

"Sederhana tapi berkelas," kata Leah.

"Baiklah, besok kau akan dijemput setelah jam makan siang. Aku akan menunggumu di sana."

Nero menyerahkan ponselnya. "Berikan nomormu," perintah Nero.

Leah mengambil ponsel itu, "Bagaimana mungkin seminggu lagi menikah tapi baru bertukar nomor ponsel," gumam Leah.

"Apa?"

"Tidak." Leah menyerahkan ponsel milik Nero.

"Kalau begitu aku pulang dulu. Sampai bertemu besok, calon istri." Nero beranjak tidak mempedulikan Leah yang wajahnya bersemu merah karena dipanggil calon istri.

***

Keesokan harinya kantor tempat Leah bekerja dibuat terkejut saat seorang pria dengan jas berwarna hitam mencarinya.

"Leah, kau tidak berhutang lalu ditagih debt collector kan?" tanya rekan kerja Leah.

"Eh, sembarangan. Tentu saja tidak." Karena beberapa waktu lalu marak kejadian seseorang ditagih debt collector karena tidak membayar tagihan pinjaman online. Orang yang menagih memang berbadan besar seperti orang yang sedang mencari Leah sekarang.

"Ada urusan apa dengan saya?" tanya Leah saat mendekati pria berbadan besar itu. Dia mencoba mengusir rasa takutnya.

"Nona Leah, silahkan ikut dengan kami," kata pria itu.

"Kemana? Kenapa saya harus ikut kalian?" tanya Leah.

"Ini perintah Tuan Nero, Nona."

Leah kaget mendengar nama Nero disebut. Nona? Tuan? Ada apa sebenarnya.

"Sebentar, aku izin dengan atasanku dulu," kata Leah.

"Tidak perlu, Nona. Tuan Nero sudah meminta langsung kepada atasan anda." Pria bertubuh besar itu melihat seseorang yang berdiri di belakang Leah.

"Benar, Tuan Nero sudah memintaku untuk mengizinkanmu keluar. Ambil waktu sesukamu," ucap atasan Leah.

"Tapi, Pak-" Leah mencoba mencerna keadaan. Nero memang berkata akan ada seseorang yang menjemput Leah, tapi dia tidak pernah menyangka jika akan dijemput dengan cara seperti itu. Karena dari pihak Nero tidak terlalu bercerita dia itu siapa, Leah hanya tahu jika calon suaminya itu bekerja di Aditama Group atau apalah itu yang disebut Nero kemarin. Seketika Leah terkejut.

"Tunggu, nama tuanmu Nero Aditama kan?" tanya Leah.

"Betul, Nona," jawab pria itu.

"Dia bekerja di perusahaan bernama Aditama. Apa jangan-jangan tuanmu pemiliknya?" Leah menebak-nebak dengan ilmu cocoklogi yang baru saja dia pikirkan.

"Anda benar, Nona." Pria itu menjawab semua pertanyaan Leah dengan singkat.

Seketika Leah lemas, dia tidak pernah menyangka jika dia telah dilamar atau bahkan akan menikah dengan seorang Nero Aditama yang merupakan pemilik sebuah perusahaan. Dia merasa tidak pantas mendapatkannya. Pantas saja wajah Nero setampan tokoh fiksi yang sering dia baca di komik.

"Eh, tapi apa hubungannya tokoh di komik dengan pemilik Aditama Group? Aku harus bagaimana? Haruskah aku membatalkan pernikahan ini?" Leah berbicara dalam hati. Dia mengikuti langkah kaki pria yang menjemputnya untuk menemui Nero, calon suaminya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Suami Tantrum   Toko Buku

    "Ken.""Ya, Tuan?""Isi ruang kerja dengan buku baru." Nero menatap sekretarisnya."Buku? Buku seperti apa yang anda inginkan, Tuan?" tanya Ken."Isi dengan novel yang pernah kau bawa waktu itu.""Novel? Apa anda yakin?" tanya Ken bingung."Hmm." "Baik, Tuan. Saya akan segera menyiapkannya." Ken berlalu meninggalkan Nero dengan raut wajah penuh tanya.***Vero berjalan melintasi beberapa ruangan, dia menuju ruang private yang sudah disiapkan seseorang yang menghubunginya.Tepat di depan ruangan yang dimaksud, dua orang berbadan besar berdiri."Saya Veronika," ucap wanita itu.Salah satu dari pria itu membukakan pintu. Vero melihat seseorang tengah duduk membelakanginya."Duduklah," ucap pria itu dengan nada serius.Seketika Vero duduk di depan pria itu, dilihatnya pria itu ternyata masih muda. Pria yang terlihat gagah dengan setelan jasnya."Sebelumnya perkenalkan, nama saya Kevin. Ah, tidak perlu dikenalkan, ya. Kau sudah tahu siapa aku," ucap pria itu sambil menyeruput teh hijaunya

  • Suami Tantrum   Seharian di Kamar

    Nero terbangun, kaget saat mendapati kaki Leah menjadi bantalan tidurnya. Dilihatnya Leah yang masih tertidur meski dalam posisi duduk."Apa aku sudah gila sehingga aku tertidur dipangkuan seorang gadis," batin Nero."Kamu sudah bangun?" Leah meregangkan seluruh ototnya, lehernya sedekit sakit karena posisi tidur yang tidak benar."Apa yang terjadi? Kenapa aku bisa tidur di pangkuanmu?" tanya Nero penasaran, raut wajahnya terlihat malu."Kamu tidak ingat? Semalam kamu bermimpi buruk, aku sudah mencoba membangunkanmu namun tidak bisa. Setelah itu kamu tertidur di sini." Leah menepuk kakinya yang dijadikan bantalan oleh Nero.Nero menggeleng, dia tidak ingat apapun."Aku mau mandi," ucap Leah. Namun kaki Leah mati rasa, dia terjatuh saat akan berdiri."Kaki ku kram," ucap Leah.Nero mengampiri Leah, menggendongnya lalu merebahkan tubuh gadis itu di kasur."Hari ini kau tidak usah bekerja. Besok saja.""Kenapa?" tany

  • Suami Tantrum   Mimpi Buruk

    Sesuai janji Leon, dia menemani Leah berkeliling rumah. Rumah yang ternyata memiliki satu rumah lagi di bagian belakang, khusus untuk para pelayan. Tampak pelayan yang tanpa sengaja berpapasan dengan mereka terlihat menundukkan kepala hormat. Leah merasa canggung meski dia tahu jika dia adalah nyonya rumah ini. Setelah selesai Leah dan Leon duduk di kursi yang berada dekat kolam setelah berkeliling rumah, hari ini bintang-bintang tidak diselimuti awan membuat pemandangan langit dari sana sungguh sangat indah."Kak, bolehkah aku bertanya?" tanya Leon membuka perbicaraan."Boleh." Leah kini menatap Leon."Apakah kakak mencintai kakakku? Aku tahu kakak terpaksa kan menikah dengan Kak Nero? Aku tidak tahu apa alasan di balik kakak menyetujui pernikahan ini. Tapi, aku tahu kakak orang baik. Kakak tidak akan menyakitinya kan?" ucap Leon."Kenapa kamu bertanya seperti itu? Tentu saja aku tidak akan meninggalkannya, aku akan jadi istri yang baik seperti ibu

  • Suami Tantrum   Makan Malam Bersama

    Leon menatap kakaknya dengan mata memicing, banyak sekali pertanyaan yang harus dia tanyakan. Dia melihat kakaknya yang sedang duduk di kursi malah sedang santai makan aneka buah-buahan."Katakan, Kak!" Leon bersuara dengan nada yang lumayan tinggi.Nero menatap adiknya sekilas, lalu kembali fokus pada buah kiwi yang segar dan dingin."Kakak." Kali ini suara Leon merengek."Kau ini kenapa?" Nero tampak acuh menjawab adiknya."Kenapa kakak ipar memakai baju yang kakak ambil di rak?""Kenapa? Apa ada yang salah dengan itu?""Tidak, tidak ada," ucap Leon. Kakaknya adalah suami Leah, tentu saja bisa melakukan apapun. Pantas saja Leon dilarang masuk ke kamar, ternyata benar jika kakak iparnya tidak memakai baju. Seketika wajah Leon memerah lalu dia menatap kakaknya lagi yang wajahnya masih terlihat tenang."Bagaimana rasanya, Kak?" tanya Leon yang kini duduk mensejajari kakaknya."Apa?" Yang ditanya malah balik bertanya

  • Suami Tantrum   Kecelakaan Kecil

    Setelah menunggu beberapa saat akhirnya Nero keluar dari dalam kamar. Sebelum keluar, sekali lagi dia menoleh ke belakang, memastikan Leah tidak mengikutinya.Nero menatap Ken seolah memberi isyarat jika keadaan sudah aman dan mereka bisa meletakkan barang-barang itu ke dalam kamar.“Satukan saja dengan pakaianku,” perintah Nero yang ditanggapi dengan tatapan bingung Ken. Namun, pria bertubuh tinggi itu menganggukkan kepalanya, menuruti apapun yang tuannya inginkan.Hanya seorang karyawan laki-laki yang berstatus sebagai menager di galeri tersebut dan Ken beserta kepala pelayan yang masuk untuk menyusun semua barang-barang yang akan menjadi milik nyonya rumah. Leon yang mencoba untuk ikut masuk ditahan oleh Nero di depan pintu.“Mau apa kau masuk?” Nero menatap sinis adiknya.“Aku mau bertemu kakak ipar,” kata Leon, pria itu melirik ke arah kamar yang pintunya terbuka.“Aku akan memanggilnya na

  • Suami Tantrum   Semua Baru

    "Kakak ipar?" Nero duduk di sofa, memandang adiknya dengan tatapan menyelidik."Iya, dia kan istrinya kakak tentu saja harus aku panggil kakak ipar. Bukankah begitu?" Leon ikut duduk di sofa mensejajari kakaknya."Aku sudah cuci tangan." Leon seolah mengerti arti tatapan kakaknya."Di mana kakak ipar?" tanya Leon."Di kamar." Nero menjawab singkat."Kenapa di kamar?" Kini tatapan Leon yang menyelidik, dia tersenyum seolah mengerti apa yang telah terjadi dan apa yang membuat kakak iparnya berada di dalam kamar."Jadi bagaimana?" Leon mendekati kakaknya, meminta review atas malam pertama semalam."Apa?" Nero manatap sinis."Itu," jawab Leon."Itu apa? Bicara yang benar." Nero berkata ketus."Malam pertamanya lah, Kak." Leon menyerah, dia baru sadar jika kakaknya adalah manusia paling kaku di dunia."Ya, begitulah." Nero tidak perlu menjelaskan apa yang terjadi, karena memang tidak ada yang terjadi diantara me

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status