Share

Bab 24

Author: Gilva Afnida
last update Last Updated: 2025-06-04 22:01:20

Aku melihat rambutku yang sedang kusisir melalui kaca meja rias. Memang rambutku itu nampak hitam pekat dan berkilauan. Selain selalu kusisir dengan baik, aku juga sering melakukan perawatan rambut di rumah.

Mendengar pujian dari Mas Edgar, harusnya sih aku senang. Tapi karena menurutku ada nada perintah di akhir kalimat, aku malah merasa tidak suka.

Ini kan rambutku, mau dipanjangin atau digundul itu kan hakku.

"Emang kenapa kalau di potong?" tanyaku.

"Aku gak suka aja ngelihat perempuan bersuami punya rambut pendek."

Kalau saja dia menjawab karena aku terlihat cantik dengan rambut panjang, mungkin aku akan menuruti ucapannya. Tapi karena jawabannya terkesan kalau istri adalah milik sang suami, membuatku agak tersinggung.

"Tapi gimana ya... aku baru aja ada rencana buat potong rambut. Soalnya lebih praktis dan gampang buat di sisir," jawabku.

"Emang seberapa susahnya sih nyisir rambut panjang? Lagian kalau rambutmu panjang kan bisa dibuat macam-macam st
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 28

    Semerbak aroma masakan yang sudah selesai aku buat segera memenuhi ruang dapur. Tepat jam dua siang, dua masakanku sudah selesai. Tinggal memastikan Nuning dan lainnya menyelesaikan menggoreng sosis solo yang sudah diisi dengan daging sapi cincang."Wah, saya gak nyangka kalau Bu Nara bisa masak semua ini dengan enak," ucap Bik Tinah setelah menyelesaikan makan sambal tumpang krecek dengan nasi hangat."Iya, saya aja sampai nambah nasi dua kali." Mbok Sum menimpali. "Sudah lama saya gak makan sambal tumpang seenak ini. Bu Nara emang top.""Mertua lewat jadi gak kelihatan ya, Mbok?" godaku."Gak keliatan lah, kan jalannya lewat pintu belakang."Kami semua tertawa. Suasana di dapur menjadi lebih cair dan kami saling melempar canda tawa. Hari ini menjadi titik awal hubungan yang hangat antara diriku dengan pembantu di rumah ini."Saya jadi lebih kerasan kerja di sini, Bu," ucap Nuning tiba-tiba. "Dulu sebelum ada Bu Nara, saya kerjanya cuma kayak robot. Kalau bu

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 27

    Tengah malam saat aku terbangun, aku melihat tubuhku yang polos hanya tertutupi oleh selimut sampai bagian dada. Rupanya Mas Edgar yang menyelimutiku diam-diam, perasaanku menjadi haru dan tersentuh.Saat melihat ke arah samping, Mas Edgar tidak ada di sampingku. Kain di sampingku pun terasa dingin, itu berarti Mas Edgar sudah sedari tadi kembali ke kamarnya. Aku kembali merasa kesepian.Padahal tadi sewaktu bercinta, dia nampak hangat dan juga mesra. Kenapa sih susah sekali membuatnya ikut tidur di sisiku sampai pagi?Tidakkah dia ingin melakukan hal itu setelah bermesraan denganku?Merasa sedih, aku pun turun dari ranjang lalu menuju ke lemari untuk mengambil baju tidurku. Setelahnya aku menyelinap masuk ke kamar Mas Edgar.Pria itu sudah terlelap di atas kasurnya. Dengan pencahayaan dari lampu tidur, kulihat wajahnya begitu tampan dan damai. Dadanya bergerak naik turun seiring dengan napasnya yang teratur. Tak kulihat wajahnya yang dingin dan kaku seperti

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 26

    Keesokannya.Aku dan Mas Edgar sarapan dalam diam. Untungnya Daniel sedang ada di luar kota, jadi aku tak perlu akting di depannya. Bahkan aku juga tidak mengantar kepergian Mas Edgar saat berangkat kerja. Aku yakin, dia tidak akan menyukai sikapku yang abai.Tapi apa peduliku? Sikapnya tadi malam benar-benar membuatku semakin sakit hati.Malamnya, aku terkejut melihat Mas Edgar yang sudah masuk ke dalam kamar. "Kok bisa masuk? Kamarnya kan udah aku kunci," tanyaku."Ini kan rumahku. Jadi jangan heran kalau aku punya kunci cadangan." Kali ini sikapnya berbeda. Nampak lembut dan suaranya tenang."Mau apa kesini?""Aku ingin menebus perbuatanku yang kasar kemarin, Nara.""Gak perlu. Aku gak butuh hadiah apapun darimu." Sungguh aku tak ingin hadiah apapun. Sebenarnya yang kuinginkan hanyalah permintaan maaf darinya."Aku gak bawa hadiah apa-apa.""Terus?""Aku cuma mau mijit kepalamu atau badanmu yang sakit karena perbuatanku kemarin."

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 25

    Aku teringat dengan masa kecil, saat Ibu dengan giatnya mengajariku dan ketiga kakak lelakiku untuk memasak. Ibu tidak pernah memandang gender. Baginya, pria ataupun wanita harus bisa memasak karena itu merupakan basic life yang sangat berguna.Selain itu, Ibu berharap dari keempat anaknya ada yang bisa mewarisi restorannya.Dan perjuangan Ibu tidak sia-sia. Keempat anaknya bisa memasak bahkan kakakku yang nomor dua sudah berhasil membuka restoran Solo di Jawa Timur. Mungkin kelak, dia juga yang akan meneruskan restoran Ibu yang ada di Solo."Terus kamu mau masak sendiri untuk acara makan malam nanti?" Terdengar nada skeptis dari Mulut Mas Edgar."Kalau iya, Kenapa?"Kedua tangan Mas Edgar terlipat di depan dada. "Jangan ambil resiko, Nara. Aku gak pernah lihat kamu masak. Jangan sampai buat aku malu di depan tamu-tamuku nanti.""Kamu menghinaku, Mas?" "Faktanya aku gak pernah lihat kamu masak, Nara.""Gimana aku bisa masak kalau di rumah udah ada ya

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 24

    Aku melihat rambutku yang sedang kusisir melalui kaca meja rias. Memang rambutku itu nampak hitam pekat dan berkilauan. Selain selalu kusisir dengan baik, aku juga sering melakukan perawatan rambut di rumah. Mendengar pujian dari Mas Edgar, harusnya sih aku senang. Tapi karena menurutku ada nada perintah di akhir kalimat, aku malah merasa tidak suka.Ini kan rambutku, mau dipanjangin atau digundul itu kan hakku."Emang kenapa kalau di potong?" tanyaku."Aku gak suka aja ngelihat perempuan bersuami punya rambut pendek."Kalau saja dia menjawab karena aku terlihat cantik dengan rambut panjang, mungkin aku akan menuruti ucapannya. Tapi karena jawabannya terkesan kalau istri adalah milik sang suami, membuatku agak tersinggung."Tapi gimana ya... aku baru aja ada rencana buat potong rambut. Soalnya lebih praktis dan gampang buat di sisir," jawabku."Emang seberapa susahnya sih nyisir rambut panjang? Lagian kalau rambutmu panjang kan bisa dibuat macam-macam st

  • Suami Wasiat Sahabatku   Bab 23

    Sakit kepala yang kurasakan tiba-tiba kembali datang menyerang. Lagi-lagi Mas Edgar menghendaki sesuatu yang harus aku patuhi entah aku menyukainya atau tidak.Masih mempertimbangkan rasa malu, aku pun terpaksa mengganti gaun dengan gaun pilihan dari Mas Edgar.Gaun yang dipilih oleh Mas Edgar memiliki desain sederhana dengan potongan leher agak terbuka, tapi gaunnya nampak indah menjuntai ke bawah hingga menyentuh mata kaki. Sebenarnya gaun yang dipilihnya tidak jauh berbeda dengan gaun hitam yang kupakai tadi. Hanya gaun itu memiliki lengan panjang dan tidak membuat kedua buah dadaku terlihat menonjol."Warnanya cocok buat kamu," ujar Mas Edgar setelah meneliti gaun yang aku kenakan. Gaun itu berwarna biru tua yang nampak menyatu dengan warna kulitku yang putih. "Tapi kok kayak terlalu sederhana gini ya? Gak ada sesuatu yang istimewa.""Gimana kalau dipadu dengan aksesoris ini?" sahut Naomi sambil memasang sebuah aksesoris seperti bros panjang yang dihiasi dengan b

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status