Share

Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah
Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah
Автор: Siti_Rohmah21

Bab 1

Aвтор: Siti_Rohmah21
last update Последнее обновление: 2023-01-24 22:39:30

[Ca, malam ini gue mau nginep lagi di rumah lo, boleh kan?] Pesan yang dikirim oleh Amara, sahabatku. Ia memang sudah biasa bermalam di rumahku ini.

[Gue tanya Mas Sandi dulu, ya.] balasku.

[Pasti boleh.] Aku tak membalasnya lagi. Menunggu izin dari Mas Sandi terlebih dahulu saja, setelah itu, barulah kubalas pesannya.

Caca nama panggilanku, nama lengkap Ariyani Marisha, menikah dengan Mas Sandi sudah 5 tahun lamanya, dan sudah dikaruniai dua orang anak perempuan yang sekarang usianya 4 tahun dan si bungsu 2 tahun.

Setiap sebulan sekali, memang biasanya Amara menginap di rumah kami. Sebab, suaminya tiap bulan pergi ke luar kota.

Sepulangnya Mas Sandi bekerja, seperti biasa ia duduk santai di ruang televisi dengan posisi kaki terangkat. Aku pun menghampirinya sambil membawakan secangkir kopi dan cemilan.

"Mas, Amara mau nginep lagi."

"Ya udah, nggak apa-apa, kasihan lagi hamil besar, ya kan?"

"Tapi, Mas. Apa kamu nggak risih ada orang lain di rumah ini? Sedangkan kalau orang tuaku nginap semalaman aja kamu sering protes nggak bebas," sanggahku sambil memberikan kopi nya untuk diminum.

"Itu beda cerita, kalau Amara kan orang lain, nggak terlalu ikut campur jika kita ada masalah," sahutnya sambil nyeruput kopi yang telah kubuat.

Usia kehamilan Amira kira-kira sekitar sembilan bulan, kemungkinan hanya menunggu hari saja. Ditambah lagi, ia tidak memiliki sanak saudara di sini, jadi memang tiap kali suaminya ke luar kota, ia selalu bermalam di sini.

"Ya sudah, aku hubungi Amara dulu," celetukku sambil meraih ponsel yang ada di atas meja televisi. Namun, belum sempat menghubungi Amara, ada suara bel berbunyi.

Aku segera membuka pintu dengan setengah berlari. Khawatir tamunya menunggu lama di depan. Kubuka pintu yang terbuat dari kayu itu dengan lebar, dan ternyata Amara sudah berdiri di depan pintu dengan membawa koper.

"Hai!" sapanya dengan teriakkan sambil memelukku.

"Kamu tuh, aku belum memberikan kabar boleh atau nggak, tapi nekat ke sini juga," cetusku.

"Maaf, aku pikir, Mas Sandi kan orang baik, pasti ngizinin lah kalau ada yang ingin bermalam," imbuh Amara.

"Ya sudah, masuk, bawa kopernya!" suruhku. Kemudian, ia masuk membawa koper, langsung ke ruang televisi tempat Mas Sandi duduk santai.

"Loh, kamu sudah di sini? Caca baru saja izin," ucap Mas Sandi terkejut.

"Iya, kamu kan orang baik, pasti mengizinkan aku nginep," balasnya.

"Ah Amara bisa saja, nanti suamimu cemburu loh," ledek Mas Sandi.

Aku hanya menghela napas mendengar candaan mereka berdua. Kemudian, aku antarkan Amara ke kamarnya, kamar tamu yang berukuran lumayan besar.

Tidak lama kemudian, mama menghubungiku. Mas Sandi yang dekat dengan ponsel yang kuletakkan di sebelahnya, memberikan ponsel itu padaku.

"Halo, Ca. Mama mau nginep malam ini," ucapnya tanpa basa-basi.

"Mah, kamar tamu ada Amara, minggu depan aja, ya," ujarku.

"Ca, kamu jangan keseringan bawa wanita lain nginep. Mama perhatikan, Amara tiap bulan nginep ke rumahmu, jangan, Nak! Jangan!" pesannya. Aku hanya memandangi wajah Mas Sandi yang sejak tadi menonton televisi. Rasanya, nggak pantas juga mencurigai Amara, suaminya kan pengusaha batu bara di luar kota, nggak mungkin ia mau dengan suamiku yang hanya kerja di kantor orang.

"Iya, Mah," jawabku singkat untuk menghentikan pembicaraan.

"Ya sudah, Mama minggu depan saja nginepnya. Padahal sudah kangen dengan Vira dan Yura."

"Maaf, ya Mah." Telepon pun terputus.

Aku pun berusaha berpikir positif, agar tidak terjadi sesuatu yang tak kuinginkan.

Malam ini, cuaca sedang mendung, suara petir yang menyambar, membuat kedua putriku tak ingin ditinggal di kamarnya. Akhirnya, aku pun tidur di kamar Vira dan Yuri sampai mereka tertidur pulas. Akan tetapi, tepat pukul dua dini hari, aku terbangun karena hujan amat deras, dan suara petir pun terus menerus bersautan.

Aku hendak ke dapur untuk mengambil air putih, tapi ketika melewati kamar Amara, aku pun dikejutkan dengan suara seorang laki-laki. Siapa hujan begini yang masuk ke kamar Amara? Apa itu Mas Sandi?

Aku dekatkan langkah ini dan mencoba memastikan suara yang sangat akrab di telingaku, suara milik seseorang yang menjadi suamiku selama beberapa tahun.

Dadaku berdebar ketika aku mendengar kalimat berikutnya dari mulut sahabatku.

"Sayang, kalau anak kita lahir, mau diberi nama siapa?"

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Комментарии (2)
goodnovel comment avatar
Siti Tia
bagus sekali
goodnovel comment avatar
Nofri Yenni
cerita asyik
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Latest chapter

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 39

    Tidak heran jika Vira harus diperiksa kondisi jiwanya. Sebab apa yang hampir dia lakukan memang sudah pasti karena frustasi dengan apa yang terjadi.Sepele memang, mendua saat sudah menjalin ikatan pernikahan. Namun, dampaknya untuk orang yang sangat mempercayai pasangan sepenuhnya itu akan ke jiwa."Anakku nggak gila," ucap Caca untuk kesekian kalinya."Ma, jangan gitu, sabar ya, Mbak Vira hanya diperiksa dulu," tutur Yura untuk sekadar menenangkan.Caca menggelengkan kepalanya. Kemudian dia mundur dan menemui Syam yang tengah bicara dengan Alfa."Syam! Kamu harus bertanggung jawab!" bentak Caca. "Ma, aku pasti akan bertanggung jawab atas apa yang terjadi dengan Vira," timpal Syam. Lelaki yang sangat mencintai Vira pun menyadari kesalahannya. Tiba-tiba dia teringat dengan kejadian itu. Dimana Syam secara tidak sadar menggauli seorang wanita magang di rumah sakit saat jaga malam.Kala itu, Syam tengah bertugas, wanita yang magang satu bulan di rumah sakit memberikan secangkir teh han

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Season 2 Bab 38

    "Ada apa, Syam?" Berkali-kali Alfa menegur menantunya itu, tapi Syam masih saja mematung dan tak melanjutkan ucapannya.Akhirnya, Caca tidak sabaran, dia menghampiri Syam yang masih saja diam.Plak!Tanpa basa-basi Caca bersikap tegas. Ini bukan ikut campur urusan rumah tangga anaknya, tapi sikap Caca hanya ingin menegaskan."Saya katakan pada kamu, ya, Syam. Jika kamu berbuat salah, maka tanggung jawab, jangan malah diam!" caci sang mama pada menantunya.Syam berlutut di kaki Caca. Dia menundukkan kepalanya. Nyaris hal ini membuat satpam yang tengah berkeliling pun melerai mereka."Tolong jangan buat keributan, di sini rumah sakit, bukan untuk meributkan sesuatu," ucap satpam sambil menunjuk dengan satu jari.Napas Caca semakin memburu, dia benar-benar tidak sabaran dengan sikap menantunya itu."Syam, kamu dokter tegas dikit!" sentak Caca.Akhirnya Syam angkat bicara, dia memulai dengan kata maaf pada Caca dan Alfa."Ma, Pa, maaf telah menyakiti hati Vira, Syam telah menghamili anak

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 37

    "Vira tadi mencoba bunuh diri, Mah." Caca kaget ketika Syam mengatakan hal itu padanya."Bunuh diri? Ada apa ini, Syam?" cecar Caca."Mah, ceritanya nanti aja, sekarang susul kami di rumah sakit tempat aku praktek ya," jawab Syam yang berprofesi sebagai dokter.Kemudian Caca pamit pada Yura, dia mengatakan satu hal pada anaknya tentang Vira. Caca sendiri nyaris tak percaya dengan apa yang dilakukan Vira tadi."Mah, aku ikut ya," bujuk Yura.Awalnya Caca tidak mengizinkan, tapi Alfa yang akhirnya membolehkan Yura untuk ikut.Mereka segera ke rumah sakit menemui Vira dan Syam, bahkan Caca menyuruh Alfa untuk mempercepat laju mobil.Sepanjang jalan Caca berprasangka buruk pada Syam, sebab Vira tidak mungkin seperti itu jika tidak ada satu masalah."Pasti mereka lagi ribut, terus Vira benar-benar buntu otaknya," ucap Caca. Bahkan dia menggigit jarinya ketika ngobrol dengan Alfa di dalam mobil."Sudahlah kita positif thinking aja, mungkin Vira lagi banyak pikiran," timpal Alfa mencoba menen

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 36

    Ketika Caca bicara seperti itu, Yura pun langsung berdiri. Dia menarik pergelangan tangan sang mama lalu sebelah kanannya mencekal paksa sang ayah. Caca dan Alfa diajak pulang oleh Yura."Yura, kita belum selesai bicara," ucap Jimmy."Kamu bicara aja dengan papaku, kalian itu sama, tidak ada yang beda dengan kalian!" sungut Yura.Dia langsung mengembalikan badan dan menarik kedua orang tuanya itu keluar. Mereka langsung pergi dari rumah Sandi dan Amara."Yura! Kamu jangan seperti itu, papa akan kehilangan pekerjaan kalau kamu membatalkan pernikahan!" Sandi berteriak seperti itu pada Yura. Hal itulah yang membuat anak kedua dari pernikahan Sandi dan Caca itu menghentikan langkahnya. Dia menatap sang papa dengan memicingkan matanya. Langkah Yura sangat berat tapi tetap memaksa diri untuk menghampiri sang papa."Bagaimana bisa seorang papa, lebih mementingkan pekerjaan ketimbang hati anaknya? Inikah pantas disebut papa? Aku rasa enggak, ternyata apa yang dilakukan Mama itu sudah sangat b

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 35

    "Bicarakan di rumah, jangan di jalan seperti ini," ucap Alfa menasihati calon menantunya.Akhirnya mereka kembali ke rumah Sandi. Jimmy menyusul di belakangnya dengan mobil sedan berwarna hitam. Jimmy memicingkan mata sambil tersenyum. Dia mengetuk-ngetuk jarinya di gagang setir. "Kenapa juga gue bisa ketahuan sama Yura. Kalau Papi tahu, kena omel dah gue, secara dia pilihan Papi," gerutu Jimmy sambil menuju rumah Sandi. "Anggi juga kenapa nggak mau putus sih? Malah godain gue terus, nggak kuat kan iman gue ini, apalagi si Bejo, alat perang, nggak bisa diajak kompromi kalau lihat yang seksi," tambah Jimmy lagi.Setibanya di rumah Sandi, mereka langsung masuk. Begitu juga dengan Jimmy, dia mengantongi kunci mobil lalu mengekor di belakang Yura dan Alfa. Mereka sudah saling kenal, jadi sudah tahu silsilah keluarga. Sandi terkejut tiba-tiba ada Jimmy di belakang Alfa dan Yura. Namun, mereka tetap menjaga sikap, Jimmy dipersilakan duduk dan ikut bicara di tengah-tengah perselisihan kelua

  • Suami dan Sahabatku Berulah ketika Aku Lengah   Bab 34

    Sepanjang jalan Yura menangis sambil menggendong tasnya. Dia kesal pada takdir dan keluarganya sendiri."Kenapa cuma Ayah yang baik padaku? Padahal dia orang lain, tidak ada darah yang mengalir di tubuh Ayah," ucap Yura bermonolog sambil melambaikan tangannya untuk memanggil tukang ojek yang kebetulan ada di pangkalan.Biasanya anak memang mengingat seseorang yang merangkulnya saat saat sedang terpuruk. Tadi Alfa yang selalu mencegah Sandi berbuat macam-macam pada Yura. Jadi dia teringat terus, apalagi ketika Sandi hendak menampar Yura dengan telapak tangan sudah mengambang di depan wajah putrinya itu. Tentu kejadian itu akan diingat Yura dan terngiang-ngiang selalu di kepalanya.Ponsel Yura terus berdering, panggilan masuk dari Caca tak berhenti sejak ia meninggalkan rumah. Yura menoleh ke belakang, ada Alfa yang tengah mengejar ojek yang ditumpangi oleh Yura."Yura! Berhenti, Nak!" Alfa berteriak.Yura menoleh dengan mata berembun. "Ayah yang mengejarku. Papa ke mana?" Yura bicara s

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status