Share

Suami di Atas Kertas
Suami di Atas Kertas
Author: Dazzling Michii

BAB 1

“Pokoknya papa tidak suka kamu pacaran sama Robby. Putusin atau kamu bukan anak papa lagi!” 

Bayangan perkataan sang papa tebersit di benak seorang wanita cantik bernama Hanna, Hanna Rihanna Kumalasari.

Meski dia adalah pewaris tunggal perusahaan international Glorious Group Company, Hanna ingin mandiri, memilih tinggal di sebuah kontrakan kecil demi menyesuaikan cara hidup pasangannya. Wanita yang memiliki wajah blasteran berdarah campuran Sunda dan Eropa itu, kini harus menelan ludah atas omongannya sendiri yang lebih membela kekasihnya itu daripada menuruti perkataan sang papa. Berulang kali ucapan papanya terngiang-ngiang di kepala, membuat rasa meratapi Hanna kian mendera.

“Tega kamu, Robby! Tega!” lirih Hanna. 

Dia berlari melibas deras hujan. Tak peduli tubuh yang basah kuyup. Dia hanya ingin menangis tanpa ada yang tahu. Biar hujan saja yang mengetahuinya dan menyamarkan air mata itu. Tentu saja, apa yang akan kamu rasakan jika mengetahui kekasih yang kamu cintai, diam-diam menikah dengan wanita lain, di saat kamu sudah menyerahkan seluruh hidup untuknya. Bahkan, rela mempertahankan hubungan yang ditentang orang tua? Pasti akan hancur sekali, seperti Hanna. Wanita itu kembali teringat rasa sakit hati yang begitu membuatnya patah. 

***

Lelaki itu bernama Robby, yang Hanna anggap baik dan mencintainya dengan tulus. Selama empat tahun menjalani hubungan backstreet bersamanya. Namun, lelaki itu malah menikah sama janda beranak dua. Hancur, itulah yang dirasakan Hanna. Hatinya terasa tercabik-cabik, badan lemah tak berdaya, seperti tanpa tulang.

Itu juga Hanna mengetahui dari akun media sosial. Robby mengaku kerja ke luar kota, ternyata melakukan pernikahan sama wanita lain yang merupakan putri pemilik dari perusahaan nasional Win Food Solution.

Dia tidak mungkin lompat-lompat kegirangan dengan apa yang menimpanya. Hanna langsung terpuruk, hatinya hancur, empat hari tidak masuk kantor, tidak keluar dari kamar, hanya keluar untuk ke toilet saja. Tidak ada nafsu makan, pikiran kalut, dan merasa depresi beberapa hari. Saat mengetahui hal itu. 

Hanna memilih pulang setelah lima jam berada di tengah derasnya hujan. Dia menangis sejadi-jadinya di dalam rumah. 

Begitu tiba di rumah, tiba-tiba terdengar seseorang mengetuk pintu.

“Hanna!” ucap seseorang bersamaan dengan suara bel rumah yang ditekan.

Telinga Hanna menangkap suara sangat familier. Suara lelaki yang amat dia cintai, tetapi memilih bersanding dengan wanita lain. Sontak Hanna langsung mengangkat kepala, ingin memastikan suara itu, ada harapan kalau itu benar-benar Robby. Namanya juga hati perempuan belum move on, itulah perasaan yang dirasakan Hanna. Namun, tidak ada siapa-siapa. Ada sedikit perasaan kecewa hinggap pada diri wanita itu. 

Suara itu kembali terdengar. Hanna menarik langkah membuka pintu rumahnya.

Spontan netranya membulat sejurus dengan mulut yang terbuka cukup lebar. Dia kaget bukan main saat melihat seseorang di hadapannya. Namun, tiba-tiba pandangan Hanna langsung gelap, dia terjatuh dan tidak sadarkan diri. Hanna pingsan karena tidak makan beberapa hari ini.

Seseorang yang mengetuk pintu rumah Hanna, turut terkejut melihat wanita itu yang sudah ambruk di lantai. Dengan hati-hati, dia mengangkat tubuh Hanna yang kurus dan kecil lalu membaringkannya di atas tempat tidur. 

“Hanna, Hanna,” ucap lelaki itu. Menggoyangkan tubuh dan sesekali menepuk pipi Hanna agar bangun. 

Beberapa menit kemudian. Perlahan mata wanita itu terbuka, sayup-sayup dia mendengar kembali suara Robby memanggil dirinya. Bagi Hanna seperti sebuah mimpi, lelaki itu sudah menikah, tidak mungkin Robby datang menemuinya. Mata Hanna terbuka sempurna dan langsung menangkap sosok Robby yang ada di hadapannya sekarang. Kedua sudut bibir Hanna mengembang indah. Rasa rindu yang begitu menusuk kalbu, sekarang perlahan hirap karena sudah berujung temu. 

 “Kamu nggak apa-apa, Hanna. Kenapa kamu pucat begini, sih?” tanya Robby, terlihat mengkhawatirkan Hanna. Mata Hanna bisa melihat jelas wajah panik Robby.

Hanna ingin memastikan apakah ini hanya fatamorgana. Dia memberanikan diri, jemarinya bergerak menyusuri setiap sudut wajah Robby. 

“Kamu jahat sekali kepadaku. Kamu menikah sama orang lain,” ucap Hanna. Meluapkan kesedihannya yang terpendam selama ini. Tangannya menangkup wajah lelaki itu. 

“Siapa yang menikah? Aku tidak bakal menikah sama cewek lain selain kamu, Hanna,” balas Robby.

“Tidak usah berbohong! Aku sudah lihat postingan cewek itu, nge-tag kamu di akun media sosial,” timpal Hanna dengan suara parau.

“Sumpah, itu bukan aku yang nikah, itu sepupu aku yang nikahan, aku cuma panitia aja,” ujar Robby, mencoba meyakinkan Hanna.

Sebelum Hanna membalas kalimat Robby, dengan cepat lelaki itu mencium Hanna dan memeluk erat tubuh wanita itu. Meluapkan rindu bercampur nafsu yang sudah tak tertahankan. Merasa terengah-engah, Hanna menarik diri dan menghirup napas sebanyak-banyaknya. Namun, Robby tak membiarkan hal itu berlangsung lama, dia kembali merengkuh Hanna, menciumnya kembali, dan sedikit menekan tengkuk Hanna yang terasa begitu halus di tangannya. 

Nafsu mereka makin meningkat. Hanna pasrah, tidak bisa melawan karena tubuhnya tidak menolak. Membiarkan Robby melakukan aksinya. Ini bukan pertama kali mereka bercinta. Kesucian Hanna direnggut pertama kalinya oleh Robby. Hanna merelakan kegadisannya atas dasar cinta dan sayangnya kepada laki-laki itu.

Setelah selesai melampiaskan gairah mereka masing-masing, mereka tetap bergeming dari ranjangnya. Tanpa sehelai benang pun terpakai, kecuali selimut yang menjadi saksi bisu sekaligus menutupi tubuh mereka berdua.

“Kamu percaya, kan, sama aku? Aku sayang sama kamu, Hanna, mana mungkin aku menikah sama orang lain,” ucap Robby, membelai rambut Hanna yang ada dalam pelukannya. 

“Iya, tapi kamu tidak bohong, kan?” lirih Hanna dengan mesra dan manja dalam dekapan sang kekasih. Menenggelamkan wajahnya ke dada bidang Robby. Seolah-olah enggan untuk berpisah. 

“Nggak, Sayang. Aku ke toilet sebentar, mau bersihkan diri dulu, ya,” ucap Robby. 

Hanna mengangguk. Satu kecupan dari Robby mendarat di kening Hanna, sebelum lelaki itu beranjak ke toilet. Hati Hanna menghangat, dirinya merasa sudah tenang dan baikan. Dia memunguti pakaiannya yang berserak di lantai dan memakainya kembali. Ketika Hanna menyisir rambutnya, perhatian wanita itu teralihkan begitu mendengar ponsel milik Robby yang bergetar di atas meja. Dengan rasa penasaran yang menghantui, Hanna tanpa ragu mengambil benda itu. Namun, sandi ponselnya diganti. Meski begitu, notifikasi di layar ponsel kelihatan jelas. Tampak pesan dari seseorang, bertuliskan kontak yang diberi nama My Wife. 

[Robby, Sayang, nanti pulang jam berapa? Kangen, nih, dengan keperkasaan kamu yang seperti semalam.]

Hanna sangat syok, seperti tersambar petir. Baru saja dirinya dibuat berbunga-bunga, kini dia harus dijatuhkan ke dasar jurang pesakitan. Ternyata benar, Robby memang sudah menikah, tetapi dia sekarang ada di sini bersama Hanna dan baru saja usai bercinta. 

Robby keluar dari toilet dan melihat ponselnya ada di tangan Hanna. Dengan cepat direbut lalu melihat notifikasi yang masuk. Seketika Robby gugup setelah melihat Hanna yang memergoki dirinya, belum lagi raut wajah memerah gadis itu yang tampak siap meluapkan marah. Robby menyesal karena kelalaiannya meletakkan ponsel di atas meja Hanna.

“Jelaskan kepadaku sekarang, Robby. Siapa yang mengirimmu pesan itu?” Hanna bertanya tegas. 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Felicia Aileen
menarik nih ceritanya.. pengen follow akun sosmed nya tp ga ketemu :( boleh kasih tau gaa?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status