Se connecterTubuh gemuknya bergetar ketakutan, keringat dingin mengalir deras dari pelipis-pelipis yang berlemak. Tangannya yang gemetar hampir tidak mampu menggenggam gagang pedang, sementara wajahnya memucat seperti mayat yang baru bangkit dari kubur.
'Topeng Iblis?' Putri Chu Rong tak kalah kaget. Ia sering mendengar orang-orang membicarakan tentang kelompok ini, dan sekarang ia bertemu dengan salah satu dari mereka? Di balik cadarnya, wajah cantik sang putri menjadi pucat pasi. Kelompok Topeng Iblis adalah legenda hidup di dunia persilatan, sebuah organisasi misterius yang anggota-anggotanya adalah para pembunuh terhebat di bawah kolong langit. Nama mereka saja sudah cukup membuat para jagoan dunia hitam gemetar ketakutan. Baru saja lolos dari kejaran serigala dan sekarang ia bertemu dengan harimau ganas yang bisa melahapnya kapan saja. Putri Chu Rong Xi sekarang merasa nasibnya sungguh malang. Jantungnya berdegup kencang dalam dada, bagaikan kendang perang yang dipukul tanpa henti. Nafasnya terasa sesak, seolah udara di sekelilingnya telah berubah menjadi sirup kental yang sulit dihirup. "Jadi, kau ... kau adalah?" Pria botak yang masih berada di atas kudanya terlihat terkejut. "Kau adalah salah seorang anggota Kelompok Topeng Iblis?" Suaranya bergetar seperti daun di angin badai. Kuda hitamnya pun ikut gelisah, menghentak-hentakkan kaki depan dengan resah, seolah merasakan aura kematian yang semakin mengental di udara malam. "Ya." Pemuda bertopeng tersenyum penuh misteri. "Kalian merasa takut sekarang?" Senyum di balik topeng itu tidak terlihat, namun nada suaranya yang dingin dan penuh percaya diri membuat keenam bandit merasakan hawa dingin yang menjalar dari tulang belakang hingga ke ujung kaki. "Takut?" Bandit berbadan tambun pura-pura berlagak sok berani, meski suaranya bergetar hebat. "Untuk apa kami takut terhadap anak kecil sepertimu?" Namun keringat yang mengalir deras dari dahinya yang lebar mengkhianati kepura-puraannya. Tangan gemuknya mencengkeram gagang pedang dengan begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih, sementara kakinya yang pendek bergetar di atas pelana. "Anak kecil?" Pemuda bertopeng melihat dirinya sendiri dengan heran. "Mereka pikir aku anak kecil?" Tubuhnya memang terlihat ramping dan masih tidak terlalu tinggi, tapi aura yang terpancar darinya bagaikan naga raksasa yang sedang tertidur, tenang di permukaan namun menyimpan kekuatan dahsyat yang siap meledak kapan saja. Sementara itu, keenam orang bandit yang telah terluka oleh serangan daun bambu itu pun saling berpandangan. Beberapa saat sebelumnya, pemuda bertopeng itu telah meluncurkan segenggam daun bambu yang berubah menjadi senjata mematikan, merobek kulit dan daging mereka dengan mudah. Luka-luka kecil namun perih itu kini masih mengeluarkan darah segar. Salah seorang dari mereka berbisik dengan suara gemetar. "Bagaimana ini? Gadis itu ada di tangannya sekarang." "Tunggu apa lagi? Ya kita tinggal rebut saja dari tangannya! Mengapa harus takut pada bocah ingusan seperti dia? Selama itu bukan Yang Hua yang kita hadapi, maka itu tak jadi soal. Kita pasti bisa meringkus bahkan membunuh bocah ini!" jawab pria botak penuh keyakinan. Yang Hua adalah ketua Sekte Lembah Kegelapan yang memiliki Kelompok Topeng Iblis, sosok legendaris yang namanya saja sudah cukup membuat para master k****u terhebat enggan bermusuhan dengannya. Namun pria botak ini yakin bahwa pemuda di hadapan mereka pastilah hanya anggota junior yang belum terlalu menguasai jurus-jurus mematikan kelompok itu. "Ta--tapi, tapi ...." Si Pria berjenggot terlihat ragu dan takut. "Tapi dari yang aku dengar, anggota kelompok ini semuanya sangat hebat!" Jenggot panjangnya bergetar ketakutan, sementara mata kecilnya melirik ke kiri dan kanan mencari jalan melarikan diri. Ia telah mendengar terlalu banyak kisah mengerikan tentang Kelompok Topeng Iblis untuk bisa mengabaikan peringatan naluri bertahan hidupnya. Dari balik semak-semak yang rindang, gadis bercadar masih ketakutan. Dengan perasaan cemas yang mencekam, ia mengintip dari celah dedaunan tumbuhan semak tempatnya bersembunyi. Hatinya berdebar tidak karuan menyaksikan konfrontasi yang akan segera berubah menjadi pertumpahan darah. Sebagai putri kerajaan, ia telah banyak mendengar berita tentang peperangan, tetapi aura yang terpancar dari pemuda bertopeng itu berbeda, lebih dingin, lebih mematikan, bagaikan pedang yang telah diasah selama ribuan hari untuk satu momen pembunuhan yang sempurna. Tujuh orang pria kini berdiri berhadapan sebagai musuh dan satu melawan enam tentu bukanlah jumlah yang adil. Akan tetapi bagi seorang ksatria, adalah pantang mundur saat pedang telah tercabut dari sarungnya. Filosofi kuno dunia persilatan mengajarkan bahwa kehormatan seorang pendekar terletak pada keberaniannya menghadapi bahaya, bukan pada kemenangannya. Siang itu, di bawah rembulan yang mulai muncul dari balik awan, tujuh jiwa akan menentukan takdir masing-masing. Di mana ada pengetahuan dan perasaan kalah ataupun menang, kegembiraan dan kesedihan juga ada. Berhasil mengatasi baik dan buruk, kalah atau menang adalah suatu keberuntungan sejati. Kata-kata bijak para master kuno bergema dalam pikiran, mengingatkan bahwa pertarungan sejati bukan hanya soal kekuatan fisik, melainkan juga tentang kekuatan mental dan spiritual yang memungkinkan seorang pendekar tetap tenang dalam menghadapi maut. Pemuda bertopeng menunggu perundingan itu sembari mengorek-ngorek telinganya sendiri dengan sebatang bunga rumput yang ia cabut begitu saja. 'Sebenarnya apa saja yang sedang mereka bicarakan. Mengapa lama sekali?' gumamnya dalam hati. Pemuda bertopeng mulai kesal!Para tetua memang tidak meragukan akan keahlian Tetua Yang Xueying dan muridnya. Namun masalahnya, sekarang orang yang dimaksud sedang tidak berada di tempat tersebut karena sedang bersama istri sang ketua sekte. Jika menariknya secara tiba-tiba, apakah nyonya akan mengijinkannya?"Tapi, Tetua Xueying, bukankah saat ini Yang Se sedang bersama dengan Bibi Fuyu?" tanya Yang Shui. "Jika kita memanggilnya, lalu bagaimana dengan bibi?"Yang Hua tentu saja mengetahui akan kekhawatiran keponakannya. "Untuk masalah ini kamu tidak perlu khawatir, Ah Shui. Bibimu baru saja mengirim pesan kalau kita akan bertemu di perjalanan nanti.""Oh, baguslah. Kalau begitu sepertinya sudah tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi," ujar Yang Shui, hatinya merasa lega."Kalau begitu masalah penyamaran sepenuhnya akan menjadi tugas Tetua Yang Xueying," lanjut Yang Hua, ia menghadap ke arah orang yang dimaksud dan mengepalkan kedua tangannya. "Maka saya mohon bantuan Anda, Tetua Yang Xueying." Demi mendapat tu
Semua orang yang hadir seketika terdiam, hanya Tetua Yang Wuzhou saja yang tampak bersikap biasa saja dan masih sibuk dalam menikmati makanannya.Yang Hua menatap satu per satu wajah-wajah para tetua dengan tatapan tajam. "Kalian semua adalah para tetua yang aku hormati dan sengaja aku undang ke mari dengan segala rasa hormatku. Tetapi para Tetua sepertinya tidak lagi memandangku sebagai pemimpin kalian!""Pemimpin Tertinggi, mohon jangan salah paham!" seru Tetua Yang Lei dengan perasaan sedikit takut. "Apa maksud Tetua Yang Lei dengan kata salah paham?" Yang Hua beralih menatap Tetua Yang Lei, seakan sedang berusaha menguliti pria itu untuk mengetahui isi hatinya. "Kalian meragukan apa yang dikatakan oleh Qing Yuan, bahkan beberapa dari kalian seperti sedang sengaja menyudutkannya. Bukankah itu sama saja dengan tidak menghormatiku?" Semua orang terdiam dengan berbagai macam perasaan mereka masing-masing. Ada yang tidak senang atas pembelaan Yang Hua terhadap anak tirinya.'Ternyata
Semua orang tercengang. Wajah-wajah tua terlihat menegang. Namun, tentu saja Qing Yuan yang merasa lebih terkejut lagi.Mendengar kata 'hukuman mati', wajah Qing Yuan atau yang sengaja menggunakan nama Yang Yuan saat sedang beraksi bersama dengan kelompoknya, seketika memerah. Kesalahan yang tak ia lakukan, mengapa hukuman mati itu tertuju padanya? Bukankah ini sudah sangat keterlaluan?"Satu juta tahil emas? Bukankah ini hampir setara dengan setahun gaji seorang perdana menteri?" Yang Shui bertanya, seolah kepada dirinya sendiri. "Itu benar, Ah Shui. Bagi orang biasa, mungkin ini adalah sesuatu yang sangat menggiurkan!" Tetua Yang Lei berkata dengan sedikit antusias, seakan ini adalah suatu peluang besar untuk mengumpulkan kekayaan. 'Dengan imbalan yang luar biasa besar itu, siapa yang tidak merasa tertarik?' pikir Yang Shui disertai perasaan khawatir. Tentu saja, ia tak ingin Qing Yuan mengalami hal buruk yang seharusnya bukan menjadi tanggungannya. 'Ini harus segera diselidiki.
Yang Hua mengangkat tangan, melambaikannya sedikit untuk menarik perhatian semua orang. "Mari kita mulai hal yang ingin aku bahas bersama dengan Anda semua pada pertemuan kali ini. Aku yakin, kalian semua bertanya-tanya mengapa aku mengundang kalian secara mendadak."Para tetua saling melirik, rasa ingin tahu dan kekhawatiran terlihat jelas di wajah mereka. Semua orang memasang pendengaran mereka baik-baik, menunggu apa yang akan menjadi pokok pembahasan kali ini.Yang Chao, tetua yang duduk di ujung kiri, akhirnya membuka suara. "Pemimpin Tertinggi, apakah ini berkaitan dengan rumor tentang adanya sebuah kompetisi kekaisaran yang konon akan diadakan di Gunung Hijau?"Yang Hua mengangguk perlahan. "Benar. Kompetisi itu akan menjadi kesempatan emas bagi sekte kita untuk kembali menunjukkan kemampuan para generasi penerus yang kita miliki saat ini. Namun, tujuan kita lebih dari sekadar untuk kemenangan semata."Mendengar ini, para tetua menjadi bertanya-tanya kembali."Ternyata memang t
Tetua Yang Wuzhou seperti berpikir, dahinya menampilkan banyak kerutan."Aku hanya ... hanya sedang memikirkan sesuatu." Tetua Yang Wuzhou kemudian berjalan-jalan kecil sambil berkacak pinggang dan memutari Qing Yuan dengan dahi berkerut. Wajahnya bahkan terlihat sangat serius. "Kakekmu ini merasa khawatir kalau-kalau tidak ada gadis yang berani menjadi istrimu.""Maka itu bagus!" sergah Qing Yuan dengan sikap tak peduli, seolah masalah pernikahan bukan hal yang penting baginya."Kamu!" Tetua Yang Wuzhou terkejut, tanpa sadar menunjuk wajah Qing Yuan, lalu gumamnya, "Aiya, Bocah Nakal ini. Mengapa kamu seperti sedang mengutuk dirimu sendiri?" Yang Shui hanya mengulum senyum melihat sikap Qing Yuan yang terlihat kesal.Semua orang yang mendengarnya mengakui dalam hati akan perkataan Tetua Yang Wuzhou. Di tempatnya berdiri, Yang Hua menggelengkan kepala seraya mendesahkan napas."Pemimpin Tertinggi, kurasa memang tidak ada gadis yang layak untuknya selain daripada Rembulan Negeri Chu
Tetua Yang Wuzhou kembali menepuk bahu Yang Shui sembari menggeleng kepala, merasa takjub. Ia lalu beralih melihat ke arah Qing Yuan yang semenjak tadi hanya diam saja. Wajah tuanya terlihat sangat senang dan mulai ingin menggoda pemuda itu."Hei, Bocah Nakal. Lama tidak bertemu denganku, apakah kamu merindukan kakek baikmu ini?" Ekspresi wajah kakek tua berusia hampir tujuh puluh tahun ini terlihat nakal. Tangannya bahkan melayang cepat, mencubit kecil pipi Qing Yuan.Qing Yuan secara refleks bergerak menghindar hingga cubitan itu tak bertahan lama di kulit pipinya. "Kakek Gila, baru saja beres tapi sudah ingin membuat keributan denganku!""Siapa yang sedang ribut? Aku ini sedang melihat hasil pertumbuhanmu selama aku meninggalkan sekte ini selama lima tahun untuk menggembleng saudaramu itu. Aku tidak menyangka kalau kamu dan Ah Shui juga bisa tumbuh setinggi ini." Sambil berkata, Tetua Yang Wuzhou menaikan telapak tangannya ke ubun-ubun Qing Yuan dan menyamakan tinggi tubuhnya deng







