Share

03. Topeng Iblis!

last update Huling Na-update: 2025-08-15 04:30:22

Angin musim gugur berdesir melintasi padang rumput luas yang membentang di kaki Gunung Que. Dedaunan kering berguguran bagai serpihan emas yang terbawa arus waktu, sementara langit senja menyala dengan warna jingga kemerahan, seolah para dewa di kayangan tengah melebur logam mulia untuk menempa senjata surgawi.

Keenam penunggang kuda itu adalah para bandit yang telah lama menguasai jalur perdagangan di wilayah perbatasan. Wajah-wajah mereka keras dan kasar, terlukis dengan bekas luka pertempuran dan kehidupan jalanan yang tak kenal belas kasihan.

Mata mereka berkilat dengan nafsu akan emas dan darah, sementara tangan-tangan mereka yang kasar menggenggam erat senjata yang telah berkali-kali merenggut nyawa.

Yang mereka kejar adalah seorang pemuda bertopeng yang baru saja membawa lari gadis bercadar buruan mereka.

Pemuda itu bergerak dengan kelincahan yang luar biasa, melompat dari pohon ke pohon bagaikan monyet emas yang menguasai hutan, sesekali menyentuh tanah hanya untuk kemudian meluncur kembali ke udara dengan gerakan yang begitu anggun dan mematikan.

Tiba-tiba, sosok pemuda bertopeng itu dengan sengaja berhenti di tengah jalan, menghadang para bandit yang sekarang berjarak tak jauh darinya. Mata di balik topeng itu memancarkan cahaya dingin seperti bintang di malam yang sunyi.

Keenam pria itu menghentikan laju kudanya di belakang pemuda bertopeng yang sengaja membelakangi mereka.

Pemuda bertopeng dengan santai berkacak pinggang dan berseru, "Hei, para Bandit Jelek, sepertinya kalian suka sekali mengejar orang?"

Suaranya terdengar santai bernada main-main, tapi di dalamnya tersimpan ancaman yang membuat bulu kuduk merinding.

"Siapa kau, Anak Tengik? Cepat kembalikan gadis itu pada kami!" bentak si kepala botak dengan banyak codet di wajahnya.

Wajah bandit berkepala botak itu tampak seperti bulan purnama yang cacat, dengan bekas luka bakar dan torehan pedang yang menciptakan pola mengerikan. Matanya yang kecil dan sipit berkilat dengan amarah yang membara, sementara giginya yang ompong menampakkan senyum jahat.

"Aku?" Pemuda bertopeng menunjuk dirinya sendiri dengan gerakan teatrikal. "Aku adalah, emmhh ...."

Di balik topeng hitamnya, senyum misterius mengembang. Hembusan angin membuat jubah hitamnya berkibar bagaikan sayap kelelawar raksasa yang siap menerkam mangsa.

Pemuda bertopeng mulai bertingkah tengil, ia berjalan-jalan ke kanan dan ke kiri dengan gerakan santai namun seperti sedang meremehkan lawan. "Aku adalah utusan Dewa Yama yang akan mengambil nyawa kalian semua hari ini."

"Bagaimana, apa kalian takut sekarang?" lanjut pemuda bertopeng.

Energi spiritual di sekelilingnya bergetar, menciptakan aura kegelapan yang membuat tanaman-tanaman kecil di sekitarnya layu seketika. Bahkan kuda-kuda para bandit mulai resah dan menghentak-hentak kaki, merasakan hawa maut yang menguar dari sosok misterius itu.

"Hei, Bocah Tengik! Beraninya kau berlagak sok jago di hadapan kami! Tidakkah kau tahu siapa kami?" hardik pria berkumis sambil mengacungkan golok panjangnya.

Golok panjang di tangannya bergetar karena amarah, menciptakan denging logam yang nyaring. Kumis tebalnya bergerak-gerak seperti ulat bulu hitam yang kesal, sementara mata bulatnya memelototi pemuda bertopeng dengan kebencian yang mendalam.

"Siapa?" Pemuda itu dengan santai memungut sebutir batu hutan dan memainkannya penuh kesenangan.

Batu kecil itu berputar-putar di antara jari-jarinya dengan gerakan yang hipnotis, sesekali mengeluarkan percikan api kecil akibat gesekan dengan energi spiritual yang mengalir dalam tubuhnya. Gerakan sederhana itu menunjukkan tingkat penguasaan ilmu bela diri yang mencengangkan.

Salah seorang dari para bandit menjawab dengan suara parau, "Kami adalah ...."

"Siapa yang bertanya?" Pria muda bertopeng memotong perkataan pria berkumis sambil memutar tubuhnya dalam gerakan seperti tarian. "Apa aku terlihat sedang menanyakan gelar dan asal-usul kalian?"

Gerakan putarannya menciptakan pusaran angin kecil yang mengangkat dedaunan di sekitarnya, membentuk spiral emas yang berputar mengelilingi tubuhnya.

Pemandangan itu begitu indah sekaligus mengerikan, seperti dewa kematian yang sedang menari sebelum memanen nyawa.

"Topeng Iblis!" Bandit berbadan tambun terkejut dan menunjuk ke arah pemuda bertopeng, matanya melotot hingga hampir keluar dari rongganya.

"Topeng Iblis?" Orang lain tak kalah kaget, tubuhnya tiba-tiba bergetar akibat takut.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (5)
goodnovel comment avatar
Shen Sha
I am coming again Thor,,, lanjutin baca
goodnovel comment avatar
Lanang Jagat
hahahaha jgkgjjkk
goodnovel comment avatar
Da Mian
lanjut dong
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Suami untuk Sang Putri   96. Dari Gelap Menuju Cahaya

    Para tetua memang tidak meragukan akan keahlian Tetua Yang Xueying dan muridnya. Namun masalahnya, sekarang orang yang dimaksud sedang tidak berada di tempat tersebut karena sedang bersama istri sang ketua sekte. Jika menariknya secara tiba-tiba, apakah nyonya akan mengijinkannya?"Tapi, Tetua Xueying, bukankah saat ini Yang Se sedang bersama dengan Bibi Fuyu?" tanya Yang Shui. "Jika kita memanggilnya, lalu bagaimana dengan bibi?"Yang Hua tentu saja mengetahui akan kekhawatiran keponakannya. "Untuk masalah ini kamu tidak perlu khawatir, Ah Shui. Bibimu baru saja mengirim pesan kalau kita akan bertemu di perjalanan nanti.""Oh, baguslah. Kalau begitu sepertinya sudah tidak ada yang perlu dikhawatirkan lagi," ujar Yang Shui, hatinya merasa lega."Kalau begitu masalah penyamaran sepenuhnya akan menjadi tugas Tetua Yang Xueying," lanjut Yang Hua, ia menghadap ke arah orang yang dimaksud dan mengepalkan kedua tangannya. "Maka saya mohon bantuan Anda, Tetua Yang Xueying." Demi mendapat tu

  • Suami untuk Sang Putri   95. Si Pengubah Seribu Wajah

    Semua orang yang hadir seketika terdiam, hanya Tetua Yang Wuzhou saja yang tampak bersikap biasa saja dan masih sibuk dalam menikmati makanannya.Yang Hua menatap satu per satu wajah-wajah para tetua dengan tatapan tajam. "Kalian semua adalah para tetua yang aku hormati dan sengaja aku undang ke mari dengan segala rasa hormatku. Tetapi para Tetua sepertinya tidak lagi memandangku sebagai pemimpin kalian!""Pemimpin Tertinggi, mohon jangan salah paham!" seru Tetua Yang Lei dengan perasaan sedikit takut. "Apa maksud Tetua Yang Lei dengan kata salah paham?" Yang Hua beralih menatap Tetua Yang Lei, seakan sedang berusaha menguliti pria itu untuk mengetahui isi hatinya. "Kalian meragukan apa yang dikatakan oleh Qing Yuan, bahkan beberapa dari kalian seperti sedang sengaja menyudutkannya. Bukankah itu sama saja dengan tidak menghormatiku?" Semua orang terdiam dengan berbagai macam perasaan mereka masing-masing. Ada yang tidak senang atas pembelaan Yang Hua terhadap anak tirinya.'Ternyata

  • Suami untuk Sang Putri   94. Menyudutkan Qing Yuan

    Semua orang tercengang. Wajah-wajah tua terlihat menegang. Namun, tentu saja Qing Yuan yang merasa lebih terkejut lagi.Mendengar kata 'hukuman mati', wajah Qing Yuan atau yang sengaja menggunakan nama Yang Yuan saat sedang beraksi bersama dengan kelompoknya, seketika memerah. Kesalahan yang tak ia lakukan, mengapa hukuman mati itu tertuju padanya? Bukankah ini sudah sangat keterlaluan?"Satu juta tahil emas? Bukankah ini hampir setara dengan setahun gaji seorang perdana menteri?" Yang Shui bertanya, seolah kepada dirinya sendiri. "Itu benar, Ah Shui. Bagi orang biasa, mungkin ini adalah sesuatu yang sangat menggiurkan!" Tetua Yang Lei berkata dengan sedikit antusias, seakan ini adalah suatu peluang besar untuk mengumpulkan kekayaan. 'Dengan imbalan yang luar biasa besar itu, siapa yang tidak merasa tertarik?' pikir Yang Shui disertai perasaan khawatir. Tentu saja, ia tak ingin Qing Yuan mengalami hal buruk yang seharusnya bukan menjadi tanggungannya. 'Ini harus segera diselidiki.

  • Suami untuk Sang Putri   93. Kabar Buruk

    Yang Hua mengangkat tangan, melambaikannya sedikit untuk menarik perhatian semua orang. "Mari kita mulai hal yang ingin aku bahas bersama dengan Anda semua pada pertemuan kali ini. Aku yakin, kalian semua bertanya-tanya mengapa aku mengundang kalian secara mendadak."Para tetua saling melirik, rasa ingin tahu dan kekhawatiran terlihat jelas di wajah mereka. Semua orang memasang pendengaran mereka baik-baik, menunggu apa yang akan menjadi pokok pembahasan kali ini.Yang Chao, tetua yang duduk di ujung kiri, akhirnya membuka suara. "Pemimpin Tertinggi, apakah ini berkaitan dengan rumor tentang adanya sebuah kompetisi kekaisaran yang konon akan diadakan di Gunung Hijau?"Yang Hua mengangguk perlahan. "Benar. Kompetisi itu akan menjadi kesempatan emas bagi sekte kita untuk kembali menunjukkan kemampuan para generasi penerus yang kita miliki saat ini. Namun, tujuan kita lebih dari sekadar untuk kemenangan semata."Mendengar ini, para tetua menjadi bertanya-tanya kembali."Ternyata memang t

  • Suami untuk Sang Putri   92. Ada Apa dengan Ketua Sekte

    Tetua Yang Wuzhou seperti berpikir, dahinya menampilkan banyak kerutan."Aku hanya ... hanya sedang memikirkan sesuatu." Tetua Yang Wuzhou kemudian berjalan-jalan kecil sambil berkacak pinggang dan memutari Qing Yuan dengan dahi berkerut. Wajahnya bahkan terlihat sangat serius. "Kakekmu ini merasa khawatir kalau-kalau tidak ada gadis yang berani menjadi istrimu.""Maka itu bagus!" sergah Qing Yuan dengan sikap tak peduli, seolah masalah pernikahan bukan hal yang penting baginya."Kamu!" Tetua Yang Wuzhou terkejut, tanpa sadar menunjuk wajah Qing Yuan, lalu gumamnya, "Aiya, Bocah Nakal ini. Mengapa kamu seperti sedang mengutuk dirimu sendiri?" Yang Shui hanya mengulum senyum melihat sikap Qing Yuan yang terlihat kesal.Semua orang yang mendengarnya mengakui dalam hati akan perkataan Tetua Yang Wuzhou. Di tempatnya berdiri, Yang Hua menggelengkan kepala seraya mendesahkan napas."Pemimpin Tertinggi, kurasa memang tidak ada gadis yang layak untuknya selain daripada Rembulan Negeri Chu

  • Suami untuk Sang Putri   91. Kakek Gila

    Tetua Yang Wuzhou kembali menepuk bahu Yang Shui sembari menggeleng kepala, merasa takjub. Ia lalu beralih melihat ke arah Qing Yuan yang semenjak tadi hanya diam saja. Wajah tuanya terlihat sangat senang dan mulai ingin menggoda pemuda itu."Hei, Bocah Nakal. Lama tidak bertemu denganku, apakah kamu merindukan kakek baikmu ini?" Ekspresi wajah kakek tua berusia hampir tujuh puluh tahun ini terlihat nakal. Tangannya bahkan melayang cepat, mencubit kecil pipi Qing Yuan.Qing Yuan secara refleks bergerak menghindar hingga cubitan itu tak bertahan lama di kulit pipinya. "Kakek Gila, baru saja beres tapi sudah ingin membuat keributan denganku!""Siapa yang sedang ribut? Aku ini sedang melihat hasil pertumbuhanmu selama aku meninggalkan sekte ini selama lima tahun untuk menggembleng saudaramu itu. Aku tidak menyangka kalau kamu dan Ah Shui juga bisa tumbuh setinggi ini." Sambil berkata, Tetua Yang Wuzhou menaikan telapak tangannya ke ubun-ubun Qing Yuan dan menyamakan tinggi tubuhnya deng

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status