Share

Bab 4 Kembali nyablon

"Adit ke mana Dek?" tanya mas Bagas menyusulku ke dapur. 

"Di ajak Andi main futsal," ucapku acuh. 

"Kamu kenapa Dek, jutek amat."

"Kamu yang kenapa Mas, pulang malam mabok juga, sejak kapan kamu jadi suka mabok-mabokan gitu," ucapku emosi. 

"Pusing banget Dek, narik seharian gak dapat duit,malah Santo ngajakin hiburan jadi aku ngikut,” ucapnya santai sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. 

“Maaf Dek gak lagi-lagi deh," lanjutnya tanpa dosa. 

"Daripada pusing mending pacaran ya Mas?" sindirku sinis. 

"Pacaran apaan aku sama Santo kok Dek,"

"Liat ini! sini!" bentakku sambil menariknya kedepan cermin. 

"Apa ini Mas!?" ucapku emosi sambil menunjuk bekas merah di lehernya kasar. 

"Aku gak tau Dek, beneran, aku gak ngapa-ngapain, semalam aku cuma bertiga sama Santo dan Aris,” kata Mas Bagas ngotot. 

“Kamu juga kenal mereka kan coba deh kamu telpon mereka dan pastikan." 

Mas Bagas tampak menghubungi seseorang dan mengaktifkan loudspeaker. 

"Halo Gas sudah sadar kamu?"

"Ceritakan yang terjadi semalam cepat!"

"Memangnya apa yang terjadi." Terdengar suara tawa dari sana. 

"Santo! Lo masih nganggep gue temen gak!" bentak mas Bagas. 

"Ok ok sabar bro, jadi semalam Anita ke sini trus ngasih kita duit dan nyuruh gue sama Aris pergi,” suaranya terjeda.

“Gue butuh duit buat setoran jadi gue terpaksa ikuti maunya, gue bener-bener minta maaf,"

"Emang lo bener-bener gak ingat kejadian semalam?"

"Kayaknya dia pake obat tidur atau apalah itu makanya lo sampe gak sadar, bahkan pulangnya kan gue anterin abis sampe gue langung pulang bonceng Aris."

"Gue mau bantuin lo masuk tapi gue liat istri sama anak lo keluar gue jadi takut diomelin,keliatannya dia marah banget soalnya."

Mas Bagas langsung memutuskan panggilannya. Aku masih diam tanpa komentar. 

"Maafkan mas Dek, ini di luar kendaliku," ucap Mas Bagas memelas. 

"Sudah ku bilang mana ada hubungan laki-laki dan perempuan cuma duduk-duduk ngobrol Mas, gak masuk akal!" bentakku. 

"Tapi dari awal Mas sudah bilang padanya Mas sudah punya istri dan gak akan bisa macam-macam, dan dia bilang dia cuma butuh teman ngobrol sebagai hiburan dari penatnya pekerjaannya."

"Terserah!" potongku sambil berlalu ke kamar. 

"Dek sabar Dek, ingat janin di perutmu, kamu gak boleh marah-marah begitu.”

Aku tak bisa menjawab apa-apa hanya bisa menangis.

"Maaf Dek maaf, ini bukan kemauanku,lagipula akukan gak sadar pasti aku gak lakuin yang tidak-tidak." Mas Bagas mencoba terus membujukku. 

"Mungkin tanda ini sengaja dibuatnya biar kita ribut, tapi aku yakin aku gak melakukannya kan aku gak sadar Dek, mana bisa melakukannya dalam keadaan tidur begitu," lanjutnya. 

"Tolong jangan diam begini Dek, pukul aku bentak aku caci maki aku asal jangan diamkan aku begini Dek," ucap mas Bagas sambil berlutut di depanku seraya menangis. 

"Kalau aku bilang Mas berhenti dari pekerjaan ini  bisa!" ucapku tegas. 

"Kalau itu bisa buat Adek merasa lebih baik akan mas lakukan, mas akan coba mulai nyablon lagi."

"Mas minta maaf ya Dek," ucap mas Bagas sambil memelukku. 

Aku rasa aku harus memberinya kesempatan lagipula selama ini mas Bagas tidak pernah melakukan kesalahan yang fatal.

"Aku mau Mas berhenti narik angkot berhenti berhubungan dengan siapapun yang berhubungan dengan angkot kemarin," teriakku dengan penuh emosi. 

"Iya iya Dek akan mas lakukan, Adek jangan marah-marah lagi, takutnya nanti ada apa-apa dengan janin di perutmu Dek."

"Mas janji gak akan lakuin hal-hal kaya gini lagi, aku gak masalah Mas jadi kuli angkat barang ato kuli bangunan, yang penting jangan seperi ini," teriakku penuh emosi. 

"Iya iya mas janji, besok mas langsung kembalikan angkotnya."

Esok harinya mas Bagas mengembalikan angkotnya, dan kembali ke aktifitas sebelumnya menyibukan diri dengan pekerjaan sablon.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status