Share

Suamiku BOSS DIKTATOR
Suamiku BOSS DIKTATOR
Penulis: Aan Unyupoeqil

Kisah bermula

"Sial!"

Gea mengumpat saat melihat matahari sudah bersinar terang diluar sana. Kekesalannya semakin meningkat, ketika menyadari ranjang disebelahnya kosong tanpa penghuni.

Dengan gerakan cepat, Gea melompat turun dari atas tempat tidur lalu berlari menuju kamar mandi. Ritual pagi yang biasanya memakan waktu lama kini berlangsung sangat singkat, karena dia hanya membasuh wajah kemudian segera berpakaian.

Hanya modal menyemprotkan minyak wangi ke seluruh tubuh, maka orang-orang tidak akan menyadari hal jorok tersebut.

"Mampus! Telat satu jam!"

Gea menepuk dahinya cukup kuat setelah melihat jam tangannya. Mulutnya tak berhenti mengeluarkan umpatan dan sumpah serapah atas apa yang menimpanya pagi ini.

Kini, dia sedang berada didalam lift menuju ruangannya. Dalam hati, Gea selalu merapalkan do'a agar terhindar dari amukan si Bos.

Walaupun hal itu mustahil terjadi, tapi tidak ada salahnya kan berharap?

Ting!

Belum sepenuhnya pintu lift terbuka, namun Gea sudah menerobosnya sambil berlari.

Dia sudah tidak peduli lagi akan penampilannya yang semrawut. Biarlah itu menjadi urusan nanti, karena yang terpenting sekarang adalah hidup dan matinya.

Keadaan koridor tampak sepi karena semua orang sedang berkutat pada pekerjaannya. Hanya terdengar suara ketikan keyboard dan mesin fotocopy yang mengiringi setiap langkah Gea menuju tempat biasa dia mengerjakan tugasnya sebagai sekretaris.

Gea langsung menjatuhkan tubuh pada kursi kerjanya sambil berusaha mengatur napasnya yang memburu. Dia tersenggal-senggal disertai degupan jantung yang menggila, berdetak cepat seakan siap meledak.

Seperti tahu bahwa dirinya sudah datang, telepon dimeja Gea tiba-tiba saja berdering nyaring, mengintrupsi wanita itu untuk segera menjawabnya.

"Ke ruangan, sekarang!"

Tut...

Shit!! Tanpa babibu panggilan langsung diputus secara sepihak begitu saja, bahkan sebelum Gea sempat mengucapkan sapaan lewat suara merdu nan indahnya.

Sungguh kegondokan yang sangat haqiqi...

Meski diliputi rasa kesal yang luar biasa, namun Gea tetap melaksanakan perintah sang atasan seraya tersenyum manis.

Kini, Gea sudah berada di dalam ruangan milik atasannya, setelah sebelumnya dia mengetuk pintu sebanyak tiga kali sebagai bentuk kesopanan.

Gea berdiri dihadapan seorang pria yang merupakan Direktur Utama di perusahaan tersebut.

Tumpukan kertas sudah menjadi pemandangan biasa setiap dia memasuki ruangan ini.

Pandangan Gea jatuh pada papan nama yang diukir cantik dan diletakan di atas meja.

Adinata Baskara

Direktur Utama

Suara ketukan jari yang beradu dengan permukaan meja, segera menyadarkan Gea dari lamunannya.

Wajahnya berdiri tegak sejajar dengan mata si bos yang menghunus tajam.

Seketika suasana berubah horor, membuat Gea tanpa sadar menelan salivanya lamat-lamat. Sumpah demi apapun, aura pria itu sungguh mendominasi sehingga untuk sekedar bernapas saja rasanya susah.

"Jadi, kamu sudah bosan kerja disini?"

Hahh?! Sejak kapan dia mengajukan surat resign?!

Gea melongo. Matanya mengerjap-ngerjap persis seperti orang bodoh.

"Maaf, Pak?"

Nata mendelik tajam, membuat Gea meringis pelan. "Terlambat 1 jam. Kamu pikir perusahaan ini punya kamu?" bentaknya cukup keras.

Sontak Gea mengumpat dalam hati.

Heh!Memangnya siapa yang telah membuat dia begadang sampai pukul 3 pagi?! Dasar bos ga ada akhlak!

"Maaf Pak, saya salah," Gea menundukan kepalanya. Daripada berakhir panjang, lebih baik dia mengalah.

"Kali ini saya memaafkan ketidak disiplinan kamu. Tapi jika terulang lagi, surat pemecatan akan berada di meja kamu. Silahkan keluar," usir Nata seraya mengibaskan tangannya.

Gea menganggukan kepalanya sekali, sebelum akhirnya melangkah keluar dari ruangan tersebut.

Begitu pintu telah tertutup rapat, raut wajah Gea seketika berubah kesal. Dia berjalan menuju meja kerjanya sambil menghentakan kaki ke lantai, hingga menimbulkan suara bising.

Untung tempatnya berada diantara koridor, jadi perbuatannya tidak akan menarik perhatian pegawai lain.

Namun perlu kalian tahu, kata memaafkan versi Nata adalah memberi hukuman dalam bentuk lain.

Bagaimana tidak, diatas mejanya sudah disediakan tumpukan berkas yang dipastikan tidak akan selesai dalam sehari. Dan itu artinya dia harus kembali lembur.

"Dasar nyebelin! Engga di rumah, engga di kantor, hobi banget bikin naik darah," dumel Gea penuh emosi.

Jemarinya menekan tuts keyboard dengan tidak santai, berharap benda mati tersebut dapat meredamkan jiwa bar-barnya yang meronta.

Adinata Baskara, merupakan pria matang yang menjabat sebagai Direktur Utama disebuah perusahaan yang bergerak dibidang properti, yang sekaligus berstatus sebagai suaminya selama setahun belakangan ini.

Tapi mereka menikah bukan karena perjodohan, mereka juga tidak pernah terlibat dalam hubungan apapun. Lalu, bagaimana ceritanya mereka bisa menikah?

Semua berawal dari acara arisan ibu-ibu. Gea yang saat itu belum bekerja alias nganggur setelah lulus dari perguruan tinggi, dipaksa sang ibunda tercinta-Dewi-untuk menemaninya pergi arisan.

Acara tersebut hanya berisi wanita usia 40 sampai 50 tahunan. Bisa kalian bayangkan betapa tidak enaknya menjadi Gea. Duduk bersama para ibu-ibu yang sibuk bergosip ria, sementara dirinya hanya diam mendengarkan seperti obat nyamuk.

Saat kegiatan kocok mengocok sedang berlangsung, tiba-tiba Adinata Baskara anak si pemilik rumah datang dan disambut heboh oleh para tamu.

Bagian ini memang sedikit berlebihan tapi memang begitulah kenyataannya.

Sebagai tuan rumah yang baik-Lita-yang kini sudah bertransformasi menjadi Bunda mertuanya mengenalkan dia pada sang putra.

Dan kalian tahu apa yang terjadi selanjutnya? Malamnya keluarga Baskara datang untuk melamar Gea. Woww!!

Bayangkan, paginya kenalan malamnya dilamar.

Gea sangat tidak menyangka.

Dirinya benar-benar shock kala itu, disaat teman-temannya yang lain masih sibuk melamar, dia malah ngadain lamaran. Luar biasa memang keluarga Baskara ini.

Diterima gak?

Ya diterimalah. Gea itu realistis bukan tampang perempuan naif. Ada pria mapan, ganteng, dewasa, tajir, punya perusahaan terus dateng buat ngelamar. Siapa yang bakal nolak...

Namun, diantara semua kelebihan seorang Adinata Baskara, ada satu hal yang sangat Gea tidak sukai. Apalagi kalau bukan sifat diktatornya yang menjengkelkan.

Hampir setiap hari, entah itu di rumah ataupun di kantor, Gea harus menahan mulut untuk tidak mengeluarkan sumpah serapah pada sang suami.

Bisa dicap istri durhaka nanti, kalau kedapatan mengumpati suami sendiri.

Walau menjengkelkan, namun tak dapat dipungkiri bahwa dia mencintai pria itu. Apalagi jika mood perhatiannya sedang aktif, maka seketika Gea akan berubah menjadi tuan putri yang sangat dimanja.

"Gea." panggil Nata tegas saat sudah berdiri di depan meja kerja Gea si sekretaris.

"Iya, Pak."

"Ikut saya meeting," titahnya singkat, lalu melenggang begitu saja menuju lift.

"Cepat, Gea!"

Ketika si bos sudah berteriak maka kacung hanya bisa pasrah.

Bersambung...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status