Berbagai asumsi Kinara pikirkan. Salah satu asumsinya adalah, kemungkinan wanita itu pernah dicintai Arjuna kemudian menghianatinya. Hanya saja Argan menutup mulutnya rapat-rapat dan untuk bertanya pada Arjuna juga tidak mungkin. Dia pasti marah jika Kinara menanyakan masa lalunya. Lalu haruskah dia bertanya pada Laura? Sejujurnya, Kinara tidak mau berurusan dengan wanita itu lagi.
"Kinara?"
"Ah, iya. Maaf, Pak. Aku melamun."
"Tolong pikirkan baik-baik yang aku bilang tadi. Sebisa mungkin jangan terbawa suasana dan terlena dengan semua sikap manis Arjuna. Sebenarnya, aku juga khawatir kamu yang akan tersakiti. Jadi---"
"Tenang saja, Pak. Aku akan belajar untuk tidak baper dengan sikap Arjuna." Ki
Kinara merebahkan dirinya di kasur sambil beberapa kali memijat pelipisnya karena mendadak kepalanya pusing. Dia memang akhir-akhir ini sering kelelahan, lelah fisik dan lelah hati. Tugas kuliah yang semakin banyak ditambah pekerjaan kantor yang menguras fisiknya. Sebenarnya tidak masalah bagi Kinara karena sejak kecil fisiknya sudah terbiasa melakukan apapun. Ibu Diana dan ibu Linda selalu mendidiknya untuk mandiri dan tidak manja. Tapi ditambah lelah hati? Rasanya capek sekali harus menahan semuanya sendiri.Mengenal Arjuna membuat air mata Kinara sering terjatuh. Ah, Kinara tahu ini sudah menjadi resikonya. Dia telah mengambil keputusan ini untuk membantu orang yang dicintainya, sekarang Kinara harus siap menghadapi apapun kedepannya.Kinara teringat perkataan Arjuna tadi setelah mengantarnya pulang ke kontrakan. Besok
"Kinara?" "Kinara?" "Astaga, Amel! Kenapa harus berteriak?" Kinara mengusap telinga kanannya yang baru saja mendengar teriakan kencang dari sahabatnya itu. "Kamu ngelamun, aku panggil dari tadi juga." Amel merengut kesal. "Eh, maaf deh Mel, hehe." "Buruan cerita, kamu kenapa sih akhir-akhir ini sibuk banget, suka melamun juga," tanya Amel. Kinara melihat jam tangannya, masih ada waktu 1,5 jam sebelum dia masuk kantor. Arjuna juga sudah pergi dari kampus ini sekitar 2 jam yang lalu. Kinara bahkan masih syok dengan kenyataan bahwa Arjuna juga mahasiswa S2 di kampus ini.
Kinara membuka matanya lalu mendudukkan tubuhnya perlahan. Dia mengerjapkan mata berkali-kali sebelum sadar kalau ini bukan kamarnya. Kinara melihat sekitar dan ingat kalau ia berada di ruang Arjuna dan ketiduran. "Astaga, jam berapa ini?" Kinara mengecek jam tangannya, waktu menunjukkan pukul 16.30 itu artinya karyawan sudah meninggalkan kantor. Kinara mencari Arjuna dan Argan tapi tidak ada di ruangan itu, kemungkinan masih rapat atau pekerjaan lainnya. Kinara tiba-tiba teringat tadi pagi saat Arjuna mendadak menghentikan mobilnya karena melihat seseorang, kemudian dia hubungkan dengan wanita yang Arjuna sebut malam itu dan disebut Laura juga. Apa orang yang sama? Siapa? Mumpung Arjuna keluar, Kinara menuju meja Arjuna dan mencari sesuatu di sana. Siapa tahu ad
"Laura!" Kinara dan Laura menoleh, mereka melihat Lisa sudah berdiri di dekat pintu dengan tatapan tidak sukanya pada Kinara. Kedatangan Lisa membuat Laura tidak bisa melanjutkan perkataannya, sehingga Kinara tidak mendapat informasi lebih dari wanita itu. "Ngapain kamu ngobrol sama dia?" ucap Lisa sambil menunjuk pada Kinara. "Hanya menyapa calon istri Arjuna, Lis. Siapa tahu dia sadar lalu mengundurkan diri dari pernikahan itu," ejek Laura. Kinara menghela napas berat, sekali lagi dia harus bersikap tenang, tidak terbawa emosi dan tetap ramah. "Maaf, aku tidak akan membatalkan pernikahan ini," jawab Kinara mantap.
Kinara tidak menyangka kalau malam ini dia berakhir di kamar milik Arjuna. Setelah Safira meminta Kinara untuk menginap, akhirnya Kinara setuju dan harus tidur sekamar dengan Arjuna. Meskipun Arjuna berjanji untuk tidak berbuat macam-macam pada Kinara, namun masih ada kekhawatiran di wajah Kinara.Kinara melihat Arjuna keluar dari kamar mandi dengan baju lengkap yang pas sekali di tubuhnya. Kinara berharap bisa tidur selama Arjuna di dalam kamar mandi, namun matanya justru enggan tertutup."Kenapa, huh?" Arjuna dari tadi memperhatikan Kinara yang juga memperhatikannya.Kinara menggeleng kemudian menarik selimut dan memposisikan tubuhnya agar tidur dengan nyaman. Kinara memejamkan mata mencari kedamaian namun segera terusik dengan selimut yang tiba-tiba tertarik ke bawa
Kinara bangun lebih awal karena hari ini ada kuliah pagi. Dia bergegas mandi, berganti baju, sarapan dan berpamitan kepada orang tua Arjuna. Bukan hanya Kinara, Arjuna juga melakukan hal yang sama karena dia harus bertemu dosen pembimbing untuk membahas skripsinya yang tertunda.Selama di perjalanan menuju kampus, Kinara terus memikirkan tentang calon kakak iparnya yang tiba-tiba berubah setelah menikah. Apa karena pengaruh Lisa? Atau ada hal lain? Tiba-tiba Kinara ingat perkataan Lisa kemarin di toilet. Lisa pasti sangat membencinya setelah itu, mengingat percakapan mereka kemarin berakhir tidak baik."Jun?""Hm.""Kak Lisa itu, kamu tahu kan, sejak awal bertemu, dia sudah tidak suka denganku. Dan… kemarin a
Kinara segera pulang dari kampus setelah kuliahnya berakhir. Arjuna melarang Kinara untuk melanjutkan pekerjaannya sebagai office girl. Dia boleh datang ke kantor hanya untuk menemani Arjuna, tidak untuk bekerja. Mendapat perhatian lebih dari Arjuna membuat Kinara memiliki perasaan yang berbeda pada laki-laki itu. Mungkin Kinara memang sudah jatuh hati pada Arjuna dan sebisa mungkin dia menolak mengakuinya. Arjuna tidak mungkin memiliki perasaan yang sama dengan Kinara karena selama ini dia hanya main-main saja.Perkataan Amel tadi siang masih terngiang-ngiang di telinga Kinara. Ingin rasanya dia bertanya langsung pada Arjuna, siapa wanita yang bersamanya tadi siang. Namun, Kinara tidak punya cukup nyali untuk bertanya. Kinara mondar-mandir di kontrakannya, entah kenapa hatinya gelisah. Untuk menenangkan pi
Arjuna mengelus pipi kanannya yang terasa perih akibat tamparan dari Kinara. Arjuna menatap malas pada Kinara yang sejak tadi ingin tertawa. Rasanya ingin dia terkam tubuh mungil Kinara saat itu juga. Baru kali ini Arjuna mendapat tamparan dua kali dari wanita yang sama."Sakit?" tanya Kinara."Menurutmu?""Salah sendiri, kamu gak sopan menyentuhnya … itu … aku kan reflek jadi nampar kamu."Kinara malu mengatakannya. Dia memang reflek menampar Arjuna saat dia menyentuh bukit kembarnya."Bukannya enak?""Diam, Juna! Aku malu. Jangan bahas itu lagi!"