Share

Bab 2 - Sedikit Terungkap

Ku tunggu kedatangan mereka yang sudah berjanji akan datang pada pagi hari, bahkan untuk sekadar memberi kabar saja tidak mereka lakukan. Menunggu dan terus saja begitu, ku tengok ke dalam ternyata semuanya sudah hampir siap.

Di mana kamu, Wijaya? Kenapa tidak datang tepat waktu pada kesempatan ini, kesempatan untuk yang terakhir kalinya bertemu denganku. Setelah kejadian satu bulan silam dia dengan teganya menalak dan lebih memilih adikku, sampai saat ini pun kami belum bertemu.

“Dengan Ibu Mawar?”

“Ah, iya, dengan saya sendiri. Mohon maaf, tunggu sebentar lagi, ya.”

Hanya itu yang bisa ku jawab dari sekian banyaknya jawaban. Waktu terus-menerus bergulir, berlalu dengan sangat cepat. Aku bisa saja menunggu mereka ratusan hari karena memang ini akan menjadi akhir bagiku, hanya saja pihak pengadilan agama sudah tidak bisa menunggu lagi.

Pada akhirnya pun sidang perceraian diundur untuk waktu yang lumayan lama lagi, entah apa yang harus ku katakan, dan lakukan. Haruskah aku bahagia? Karena bagaimanapun, hati serta mental ku tak sekuat kenyataannya.

“Aku nggak bisa diam seperti ini, ke mana mereka? Bisa-bisanya nggak datang, apa mereka sengaja melupakan hari ini? Bukankah hari ini, yang udah mereka tunggu?!”

Ku terus menghubungi nomor keduanya, sudah tak terhitung berapa banyak panggilan yang tak terjawab, beberapa pesan sudah terkirim tanpa ada balasan satu pun. Mendatangi tempat yang biasanya didatangi Wijaya, tetap tak ada.

Memberanikan diri datang ke perusahaan, hasilnya tetap sama. Mereka berdua tidak ada, semua orang ku tanyai satu-persatu, nihil! Hasilnya nihil, tidak ada yang tahu mereka pergi ke mana.

“Apa yang harus aku lakukan? Secara dia udah menjatuhkan talak padaku, hanya proses sidang harta gono-gini yang belum kami urus. Apa mereka sengaja juga? Ah, ya Allah. Tolong hamba-Mu. Bukannya aku ini serakah atau bagaimana, ini menyangkut tanggung jawab dan janjiku dulu pada kedua orang tua, akan menjaga bahkan mengembangkan perusahaan.”

“Jika udah begini, semuanya akan lenyap begitu aja. Semua aset udah berubah menjadi atas nama Wijaya, betapa bodohnya aku dulu.”

Berjalan pun sudah tak seimbang, sempoyongan tidak jelas karena sedari pagi belum makan apapun selain minum air putih, ku dudukan bokong ini di bangku taman, menatap ke arah sekitar yang ternyata sudah banyak sekali pengunjung, untuk sekadar beristirahat sepertiku, dan ada juga yang terlihat sangat mesra bersama pasangan mereka masing-masing.

“Boleh ikut duduk?”

Ku tengok siapa yang baru saja mengajakku berbicara, dia seseorang yang pernah hadir dalam hidupku, sekian lama tidak bertemu dan pada akhirnya? Kami dipertemukan kembali, aku tidak pernah mau percaya pada kebetulan, semua ini pasti sudah direncanakan sang pencipta.

Entah apa yang sebenarnya ia lakukan, aku tak mampu untuk menoleh ataupun mengajaknya berbicara, jika tidak diawali maka kami akan terus-menerus diam tak bersua.

“Kamu berpisah dengannya?”

Iya, kenapa? Memangnya kenapa jika kami berpisah? Apa pedulimu! Toh, kalian berdua sama saja tidak ada bedanya, sama-sama tukang selingkuh, dan menghancurkan kepercayaan yang semula sangatlah besar.

“Sudahlah, jangan kamu pikirkan. Saya sudah tahu semua yang terjadi pada hidupmu.”

“Apa pedulimu? Dan apa urusannya jika aku berpisah dengannya? Hmm? Memangnya siapa kamu? Seenaknya bertanya,” cecarku.

Tadinya, memang sangat malas untuk meladeni dirinya berbicara. Hanya saja sebagai wanita akan ada saatnya berbicara pada saat diri ini tak lagi dianggap mampu oleh mereka yang mencoba untuk menghancurkan.

“Jelas, saya sangat peduli padamu, memang benar, kamu masih saja memendam dendam masa lalu pada saya, tapi kamu perlu tahu satu hal, dari dulu saya masih sangat mencintai kamu, tidak ada yang lain, di hati saya hanya ada namamu.”

“Apa katamu?” Ku tatap wajahnya dengan tajam.

“Saya sangat mencintai kamu dari dulu sampai sekarang pun sama, tidak ada yang bisa menggantikan posisimu di hati ini,” sahutnya lagi.

Ku perlihatkan wajah yang masam, meledeknya dan tak akan ku biarkan dia bisa menguasai diriku lagi seperti dulu, semua yang dia ucapkan akan selamanya dusta, tak akan pernah menjadi kebenaran, apalagi sampai membuatku kembali percaya pada semua ucapannya.

“Kamu mungkin akan selamanya menganggap saya pernah berkhianat dan berdusta, hanya saja ... kebenaran pasti akan terungkap, kapanpun itu, kebenaran akan datang untuk mengalahkan kebohongan,” ucapnya lagi.

“Tunggu, apa yang kamu maksud? Apa yang kamu katakan? Aku nggak akan percaya begitu aja!”

“Menurutmu, apakah sodara bisa menikah ataupun bercinta?” tanyanya lagi, kali ini ku lihat wajahnya menjadi murung.

Ku coba untuk membiarkannya menjelaskan apapun itu yang ingin dia jelaskan, percaya ataupun tidak, semuanya akan ku putuskan belakangan.

***

“Mawar, apa kamu sudah selesai menonton video itu? Katakan, apa yang kamu tangkap dari video tersebut.”

“Jadi, dia ....”

“Ya, dia adalah anak kandung bibi, kamu ingat bi Lela pernah pergi ke Arab untuk bekerja paruh waktu di sana, lalu dia pulang sudah berbadan dua karena majikannya sudah melakukannya, kamu ingat?”

“Iya aku ingat, lalu apa wanita yang saat itu memelukmu dan ... jadi dia anaknya bi Lela? Jadi dia bukan selingkuhan kamu?” Ku terus memberondong pertanyaan demi pertanyaan padanya.

Video itu sudah cukup membuka mata hatiku yang sangat beku sebelumnya, aku sampai dibutakan cinta selama ini, hingga tak bisa melihat yang mana kejadian sesungguhnya dan mana yang berbohong kala itu.

“Dia Hasna, keponakan yang sangat saya sayangi. Jika bukan saya, lalu siapa lagi yang akan jadi wali nikah untuknya? Bi Lela hanya punya saya, sebagai keluarga laki-laki dewasa kala itu, yang menikah pun bukan saya, melainkan Hasna dan suaminya.”

“Lalu kenapa dulu kamu pakai jas, dan kamu ....”

“Kamu seharusnya berpikir, memangnya laki-laki yang berpenampilan seperti itu hanya untuk pengantin saja? Jas hitam itu bukannya dipakai untuk umum? Apalagi dulu, saya lah yang menikahkan mereka, di hadapan semua orang saya lah yang menjadi wali, kamu tidak akan mengerti, jika saya tidak menjelaskan seperti ini,” ucapnya lagi panjang lebar.

Aku hanya bisa menangisi penyesalan masa lalu, betapa bodohnya aku langsung percaya begitu saja pada omongan orang, bisa-bisanya pun dulu tak mau mendengarkan semua kenyataan ini, aku memang wanita yang sangat bodoh, dulu sangatlah buta karena cinta.

“Mawar, kedatangan saya hari ini, bukan untuk menghasut ataupun merayu seperti yang kamu pikirkan, saya bisa tahu kamu berpisah dengannya pun dari tetangga yang rumahnya dekat denganmu, karena satu Minggu yang lalu saya sempat mengunjungi rumahmu yang sepi, semuanya terjadi di sana.”

“Kamu untuk apa datang? Bukannya kamu ....”

“Saya akan menjelaskan semuanya,” sahut laki-laki itu lagi, dia tidak seburuk yang aku pikirkan selama ini.

“Kenapa kamu baru datang sekarang? Ke mana kamu selama bertahun-tahun ini? Aku rasa, kita cukup lama tidak bertemu.”

“Saya mengalami depresi berat, saat tahu kamu memutuskan hubungan kita, lalu kamu menikah dengannya, dengan orang yang sudah menjebak saya! Wijaya sudah lama mengincarmu.”

“Apa? Jadi, dia yang udah menjadi dalang di masa lalu? Katakan, apa yang kamu katakan itu nggak benar, Andre!”

“Jika saya katakan itu benar, kamu mau apa? Semuanya sudah selesai, saya hanya ingin selesai dengan baik-baik, itulah alasan saya menemuimu, pasca sembuh dari penyakit selama ini.”

“Kamu ingin selesai? Bukannya kita dari awal udah selesai? Apa lagi yang terjadi? Dari awal kamu udah balas pesanku, dan kamu setuju untuk selesai denganku, dari situlah aku memutuskan untuk menikah dengan Wijaya.”

“Sebelumnya, kita tidak pernah selesai. Karena hubungan bisa dikatakan selesai, jika kedua pihak memutuskan hal yang sama. Saya tidak pernah membalas pesanmu, ponsel saya hilang entah ke mana saat itu, pikirkan ... apa maksudnya.”

“Andre, apa semua ini rencananya Wijaya? Apa dia yang selama ini udah merencanakan semuanya? Katakan, apa itu semua benar?” Aku terus mendesaknya untuk menjelaskan semuanya sampai selesai.

Andre hanya diam, kedua matanya tak lagi menatapku seperti tadi, dia seperti sengaja mengalihkan pandangannya pada yang lain untuk menghindari kontak mata denganku.

Komen (52)
goodnovel comment avatar
Cyya Yaya
Hikss saking cintanya ya kamu Andre sama mawar hingga berpisah dengannya membuatmu depresi
goodnovel comment avatar
Cyya Yaya
Mawar kamu terlalu dib*takan cinta Wijaya dengan mudahnya asetmu kamu atas namakan Wijaya.Nggak dipikirkan baik buruknya tindakan kamu ,kini pada akhirnya kamu sendiri yang susah .
goodnovel comment avatar
Cyya Yaya
Ini berarti salah mu juga mawar , mengapa lebih mudah percaya pada orang baru dibandingkan dengan orang yang sudah lama kamu kenal .Harusnya dulu itu kamu selidiki dulu Andre selingkuh tidak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status