Share

Bab 4 - Keserakahan Dibalas Kepintaran

“Kalian?” Aku terkejut, bukan karena melihat kedatangan mereka berdua, tetapi ada orang lain yang ikut datang, aku tahu betul itu adalah seorang pengacara dari pihak mantan suamiku.

“Nggak usah repot-repot, tanpa disuruh masuk pun masih ada hak nya kekasih ku, ayo ... langsung masuk, abaikan dia!”

Ayu, adik kandung yang selama ini sudah ku besarkan dan ku beri dia kasih sayang yang tulus, ternyata dia juga yang telah membuat kehancuran pada hidup ku ini.

Tanpa ingin berlama-lama menjadi sosok wanita lemah yang selalu dianggap bodoh, lebih baik ku telan perih dalam dada untuk sementara waktu, sampai pada tiba waktunya semuanya akan ku balas dengan keberhasilan ku.

Di ruang tengah, kami mendiskusikan harta gono-gini yang sangat diinginkan oleh pihak mereka, akan tetapi pada saat diriku akan mengajukan pertanyaan penting, sosok pengacara itu seperti dengan sengaja berada di pihak ku, padahal kami tidak saling mengenal sebelumnya hanya cukup tahu saja. Bahkan, dia adalah pengacara nya mantan suamiku.

“Loh, kok begitu? Mana bisa begitu, Pak? Kami yang sudah bayar anda untuk menjadi pengacara yang seharusnya bisa membantu, bukan ....” Ayu menghentikan ucapannya sendiri.

Pengacara itu pun melanjutkan penjelasan nya yang sangat detail pada kami, jangankan aku, semuanya pun tak ada yang berbicara karena sangat terkejut mendengar pernyataan itu. Siapa sebenarnya dalang dari semua ini? Kenapa harta kekayaan kedua orang tuaku jatuh pada orang asing yang tidak tahu siapa orangnya.

“Kak, kamu punya orang lain selain aku, hah? Nggak ada, kan?” tanya Ayu.

“Tidak ada, maksudnya itu bagaimana, Pak? Saya sebagai anak tertua merasa tidak mengerti dengan semua pernyataan ini,” tanyaku pada pengacara itu.

Mantan suamiku bagaikan patung saja sejak tadi, sebagai laki-laki dia tak ada usaha ataupun pembelaan sedikitpun, sudahlah itu akan ku abaikan terlebih dahulu.

“Baik, mungkin pihak kalian akan langsung bertanya siapa orangnya? Kenapa pada orang itu? Memangnya siapa dia? Ada hak apa? Saya tidak bisa menjelaskan semuanya hari ini karena memang jadwal saya bukan hanya di sini saja, saya akan mengatakan orangnya adalah pak Andre, beliau lah pemilik beberapa saham itu, telah dialihkan seluruhnya sebelum ayah kalian wafat,” ucap pengacara panjang lebar.

“Andre? Siapa Andre? Aku gak kenal dia siapa, orang asing bisa mendapatkan semua harta kami? Apa-apaan itu, namanya sangat tak adil!” hardik Ayu.

Sedangkan aku masih diam mematung sembari terus memikirkan bagaimana caranya agar aku bisa segera berbicara secara empat mata saja dengan pengacara ini, sepertinya memang ada sangkut pautnya dengan rencana Andre tadi di taman.

“Sayang, bagaimana ini? Kenapa kita gak kebagian apapun? Masa katanya kita hanya kebagian 10 juta doang, ya, mana cukup!” Lagi dan lagi Ayu tidak tahu diri, dia berbicara seolah-olah dirinya sudah melakukan hal baik pada perusahaan.

“Kamu sabar dulu, biar Pak pengacara yang menyelesaikan semua ini, kita tunggu kabar baiknya hari esok.”

Mendengar itu saja Ayu langsung diam, benar-benar pintar sekali membujuk dan menenangkan adikku, sedangkan selama ini padaku tidak pernah begitu, selama pernikahan kami berlangsung.

Ada perih, dan aja juga luka yang mendalam terus-menerus menggerogoti jiwa, hatiku hancur berkeping-keping berulang kali. Ku tahan bulir air mata ini agar tak membahagiakan mereka saat melihat ku menangis di atas kebahagiaan mereka.

***

Setengah jam setelah proses diskusi itu diselesaikan secara singkat karena memang katanya masih ada acara lain, justru itu semakin membuat ku penasaran ingin mencari tahu kebenaran secara langsung, ku tinggalkan mantan suami dan adik kandung ku di rumah, apapun yang akan mereka lakukan terserah saja, aku tak akan menghiraukan itu semua.

Fokus menyelediki kejanggalan ini, ku lihat mobil pengacara itu berhenti tepat di depan toko, seperti toko kelontong yang cukup sederhana. Tidak tahu akan melakukan apa selain membeli, ku tunggu saja langkah berikutnya dari kejauhan.

Baru saja kedua mata ini akan ku alihkan tiba-tiba sosok yang aku curigai sejak tadi datang juga, benar saja menemui pak pengacara itu di depan toko tersebut, untuk apa semuanya dilakukan? Sedikit melangkah agar bisa mendengarkan apa saja yang akan mereka bicarakan.

“Bagus, begitulah tugas pengacara yang amanah serta bertanggung jawab, jangan mau dan jangan pernah mau berapapun bayaran yang mereka tawarkan oke? Sekarang, kamu boleh pergi, terima lah ini untuk istri serta anakmu, tadi saya baru selesai berbelanja banyak,” ucap Andre, aku hanya bisa mendengar itu saja.

Pengacara itu pergi, entah akan ke mana sekarang, aku rasa memang sudah tak seharusnya diikuti lagi, sudah terjawab semuanya yang aku ingin tahu sejak tadi, bagus lah jika dugaan ini memang benar, karena Andre tidak mungkin juga berbuat jahat padaku.

“Kenapa kamu melakukan itu semua? Apa tujuan serta niat mu?” Aku menegur sekaligus menghampiri dirinya.

Seperti orang yang biasa saja, tidak ada ekspresi terkejut ataupun syok, apa Andre sudah tahu aku mendengarkan semuanya tadi? Ah, entahlah aku hanya bisa menebak saja.

“Mau belanja juga? Silakan, di sini semua produk terpercaya dan tidak pernah mengecewakan pembeli, silakan saja jika ....”

“Berhenti untuk berbicara omong kosong seperti itu, Andre. Apa sebenarnya yang ingin kamu lakukan? Kenapa kamu selalu saja bertindak sendiri tanpa sepengetahuan ku!”

“Mawar, apa kamu tidak melihat dan tidak merasakan? Ada dua orang yang sejak tadi mengintai dirimu, tidak harus menoleh ke belakang, anggap saja kamu memang benar-benar tidak tahu, itulah sebabnya pengacara tadi harus segera pergi,” ucap Andre.

Benarkah? Siapa orang yang ada di belakang? Aku ingin menoleh tetapi apa yang Andre katakan ada benarnya juga, lebih baik berpura-pura tidak tahu saja, walaupun memang tidak tahu.

“Mau belanja, kan? Silakan, jangan lupa jadi pembeli tetap agar bisa mendapatkan diskon akhir bulan, jaga dirimu baik-baik,” bisik Andre padaku.

Aku hanya mengangguk saja, berusaha untuk mengikuti apapun yang Andre instruksikan sejak tadi. Setelah Andre pergi, ku langsung saja masuk ke dalam toko dan berbelanja sungguhan, sembari sesekali mengintip sebenarnya siapa yang ada di belakang? Kenapa Andre langsung tahu sedangkan aku tidak.

Sedikit memutar bola mata ini, ternyata benar apa yang Andre katakan, dua orang itu adalah mantan suamiku dan juga adikku, sejak kapan mereka mengikuti bahkan aku tak menyadari semuanya.

Ku perhatikan dari dalam toko keduanya seperti cacing yang sedang kepanasan, entah apa yang dibicarakan oleh keduanya, lebih jelasnya Ayu seperti asing bagiku, terlihat sangat berbeda dari dirinya dahulu.

Ku menyayangi dirinya karena bagaimanapun juga Ayu adalah adik kandung ku, tetapi untuk kali ini beberapa pelajaran hidup harus ku berikan kepadanya agar tidak selalu menganggap hidup di dunia itu mudah.

Komen (60)
goodnovel comment avatar
Cyya Yaya
Mawar sikap ayu yang asing bagimu mungkin memang sikap Ayu yang sebenarnya begitu ,,, hanya selama ini didepan mu dan orang tuamu dia berpura pura.
goodnovel comment avatar
Cyya Yaya
Lain kali berhati-hatilah mawar ,peka jga terhadap sekitar mu takut aja aada bahaya tanpa kamu sadari kan . Untung saja Andre menyadari ada yang mengikuti mu diam diam ,,,eh untuk apa Ayu dan Wijaya mengikuti mawar ya
goodnovel comment avatar
Cyya Yaya
Uang 10 juta itu banyak lho Ayu kalo nggak cukup ya kamu kerjakan sana kumpulin uang yang banyak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status