Share

Bab 3 - Ada Apa Lagi?

“Andre, akan ku ulangi lagi pertanyaan yang sama, apa benar semuanya terjadi karena jebakan dari Wijaya? Katakan, atau aku akan melakukan hal yang nggak akan kamu terima!”

“Memangnya apa yang ingin kamu lakukan jika saya tidak memberitahu ataupun menjawab, hmm?”

“Aku akan bertindak! Karena ini semua menyangkut ....”

Aku heran, kenapa setiap ku tatap wajahnya, dia kembali seperti semula sikapnya. Menghangatkan dan bahkan semua masalah yang ada seperti tidak pernah terjadi diantara kami, apa memang benar? Selama ini, kami tidak pernah selesai.

“Apa? Katakan, kamu akan melakukan apa jika saya tidak menjawab? Jangan lakukan hal bodoh seperti dulu, kamu itu wanita karir, wanita yang semula tidak percaya akan pembodohan karena cinta, tapi apa? Kamu memakan ucapanmu sendiri dengan menikahinya karena dendam pada saya.”

“Aku nggak melakukan itu, aku menikah dengannya atas nama cinta, bukan karena ingin membalas dendam padamu.”

“Bisa saja saya percaya padamu, tapi? Saya tidak percaya.”

“Dia saja tidak benar-benar mencintai kamu, Mawar. Yang dia mau hanya harta kedua orang tuamu,” ucap Andre sampai tangannya ku lihat menjadi gemetar.

Aku mencoba untuk tetap tenang, tak ingin memperlihatkan rasa penyesalan karena sudah tak mempercayainya dulu. Bahkan lebih percaya pada laki-laki asing seperti Wijaya, dibandingkan pada laki-laki yang sudah bertahun-tahun aku kenali, Andre teman masa kecilku dari umur lima tahun.

Tak bisa ku pungkiri semua yang dia katakan semuanya benar, Wijaya memang tidak tulus mencintaiku, bahkan sampai proses perceraian saja dia tidak datang, hanya karena takut harta dibagi denganku.

“Maaf, saya terlalu emosi. Tidak seharusnya saya mencampuri urusan kalian, kedatangan saya hanya ingin menjelaskan semuanya yang sebenarnya terjadi, beserta buktinya. Belum bisa tenang rasanya jika tidak mengatakannya dengan jelas,” ucap Andre, dia memalingkan wajahnya ke arah lain lagi.

“Kamu tidak lupa siapa saya sebelum depresi, kan? Saya masih berprofesi sebagai pengacara. Kamu bisa tuntut dia sebagai suami yang tidak baik, atau apalah itu, asalkan saya bisa menebus kesalahan di masa lalu, untuk mengembalikan kepercayaan kamu terhadap saya.”

“Aku punya pengacara kok, kamu nggak usah repot-repot.”

“Ya, memang ada. Tapi, apa kamu punya dana nya? Untuk membayar pengacara tersebut hmm? Saya tahu, semua harta sudah berganti atas nama laki-laki itu, hanya rumah yang saat ini kamu tempati, yang tersisa, benar begitu?”

Lagi dan lagi dia mengatakan hal yang benar, kenapa dia bisa tahu semuanya? Sampai mengusut tuntas apa yang selama ini ku alami.

“Mawar, hari ini kita sudah benar-benar selesai dengan baik, saya memang salah dulu tidak langsung menjelaskan, memang siapa yang ingin sakit? Tidak ada, semuanya terjadi atas kehendak Allah. Saya benar-benar minta maaf, sudah gagal menjagamu. Demi Allah, walaupun saya masih memiliki perasaan yang sama seperti dulu, tidak ada satu niat buruk pun untuk kamu. Real hanya ingin membantu, untuk menyembuhkan luka dalam hatimu.”

“Dengan cara?” Ku naikan kapasitas sabar untuknya lagi.

“Saya akan menjadi pengacara kamu, tanpa biaya sepeserpun. Saya ikhlas membantu, selama kamu bisa bahagia, itu sudah lebih dari cukup untuk membayar saya.”

“Kenapa? Kenapa kamu masih ingin melakukannya? Kita bukannya udah selesai hmm.”

“Selesai hubungan bukan berarti tidak boleh saling membantu, kan? Kita sebelumnya teman baik, dan akan selamanya begitu jika kamu bersedia.”

Ku hela napas dalam-dalam, lalu memikirkan jawaban apa yang harus aku katakan padanya, semuanya sangat aneh, kenapa aku bisa kembali percaya padanya? Apa mungkin ini sebagian rencana darimu, ya Rabb? Sang pemilik hati, tolong hamba-Mu ini, untuk bisa tetap tenang.

“Jangan dipaksa, kamu bisa memikirkan semuanya dulu. Ada waktu berapa lama untuk kembali ke meja pengadilan? Selama itu, kamu bisa memikirkannya dulu. Ini kartu nama saya, hubungi saja.”

“Andre, tapi aku ....”

“Pikirkan baik-baik, jangan gegabah lagi. Cukup bodoh di masa lalu, tapi harus fokus pada masa kini, lebih baik lagi dari sebelumnya akan membuatmu menjadi wanita yang lebih terhormat daripada sebelumnya.”

“Masya Allah, aku sampai bingung harus berkata apa. Apa yang udah kamu katakan, semuanya memang benar. Tapi, aku punya alasan lain untuk memikirkan tawaran kamu itu.”

“Ya, karena kamu tetaplah Mawar yang dulu, bunga mawar yang indah namun tak berduri. Saya paham, kamu pikirkan saja dulu, langsung hubungi nomor itu, saya akan tetap menunggu. Maaf, saya tidak bisa berlama-lama di sini, kita bukan anak remaja seperti dulu yang bisa khilaf berduaan seperti ini, mengerti? Jaga dirimu baik-baik, jangan biarkan satu belalang pun yang ingin menghancurkan keindahan mu. Permisi, assalamualaikum.”

Ku tahan bulir air mata ini, hendak jatuh membasahi pipi tetapi selalu ku tahan, jangan sampai dia melihat kedua mataku ini menangis sesenggukan karena menyesali kejadian di masa lalu itu.

“Hmm, waalaikumussalam. Astaghfirullah, hatiku sakit. Melihat punggungnya pergi menjauh dariku, rasanya bagaikan tertusuk pisau belati. Lukaku, karena ulah Wijaya pun tak ada apa-apanya, dibandingkan lukaku saat ini, sungguh bodoh, cukup semua itu terjadi di masa lalu, aku akan lebih kuat lagi.”

***

Setelah berlama-lama diam di taman, aku akhirnya bisa pulang ke rumah ini lagi dengan perasaan yang semakin tak karuan. Mengingat kejadian masa lalu memang sangat menyakitkan, ditalak oleh Wijaya tak berasa sakit seperti ini, karena dari awal pun laki-laki yang sangat ku cintai tetaplah Andre.

Selama ini aku berusaha untuk tetap mencintai suamiku saja, tetapi semua itu sering sekali gagal, tanpa sepengetahuan Wijaya, dari dulu aku masih sangat mencintai Andre. Karena tak ingin memiliki perasaan yang salah, sekuat tenaga mencoba untuk menghapus semua rasa, memupuk rasa yang baru, walaupun pada akhirnya tetap gagal.

Selalu percaya pada janji Allah, yang mengatakan bahwa wanita baik hanya untuk laki-laki yang baik, begitupun dengan sebaliknya. Namun, aku selalu berpikir, apa wanita kurang baik sepertiku tidak pantas mendapatkan laki-laki baik? Sampai menikah pun berujung perpisahan.

Jika aku bisa bertemu dengan-Mu, akan ku tanyakan dengan jelas. Kenapa semuanya sangat menyakitkan? Mengapa dulu lebih percaya pada Wijaya dibandingkan laki-laki yang sudah lama ku kenal.

Dari awal pun kedua orang tuaku tak begitu menyukai Wijaya, hanya saja dulu diriku ini terlalu naif, dan bodoh karena cinta semu. Pernikahan yang terjadi atas dasar terburu-buru nyatanya tidak berakhir dengan baik.

Suara gedoran pintu di luar sana berhasil menyadarkan lamunan ini, dengan langkah yang tergesa, ku dekati pintu lalu membukanya, melihat siapa yang datang kali ini, berhasil membuat kedua mata ini memanas, bahkan tak ingin percaya bahwa ini adalah kenyataannya, aku berharap ini semua hanya mimpi buruk.

Komen (52)
goodnovel comment avatar
Cyya Yaya
Siapa itu yang datang ,mawar terlihat terkejut melihatnya
goodnovel comment avatar
Cyya Yaya
Padahal restu orang tua itu penting mawar ,kenapa kamu tetap menikah dengan Wijaya sementara orang tuamu tidak setuju .lihat kan sekarang hasil dari keras kepalamu .
goodnovel comment avatar
Cyya Yaya
Dari awal pernikahan mu mawar dengan Wijaya adalah kesalahan .Kamu menikah dengan Wijaya saat perasaan mu untuk Andre itu sangat salah .,,,kamu orang baik mawar,hanya takdir yang tidak baik harus membuat kamu menjalani pernikahan dengan Wijaya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status