Sebelumnya ….
Saat tiba dirumah kontrakan, kerumunan tetangga membuatku kaget.
"Loh! Ada apa ini rame-rame?" Perasaanku tidak enak. Segera aku berlari keluar dari mobil Reyhan. Begitupun dengan Reyhan. Mungkinkah Ibu membuat gara-gara? Atau anak-anak nakal?
"Permisi! Permisi," ucapku melewati beberapa tetangga yang bergerumunan. Anak-anak tengah bersama Mbak Asih. Ibu sedang terlentang memegangi dadanya.
"Ada apa ini, Mbak?" Aku bertanya pada Mbak Asih. Jelas saja aku sangat panik.
"Tadi, Ibu jatuh di kamar mandi, Mbak. Barusan saja. Tak lama
"Reyhan awas!" Kakiku tersandung kain lap. Tak sengaja, aku menubruk tubuh Reyhan. Reyhan terjatuh dan aku ....Bibirku tak sengaja menyentuh pipinya. Aduh, rasanya malu … sekali."Han, kalau jalan itu hati-hati. Dulu pertama liat kamu, kamu nabrak aku," ucapnya sambil berusaha bangun."Maaf, Rey. Sakit ya?""Nggak, Han. Enak kok nggak sakit." Dia mengusap bagian yang berada di bawah pinggulnya."Udah, kamu sekarang tidur. Itu kamar kamu," ucapnya sambil menunjuk kamar untukku."Kamar kamu di mana
Tiba sudah hari pernikahan Hany dan Reyhan. Keduanya saling diam tanpa banyak kata. Sesekali Hany melirik pada Reyhan. Namun, Reyhan tetap acuh. "Ada apa sama, Reyhan? Kenapa berubah jadi dingin begitu?" pikirnya dalam hati. Terkadang Rey akan tersenyum, itupun jika menyambut tamu yang memberi selamat.Pernikahan mereka berlangsung sederhana, karena keduanya tidak ingin ada pesta meriah. Tapi, tetap saja banyak tamu yang datang. Begitupun dengan Tama, dia hadir bersama Dewi. Menatap kesal Hany yang tengah berdiri di samping bosnya."Inget ya, Mas! Aku nggak akan pernah mau cerai sama kamu! Sekalipun nantinya, pernikahan ini hanya setingan!" bisik Dewi di telinga Tama."Kalau begitu, aku akan t
Suara ponsel Hany terus berdering. Membuat istirahatnya terganggu."Siapa sih, Han?" tanya Reyhan."Tau nih! Ganggu aja malam-malam! Ngeselin banget." Wajahnya ditekuk. Dengan malas ia meraih ponselnya.Secepat kilat Reyhan langsung melompat ke ranjang."Kamu ngapain lompat-lompat?" Hany mendengus heran."Pingin tau aja dari siapa." Reyhan mengintip layar ponsel Hany. Dia menatap Hany dengan pandangan yang sulit diartikan, membuat Hany sedikit takut karena rahang kokoh Reyhan mengeras tidak mengendur sedikitpun."Tama," celetuknya sinis. "Mau ngapain lagi si laki-laki ini!" Wajah Reyhan terlihat tida
[Mas, maaf, tolong kamu jangan kirim pesan ke aku lagi. Suamiku nggak suka][Aku nggak mau balik sama kamu lagi. Aku cinta sama Reyhan][Mulai sekarang, kamu tolong fokus pada istrimu][Lupakan semua masalalu dan buka lembar baru][Aku muak sama sikap kasar kamu! Jangan lupa itu! Bahasamu yang kasar! Memakiku dengan segala nama binatang.][Membuatku muak. Memang aku cinta sama kamu. Namun saat aku bersama dirimu saja aku ada rasa ingin bercerai, meski kutahan karena efek bucint! Kenapa juga setelah kamu ngelepasin aku, aku harus balik lagi sama kamu? Ogah ya Mas!][Mending aku sama Reyhan. Jauh lebih baik! Menghargai aku. Keluarganya juga baik! Tidak seperti Ibumu yang hanya bisa
"Han!" teriak Reyhan."Hem ….!" Hany menyahuti."Handuknya ketinggalan, nggak? Kalau ketinggalan Abang siap antar," godanya.Tak lama Hany pun keluar. Rambut panjangnya terurai basah. Memakai kaos oblong dan celana Levis pendek."Waooowwww! Sekkkksssiiii," ucap Reyhan."Si Reyhan bener-bener ya! Sumpah aku nggak nyangka kamu jadi sedikit gesrek begini," sungutnya sedikit kesal."Nggak masalah, dong! Kita kan udah resmi menikah! Hah!" Reyhan meniupkan napasnya di depan wajah Hany. Wangi mints dari mulut laki-laki itu begitu menyegarkan. Namun, jiwa jail Hany juga meronta."Ih, jorok! Ganteng-ganteng bau j
"Siapa ya? Tumben menjelang Maghrib kok ada tamu," lirih Bu Rani."Mana mencet belnya nggak cukup sekali lagi! Nggak sabaran banget!" grutu Bu Rani sembari mempercepat langkah kakinya."Loh, Pak Tama? Ada apa?" tanya Bu Rani setelah membuka pintu untuk tamunya."Saya mau ketemu anak-anak, Bu," ucapnya seraya mencari-cari sesuatu."Pak Tama cari apa?" tanya Bu Rani heran."Sebenarnya mau ketemu anak-anak apa nyari emaknya anak-anak? Dia pikir saya bodoh," ucap Bu Rani dalam hati."Saya lagi cari Reva dan Ravi, kok nggak keliatan?" jawab Tama
Sebelumnya :Reyhan pun merengkuh tubuh istrinya, lalu kembali menenggelamkan ke pelukannya. Berulang kali, Reyhan mengecupi kening Hany. Membuat wanita itu sangat merasa nyaman dan penuh cinta berada didekatnya."Sayang … banget sama kamu," ucap Reyhan. Hany tersenyum seraya menjawab, "Aku tahu," balasnya."Tidur lagi?" tanya Reyhan. "Atau …." Reyhan tak melanjutkan ucapannya."Atau apa? Aku lelah masa bolak balik mandi, Rey," rajuknya."Kan mandinya juga pake air hangat, jadi nggak dingin, Sayang …," balas Reyhan."Salah sendiri kamu mancing-mancing aku! Jadi tolong bertanggung jawab.""Hem … iyalah … lagian j
POV Hany.Sekarang, apapun yang akan Reyhan katakan aku sudah siap menanggung segala konsekuensinya. Mungkin aku bodoh, biar saja bagaimana tanggapan orang tentang aku jika mengetahui kisahnya.Aku hanya tidak ingin menjadi beban untuk keluarga ini. Lebih baik menjadi single parent, lalu kembali berjuang dan bekerja untuk membesarkan anak. 'Memang baiknya, kamu fokus pada kebahagiaanmu dan anak-anak, Han. Tidak perlu memikirkan hal-hal percintaan seperti apapun.'"Paling juga mau numpang hidup enak sama keluarga Tante gue. Enak banget, hidupnya, cuma mau jadi benalu!" Ucapan Shela yang tak sengaja kudengar selalu terngiang memenuhi isi kepalaku.Krek!Tiba-tiba Reyhan kembali membuka pintu kamar. Aku segera m