Share

Tanda Merah

Penulis: Anggrek Bulan
last update Terakhir Diperbarui: 2022-05-11 15:23:49

Suamiku Simpanan Tante-tante 10

Tanda Merah?

[Kamu mau main belakang? Awas kalau sampai kamu ngadu! Aku akan buat dia gila atau mungkin mati sia-sia!]

Aku sungguh tak menyangka jika Mbak Desi mengirimi pesan yang sangat tak enak seperti ini. Ini tadi berarti Mas Mamat sudah membicarakan tentang aku pada suaminya. Tetapi meski kesal, aku pun juga tetap takut dengan ancamannya itu.

Karena setahuku Mas Mamat itu sangat bucin sekali dengan Mbak Desi, jadi aku pun juga tak ingin kejadian yang lalu terulang kembali. Biar kuselesaikan masalahku sendiri dengan Mbak Desi demi keutuhan keluarga Mas Mamat.

[Nggak kok, Mbak. Maaf sekali ya, aku janji tak akan pernah mengadukan masalah ini pada Mas Mamat.] Balasku cepat.

[Janji itu jangan hanya di mulut atau hanya tulisan saja! Tapi kali ini aku memberi maaf kepadamu, tetapi lain kali jika kamu berbuat begitu lagi, maka kuanggap kau sudah tak sayang lagi dengan Mas Mamat! Ingat itu! Di depan Mas Mamat, kamu harus bisa menunjukkan jika aku ini adalah seorang kakak ipar yang baik.] Balas Mbak Desi lagi.

[Baik, Mbak. Tapi tolong jangan pernah sakit dan tinggalkan Mas Mamat.] Balasku singkat.

[Oke, jangan hanya janji tak mengadu kepada Mas Mamat saja, tetapi kamu juga tetap bayar hutang sebelum pukul delapan malam!]

Tak lagi kubalas pesan pada Mbak Desi, karena kurasa hanya akan mengulang masalah dan perkataan yang sama saja. Toh saat ini lebih baik aku bercengkerama dengan Kevin, dari pada harus meladeni kakak iparku yang culas itu. Yang penting tak tahu bagaimana caranya hari ini aku harus bisa mengembalikan uang pinjaman itu.

***

"Mau dibuatin minuman atau mau makan siang, Mas?" tanyaku pada Mas Saleh yang baru saja sampai di rumah.

"Buatin es sirup aja, Dek. Hawanya panas sekali ini," jawab Mas Saleh sambil tersenyum seperti biasa.

Aku pun langsung pergi ke dapur dan membiarkan Mas Saleh bercengkerama dengan Kevin, yang nampak saat ini sangat kangen dengan ayahnya. Siang ini memang sangat panas sekali jadi pantas rasanya jika Mas Saleh saat ini pun meminta dibuatkan segelas es.

"Ini, Mas. Silahkan diminum!"

Mas Saleh pun segera menghabiskan segelas es sirup tersebut. Suatu kelegaan tersendiri ketika suami menghabiskan hidangan yang kita sajikan.

"Terima kasih ya, Dek. Es sirup buatan kamu ini rasanya sangat berbeda. Pokoknya nggak ada yang menandingi deh." Mas Saleh mulai membual saat ini.

"Kamu ini ada-ada saja, Mas. Oh iya, apa kamu nggak capek setelah lembur melakukan pekerjaan sampingan, kini malah mau berangkat kerja lagi."

Aku memang menggerutu dan sedikit kesal kali ini, karena tadi suamiku itu bilang hanya akan sebentar saja di rumah dan akan kembali bekerja. Bukan karena aku berpikiran yang macam-macam pada dia, tetapi karena aku tak ingin dia jatuh sakit hanya karena kecapekan.

"Aku tak pernah merasa capek dalam bekerja, karena semua ini aku lakukan untuk kamu dan juga Kevin. Jangan khawatir, Dek, aku bisa menjaga kesehatan ku kok. Oh iya, aku ingin saat ini juga kamu mengirim uang ini untuk Mbak Desi."

Mas Saleh kemudian memberikan kepadaku amplop warna coklat, tanpa membukanya terlebih dahulu, aku sudah menduga apa isinya. Sama seperti yang kemarin-kemarin diberikan oleh suamiku itu setelah memiliki pekerjaan sampingan baru, apa lagi jika bukan uang dalam jumlah yang banyak.

"Itu totalnya ada sepuluh juta rupiah, Dek. Kalau juga sih langsung kamu kirim sekarang saja melalui toko Pak Ajis, sisanya untuk tambahan uang belanjaan kamu. Jangan lupa dengan bunganya ya, Dek. Sebelum Mbak Desi yang licik itu kembali membuat ulah," ucap Mas Saleh lagi saat aku belum menanggapi perkataannya tadi dan masih diam saja dengan memegangi amplop itu.

"Sepuluh juta? Dari mana kamu juga dengan cepat mendapatkan uang sebanyak ini, Mas?!"

Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibirku, karena kurasa tetap ada yang janggal kali ini. Begitu mudahnya Mas Saleh mendapatkan banyak uang dalam waktu yang cepat. Meski pun itu dengan dalih untuk segera membayarkan hutang pada Mbak Desi.

"Kenapa hal itu masih kamu tanyakan lagi sih, Dek. Bukankah kemarin sudah aku jelaskan hingga mulutku ini berbusa, hahaha. Sudahlah, Dek. Sekarang kamu pergi ke toko Pak Ajis dan segera transfer yang itu pada Mbak Desi. Aku tak ingin dua menyebarkan uang ini pada semua teman-temanku, apalagi jika sampai dia menyebarkan aib kita ini di media sosial. Aku tak mau hal itu terjadi, Dek. Kalau bisa lebihkan banyak uang untuk kakak ipar kita itu," titah Mas Saleh sambil tersenyum.

"Apa ini berarti tadi Mbak Desi juga menghubungi kamu dan juga mengancam kamu, Mas?" tanyaku spontan.

"Ya seperti itu lah, Dek. Dia bahkan berucap seperti seorang yang tak berpendidikan saja. Jika tak ingat dia itu istri dari Mas Mamat, pasti aku sudah balik memaki dia habis-habisan, Dek. Jadi sekarang lebih baik kamu lekas mentransfer uang itu pada Mbak Desi, sebelum dia kembali berucap yang tidak-tidak."

Sungguh keterlaluan sekali Mbak Desi itu. Benar kata Mas Saleh, jika sekarang aku harus segera membayarkan hutang itu. Masalah dari mana uang itu datangnya, akan ku urus nanti. Dengan segera aku pun menuju ke toko Pak Ajis untuk mentransfer yang itu melalui layanan BRILINK.

***

"Dek, tolong kamu ambilkan handuk sebentar ya. Tadi aku lupa bawa handuk!"

Saat aku baru saja menaruh Kevin yang tengah tertidur di ranjang, Mas Saleh sudah berteriak untuk di ambilkan handuk. Karena sesaat lagi dia akan kembali berangkat kerja.

"Ini, Mas!"

Mas Saleh pun kemudian membuka sebagian pintu kamar mandi dan menerima handuk pemberianku itu.

Degh!

Apa aku tadi nggak salah lihat? Ada dua buah tanda merah di pundak atas Mas Saleh. Sebagai seorang perempuan dewasa, tentu aku paham dengan hal apa yang menyebabkan tanda itu ada di badan.

'Astaghfirullah aladzim! Bukankah sudah dua hari ini aku datang bulan, dan kami tak bermesraan sama sekali?'

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Ending

    EndingBab 1182 tahun kemudian.Pasca perceraian Mega dan Saleh, tidak ada yang menempati rumah kontrakan mereka sebelumnya. Mega memilih untuk tinggal di perumahan sederhana yang berada dekat dengan toko edelweis. Wanita yang kini single parent tersebut terlihat sedang menyiapkan keperluan sekolah anaknya."Kevin, Nak. Ayo segera, nanti kamu terlambat kalau mau nonton TV terus," ujarnya sambil menata bekal yang dia masukkan ke dalam tas sang anak. "Ibu, besok ulang tahunku." Dibanding dengan memberitahu, Kevin terdengar lebih seperti anak yang sedang merengek. "Oh, ya?!" Mega terlihat terkejut. "Masa, sih? Bukannya minggu depan, ya?" Melihat reaksi ibunya, Kevin memberenggut kesal. Tampaknya anak itu kecewa karena dia pikir sang Ibu sudah mempersiapkan sesuatu untuk hari kelahirannya besok. Dia berjalan dengan bahu yang terkulai lemas menuju ibunya, mengulurkan tangan untuk mengambil tas. "Ya udah, deh," bisiknya.Mega diam-diam tersenyum geli. "Wah, Nak. Gimana, nih? Besok bang

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 117

    Bab 117Mega tidak langsung menjawab pertanyaan dari Ari, teater diam beberapa saat. Di sisi lain Hilda meskipun merasa tidak enak dan ingin memarahi Ari yang ceritanya seperti itu, dia juga tidak bisa mengelak dengan rasa ingin tahu punya tentang perasaan Mega saat ini.Mega sendiri sudah cukup memikirkan hal ini sejak kemarin malam dia bertanya kepada dirinya sendiri tentang keputusan yang telah diambil dulu. Mungkinkah dirinya menyesal karena telah menerima oleh kembali dalam hidupnya? "Kalau terlalu berat buat dijawab, nggak perlu dijawab juga kok Mbak." Ari memberi pengertian karena hal yang dia tanyakan memang cukup sensitif."Akan terkesan bohong juga jika saya bilang baik-baik saja sekarang tapi Jika ditanya tentang penyesalan itu apa saya rasa nggak. Kalau dipikir-pikir memang menyakitkan karena telah dikhianati dua kali. Tapi di sisi lain aku merasa sudah melakukan hal yang tepat karena memberi kesempatan untuk seseorang bukan hal yang buruk." Mega tersenyum. "Aku merasa s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 116

    Bab 116Apakah Menyesal?Retno diantar pulang oleh Hilda dan Ari sedangkan Mega dan Saleh pulang ke rumahnya. Hal ini mengenai rumah tangga sepasang suami istri itu yang harus diselesaikan secara pribadi.Saat ini Retno Hilda berada di mobil Ari. Sambil menyetir lelaki itu bertanya, "Kapan kamu memanggil Mega? Kamu bilang nggak mau ngasih tahu dia lebih dulu."Hilda tampak murung, dia juga tidak menyangka bahwa dugaannya selama ini memang benar. "Aku cuma nggak mau Mbak Mega tahu dari orang lain, aku harus ngasih tahu dia karena dia yang paling berhak tahu tentang kelakuan suaminya." Dia melirik ke arah jok belakang di mana Retno berada. "Retno, aku minta maaf karena membiarkanmu menutup toko sendirian.""Ini bukan salah Mbak Hilda, kok. Lagian berkat mbak Hilda juga aku bisa selamat. Mas Ari saya benar-benar berterima kasih atas bantuannya yang tadi." Sekarang kondisi Retno jauh lebih membaik dia, tidak terlihat gemetaran seperti beberapa waktu yang lalu."Besok mungkin toko akan tut

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 115

    Bab 115Tak Bisa BerkutikRetno bingung harus berkata apa. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa akan mendapatkan tawaran makan malam bersama dari Saleh. Dia masih pada dirimu waktu di depan pintu toko sebelum akhirnya tiba-tiba Saleh menarik tangannya. "Pak Saleh?! Apa yang Anda lakukan?" Dia mulai jadi takut sekarang dia melihat ke sekeliling mencoba untuk mencari pertolongan.Namun, entah mengapa mendadak suasana menjadi sepi dan orang-orang tidak peduli kepadanya. Retno mencoba untuk melepaskan diri dari genggaman Saleh tetapi lelaki itu justru semakin mengeratkan pegangannya."Pak Saleh, Apa yang anda lakukan?! Tolong lepaskan saya segera!" Ratna sedikit berteriak, tetapi dia justru mendatan4g berarti karena langkah lelaki itu demikian. Saleh menoleh dan menatap Retno dengan sorot mata tajam. "Ikut saja denganku atau kamu akan tahu akibatnya!""Tapi mau ke mana, Pak?! Saya harus segera pulang karena ibu pasti sedang menunggu saya."Retno masih berusaha untuk melepaskan diri s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 114

    Bab 114Saat ini saya sedang berada di toko titik dia melihat karyawannya yaitu Retno dan Hilda yang sedang sibuk dengan kegiatan masing-masing. Semenjak dirinya menjadi pemilik toko edelweis kegiatan yang Saleh lakukan tidak jauh-jauh dengan mengamati memperhatikan sedangkan hampir keseluruhan mengenai barang produk dan pengeluaran serta pendapatan masing-masing mendapat bagiannya.Saat itu juga, Saleh merasa benar-benar menjadi seorang usahawan yang sukses. Berbeda saat Mega yang menjadi pemilik toko itu, wanita tersebut tidak bisa membiarkan tubuhnya berada dalam keadaan santai. Bagi kedua karyawan di toko edelweis, sikap Saleh yang seperti itu sudah menjadi kebiasaan bagi mereka dan tidak perlu mempermasalahkannya karena memang karyawan yang harus bekerja."Retno," panggil saya ketika Si empunya nama sedang menata letak manekin yang digantung di tembok.Retno menjatuhkan pandangannya seraya menurunkan tongkat yang sedang dia pegang. "Ada apa Pak?""Bisa ikut saya ke ruang staf s

  • Suamiku Simpanan Tante-tante    Bab 113

    Bab 113Mega tidak mengajak Saleh bicara lagi setelah pertengkaran beberapa menit yang lalu. Saat ini dirinya masih berada di ruang tamu sedangkan Saleh sudah masuk ke dalam kamar. Setidaknya, Saleh tidak keluar lagi malam ini seperti malam-malam sebelumnya.Wanita itu sedang merenungkan, berpikir tentang apa yang kemungkinan terjadi pada suaminya itu sampai bisa marah besar dan memintanya agar pergi dari hadapan Mega merasa sakit hati, terluka dan tercabik-cabik namun dia juga berpikir bahwa mungkin saja terjadi sesuatu hal yang buruk saat Saleh berada di luar dan hal yang memungkinkan bagi lelaki tersebut melepaskan emosi ketika berhadapan dengan sang istri.Karena hal itulah Mega mencoba untuk mengerti dan memaafkan Saleh sekali lagi.Setelah cukup lama dia berada di ruang tamu sambil menunggu Anda harus suaminya tertidur terlebih dahulu, dia beranjak dari sana dan menuju ke kamar. Saat itu juga dia baru tersadar ada pakaian yang teronggok di lantai dan itu terlihat asing di matany

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status