Share

Makanan Kesukaan

Penulis: Simplyree
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-04 22:58:22

Keesokan harinya, Vita terbangun karena suara nyaring yang berasal dari alarm yang ia pasang di ponselnya. Dengan mata masih terpejam, ia berusaha meraih ponsel yang berada di nakas sebelah ranjang menggunakan tangannya.

Setelah berhasil mematikan alarm tersebut, ia berniat untuk kembali memejamkan mata, namun rasa kantuk itu seketika menguap saat ia menyadari ada seseorang yang melingkarkan lengan di pinggangnya.

Vita menoleh dan mendapati Arga sedang memeluknya dalam keadaan tertidur. Vita tertegun sejenak, ia tak tahu kapan Arga pulang, karena semalam tidurnya sangat nyenyak.

Dengan hati-hati, Vita memegang tangan Arga dan melepaskannya perlahan dari pinggangnya, berusaha membuat gerakan sepelan mungkin agar pria itu tidak terbangun.

Begitu berhasil melepaskan diri, ia membalikkan tubuhnya dan kini berhadapan langsung dengan suaminya. Jarak wajah mereka kini hanya tinggal beberapa sentimeter.

Vita memperhatikan wajah pria itu dengan seksama. Rambut Arga sedikit berantakan, dan ada bayangan gelap di bawah matanya. Ia terlihat benar-benar lelah.

Vita mengangkat tangannya dan menyentuh wajah Arga, menyusuri rahang tegas pria itu.

Saat Vita masih memandangi wajah tampan Arga, tiba-tiba kelopak mata pria itu bergerak. Dalam hitungan detik, mata Arga terbuka perlahan dan langsung menatap ke arah Vita.

Vita sontak terkejut dan spontan menarik tubuhnya agar menjauh dari Arga.

Arga mengerjap pelan, mencoba menyesuaikan penglihatannya dengan cahaya kamar.

“Kamu udah bangun?” tanyanya dengan suara serak.

“Udah,” jawab Vita cepat, wajahnya tampak memerah karena malu. Nada suaranya terdengar kikuk, dan tatapannya menghindar. Ia segera menggeser tubuhnya, lalu turun dari ranjang tanpa menoleh lagi.

Dengan langkah tergesa, Vita berjalan menuju kamar mandi. Ia membuka pintu dan masuk, lalu memutar keran wastafel. Air dingin yang menyentuh wajahnya terasa sedikit membantu menenangkan pikirannya.

Vita menatap pantulan dirinya di cermin lalu tersenyum kecil.

Sudah satu tahun mereka menikah, namun entah kenapa dirinya masih merasa salah tingkah jika ketahuan sedang memperhatikan wajah suaminya.

Vita menggeleng pelan, lalu mengeringkan wajahnya dengan handuk. Setelah menarik napas pendek, ia pun bersiap keluar dari kamar mandi.

Setelah keluar dari kamar mandi, Vita melihat Arga sudah kembali tertidur. Ia memandangi suaminya sejenak dari sisi ranjang. Ada banyak hal yang ingin ia tanyakan, tapi pagi ini ia memilih untuk tidak mengganggunya lebih dulu.

Vita mengambil ponselnya dari atas nakas, lalu berjalan perlahan keluar kamar. Ia menuruni anak tangga dengan langkah pelan menuju dapur.

Sesampainya di sana, ia langsung membuka pintu lemari es. Udara dingin langsung menyapa wajahnya. Di dalamnya, ada kue dan masakan yang ia simpan semalam. Hatinya kembali terasa sakit. Ia kembali teringat kejadian tadi malam saat Arga harus pergi ke kantor bahkan sebelum pria itu sempat memakan masakannya.

Vita menghela napas pelan, ia mencoba untuk tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Ia memilih untuk mengeluarkan kue dan masakannya, lalu menghangatkannya kembali.

Vita memasukkan masakannya satu per satu ke dalam microwave. Bunyi beep terdengar pelan, diikuti suara mesin yang mulai berdengung. Sambil menunggu, ia menyandarkan tubuhnya ke meja dapur, mencoba menenangkan pikirannya yang masih dipenuhi oleh perasaan kecewa.

Tiba-tiba Vita merasakan lengan yang melingkar di pinggangnya dari arah belakang. Tanpa perlu menoleh, ia sudah tahu siapa yang memeluknya.

"Mas Arga," ucap Vita lirih.

"Maaf ya soal tadi malem, kamu masih marah sama aku?" tanya Arga lembut.

Vita diam sejenak, ia ingin berkata jujur, namun teringat wajah Arga yang tampak begitu lelah, membuat ia mengurungkan niatnya.

"Ngga," jawab Vita pelan.

"Yakin?" tanya Arga, kali ini sambil mengecup pelan leher putih Vita.

Vita tersentak kecil. Ia merasa geli dengan tingkah suaminya, tapi ia tak bisa menghindar karena pelukan Arga begitu erat.

"Jangan gitu ih, geli!" ucap Vita berharap Arga bisa menghentikan aktivitasnya.

Namun Arga tidak juga melepaskan pelukannya, ia bahkan semakin manja menciumi leher dan pundaknya dengan gemas.

Hingga akhirnya suara beep dari microwave terdengar nyaring, menandakan masakan mereka telah matang dan menjadi penyelamat Vita dari godaan suaminya.

Vita segera melepaskan diri dari pelukan Arga. Ia membuka pintu microwave untuk mengeluarkan masakan yang sudah kembali hangat, lalu meletakkannya di meja makan. Arga hanya berdiri di belakang sambil memperhatikan istrinya dengan pandangan hangat.

Vita kemudian mengambil nasi dan duduk di kursi untuk menyantap makanannya tanpa memedulikan suaminya.

Melihat itu, Arga mengerucutkan bibir dan berpura-pura kesal.

"Kamu ngga nawarin makan ke suamimu?" tanya Arga.

Vita melirik sebentar dan menjawab singkat, "Ya udah sini."

Arga masih cemberut, namun tetap mengambil piring dan duduk di samping Vita untuk ikut makan.

Arga menatap lauk di depannya dan matanya langsung berbinar. Sontak ekspresi cemberutnya berubah menjadi ceria.

“Wah, enak banget sarapan hari ini,” ucapnya penuh semangat, seperti anak kecil yang baru saja menemukan permen favoritnya.

Dihadapannya terhidang tiga menu kesukannya, ayam lada hitam, sup jagung dan tumis sayur dengan potongan wortel dan buncis yang.

Aroma rempah dari ayam lada hitam langsung menyeruak, membuat perutnya yang tadinya tidak terlalu lapar kini langsung bergemuruh minta segera diisi.

Arga segera mengambil sendok untuk menyuap sup jagung terlebih dahulu. Suapan pertama membuat ia memejamkan mata sebentar, meresapi rasa gurih yang pas.

Arga sontak menoleh ke arah Ivy. "Masakan kamu emang yang terbaik. Enak banget, makasih ya," pujinya.

Vita tersenyum tipis, dalam hati ia senang melihat reaksi suaminya terhadap masakannya. Rasa kesal karena kejadian tadi malam, langsung sirna melihat Arga yang begitu lahap menyantap masakannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Suamiku ternyata seorang Intel   Perpindahan ke markas baru

    Nova menghabiskan hampir satu hari penuh untuk mencari tempat baru yang bisa dijadikan markas. Ia menelusuri ujung kota, melewati jalanan yang semakin sempit dan sunyi, hingga akhirnya menemukan sebuah penginapan tua bernama "Penginapan Ujung Area." Bangunannya berdiri di tepi jalan kecil yang jarang dilalui kendaraan, dan dikelilingi pohon-pohon besar yang menutupi sebagian fasadnya. Dari luar saja terlihat jelas bahwa penginapan itu sudah lama tidak ramai pengunjung, dibuktikan dengan cat dindingnya yang mengelupas.Ketika Nova menyampaikan temuannya pada Arga, rekannya itu langsung menyetujui tanpa banyak bertanya. Karena bagi pria itu tempat sunyi seperti ini justru ideal. Tak ada yang akan menaruh curiga, dan mereka bisa bekerja dengan tenang.Hari ini keduanya disibukkan dengan memindahkan perlengkapan dari markas lama ke tempat baru. Kotak-kotak berisi perangkat komputer, kabel, serta peralatan investigasi lainnya memenuhi bagasi mobil mereka. Di sela-sela kesibukan itu, Nova

  • Suamiku ternyata seorang Intel   Tuntutan keadaan

    Setelah dua hari berdiam diri di rumah, hari ini Arga memutuskan untuk kembali berangkat ke kantor. Sebenarnya ia ingin berlama-lama menghabiskan waktu bersama Vita, namun ia juga sudah berjanji kepada Nova untuk memberikan jawaban hari ini.Akhirnya sepanjang perjalanan pelipis pria itu tampak menegang pertanda sedang memikirkan hal berat. Sesekali tangannya mengetuk setir, sementara pandangannya kosong menatap ke depan.Setibanya di bangunan yang tampak tua dan usang, Arga langsung memarkirkan mobilnya di tempat rahasia seperti biasa. Lokasi itu nyaris tak pernah diketahui siapa pun selain dirinya dan Nova.Ia menatap sekeliling sejenak, memastikan tak ada yang mengikutinya sebelum akhirnya melangkah menuju pintu.Tangannya mendorong sebuah pintu besi berkarat yang mengeluarkan suara decit panjang. Begitu masuk, Arga menuruni tangga sempit yang dindingnya penuh lumut dan cat yang mulai terkelupas. Namun di ujung tangga, suasananya berubah drastis. Sebuah ruangan bawah tanah yang tam

  • Suamiku ternyata seorang Intel   Rencana licik

    “Bagaimana Pak? Dia adalah orang yang sudah mengambil tas istri saya!” ujar Arga dengan nada tegas. Matanya tak lepas dari layar laptop yang menampilkan cuplikan rekaman CCTV.Kedua polisi yang duduk di hadapannya memperhatikan video itu dengan seksama. Salah satu dari mereka, seorang pria paruh baya dengan garis tegas di wajahnya mengerutkan kening. Ia memutar rekaman beberapa kali, lalu menghentikannya tepat saat sosok berpakaian serba hitam menatap ke arah kamera.“Gerak-geriknya memang mencurigakan, tapi bagaimana Bapak bisa mendapatkan rekaman CCTV ini?” tanya polisi dengan nada ingin tahu.Arga terdiam sesaat. Ia menatap kedua polisi itu bergantian, lalu menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi. Ia tahu ia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya, bahwa ia telah menembus sistem keamanan kota dan menyadap server CCTV secara ilegal.Dengan nada datar, ia menjawab, “Ngga penting saya dapat dari mana, Pak. Yang jelas bukti itu cukup kuat untuk menunjukkan siapa pelakunya. Tolong tang

  • Suamiku ternyata seorang Intel   Dugaan sementara

    “Itu karena rekening dia habis diretas sama orang yang nggak dikenal, makanya semua uangnya habis,” jelas Vita. Arga menatapnya sejenak, kemudian mengangguk paham. Pria itu teringat kasus yang kemarin dibawa oleh Nova mengenai kasus peretasan rekening di korea oleh orang Indonesia.Apakah Gilang juga korban dari pelaku yang sama? Tapi seingatnya korban yang melaporkan semuanya adalah perempuan, ataukah ada korban laki-laki yang tak ia ketahui?“Kenapa sih emangnya?” tanya Vita sambil menatap Arga dengan ekspresi menyelidik, sedikit ingin tahu reaksi suaminya."Mas cuma nanya aja,” balas Arga sambil tersenyum tipis.Vita menghela napas pelan, matanya menatap jauh ke luar jendela. “Namanya musibah nggak ada yang tahu,” ucapnya lirih, seolah sedang merenungkan nasib temannya.Tiba-tiba Arga mencondongkan tubuhnya dan menarik hidung Vita dengan cepat. Sontak hal itu membuat Vita menjerit kaget.“Iih sakit! Mas Arga kenapa sih?!” seru Vita kesal.Arga terkekeh pelan, menatap reaksi istrin

  • Suamiku ternyata seorang Intel   Perasaan curiga

    “Tadi pagi aku lagi jalan-jalan di taman, dan nggak sengaja nemuin tas kamu di bawah pohon,” ucap Gilang.“Tapi kok kamu bisa tahu kalau itu tas aku?” tanya Vita dengan mata menyipit.Gilang tampak salah tingkah. Ia menggaruk tengkuknya beberapa kali. Tanpa disadari Arga diam-diam mengamati gerakan kecil pria itu dari samping.“Waktu aku buka tasnya ada KTP atas nama kamu, makanya aku bisa tahu," jawab Gilang.Kini Vita paham, dan ia mengangguk pelan. Dengan penuh lega ia memeluk tasnya erat-erat seolah itu adalah bagian dari dirinya sendiri.“Untung aja kamu nemuin. Aku nggak tahu apa yang bakal terjadi kalau tas ini nggak ketemu,” ucapnya dengan nada senang. “Tapi kok tas kamu bisa ada di taman?” tanya Gilang.Vita menghela napas panjang, ekspresinya kembali sedih. “Ceritanya panjang, intinya tas aku dijambret sama orang waktu aku lagi di pasar,” ucapnya pelan.Wajah Gilang langsung berubah kaget, seolah ia mengerti mengapa Vita yang ditunggu-tunggu yang kunjung muncul di tempat ya

  • Suamiku ternyata seorang Intel   Sang penemu tas yang hilang

    “Mas nggak kenal sama dia,” jawab Arga.Vita mencondongkan tubuhnya sedikit ke depan. “Tadi aku denger kok waktu kalian lagi ngobrol,” sangkalnya. Arga menghela napas panjang. Ia menyenderkan diri di kursi, membiarkan tubuhnya rileks sejenak walaupun pikirannya tetap sibuk.“Kamu inget waktu itu Mas pernah cerita soal alasan kenapa Mas bisa dikeluarkan dari kepolisian?” tanya Arga.Vita mengangguk pelan. “Inget, kenapa emangnya?” tanyanya penasaran.Arga tampak gelisah. Berulang kali ia menggosok tangannya di atas pahanya, menahan rasa tegang yang tiba-tiba muncul. Pandangannya menunduk sejenak sebelum akhirnya menatap Vita.“Dia dulunya adalah senior Mas di kepolisian yang sudah mengkambing-hitamkan Mas,” ucap Arga."Dia yang udah membuat Mas dikeluarkan dari kepolisian," lanjut pria itu. Vita membuka mulutnya lebar, lalu menutupnya dengan tangan.“Tapi… tapi orang tadi kelihatannya baik banget. Buktinya dia udah nolongin aku,” ucapnya pelan, masih tidak menyangka dengan fakta yang

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status